Sudah dua hari sejak kejadian malam itu, Freen masih belum sadarkan diri, benturan yang sangat kuat membuat wanita itu mengalami luka dalam yang cukup parah. Rebecca terus menangis di sampingnya, dia merasa bersalah karena dialah yang mengakibatkan Freen seperti itu. Sesekali Rebecca membasuh tangan Freen dengan kain basah di tangannya. Sejak kejadian itu pula, Rebecca juga sudah takut keluar rumah, masalahnya rumor tentang mahluk jahat yang mengintai penduduk desa langsung tersebar begitu saja.
"Aku akan mengganti bajumu sayang", ucap Rebecca. perlahan wanita itu membuka baju Freen, dia membasuhkan handuk basah ketubuh wanita itu, setelah selesai dia kemudian memakaikan baju kepada Freen.
Sayup terdengar suara ringikan kuda di depan kastil, Rebecca menatap dari arah jendela kamarnya, ada beberapa pria berkuda di bawah kastil. perasaannya semakin kacau, dia menatap Freen yang terbaring di ranjang, "aku tinggal sebentar yah", ucapnya.
Rebecca turun kebawah dan membukakan pintu untuk para pria itu, "selamat siang", ucap salah seorang pria bertopi.
"Siang", ucap Rebecca.
Pria bertopi itu melihat ke bagian dalam kastil tersebut, "apa miss tinggal sendirian?", tanya pria itu.
Rebecca menatapnya dan menggeleng, ",saya tinggal bersama saudari saya",
"Dimana saudarimu itu?", tanya pria yang lain.
Rebecca menjadi gugup, "dia sedang sakit di kamar",
kelima pria itu kemudian berjalan menuju ke arah Rebecca, " bolehkah kami melihatnya?", ucap pria bertopi.
Rebecca merasa takut tapi dia juga tidak punya pilihan, "mari silahkan", ucapnya sambil mempersilahkan kelima pria itu masuk ke dalam kastil.
"apa dia saudarimu?", tanya salah seorang pria, saat melihat Freen turun dari tangga, Rebecca sangat kaget melihat Freen yang terlihat baik-baik saja.
"Freen?", panggil Rebecca.
"Mereka siapa?", tanya Freen. para pria tersebut merasa heran, "bukankah dia sedang sakit?", tanya pria bertopi pada Rebecca. masalahnya Freen sama sekali tidak terlihat sakit.
"aku hanya sedikit pusing", ucap Freen. "apa yang bisa kami bantu?", tanyanya lagi.
"Kami hanya ingin mengatakan, sebaiknya kalian hati-hati, ada seorang pria yang mengatakan dia di kejar mahluk menyerupai monster di hutan, kastil ini jauh dari rumah penduduk jadi kami hanya ingin memastikan kalian baik-baik saja", ucap Pria bertopi.
Freen tersenyum, "terima kasih", ucapnya.
Akhirnya para pria tersebut berpamitan pulang meninggalkan kastil tersebut, Rebecca mengantarkan para pria itu sampai di depan kastilnya. Rebecca menatap ke arah kastil, sejak kapan Freen sadar?, dia merasa sangat aneh pasalnya tadi Freen terlihat sangat sehat sekali.
Rebecca lalu berjalan masuk ke dalam kastil, disana sudah tidak ada Freen, "apa dia sudah kembali ke kamar?", tanya Rebecca dalam hati.
Perlahan Rebecca naik tangga menuju ke lantai dua kastil, dia lalu membuka pintu kamar dan betapa kagetnya dia melihat Freen masih terbaring di atas ranjang dengan pakaian yang baru dia pakaiakan tadi, bahkan wajah Freen masih sangat pucat. Rebecca perlahan mendekati Freen yang masih terbaring itu, "Freen?", panggilnya tapi tidak ada jawaban, jantung Rebecca berdenyut cepat, kalau Freen sejak tadi disini lalu siapa yang menyerupai dirinya tadi.
"Rebecca?", seseorang memanggilnya, Rebecca mencari dari mana datangnya suara itu tapi tidak ada orang selain dia dan Freen di kamar tersebut.
"I'm here, Rebecca",
Rebecca berbalik, dia berdiri tepat di depan cermin dan di sana ada Freen dengan gaun putih yang berlumuran darah, "Freen?", panggil Rebecca, "siapa kau?", tanya Rebecca pada bayangan menyerupai Freen itu.
"Aku adalah Freen, kalian tidak akan bisa lari dariku sejauh apa pun kalian berjalan kalian akan tetap bertemu lagi", ucap bayangan itu.
"Diam kau, jika memang kau mengutuk kami maka cukup aku saja dan lepaskan Freen, kami tidak tahu menahu tentang perbuatan kakek kami di masa lalu, kenapa kau harus melakukan ini pada kami", ucap Rebecca sambil menangis.
"hanya kematian yang bisa menghilangkan kutukan itu, matilah bersama", Bayangan itu lalu menghilang dari cermin. Rebecca terduduk bagaimana mungkin dia mengajak Freen mati bersamanya.
Dia lalu mendekati Freen, "bangunlah, aku sangat takut sekarang, orang-orang itu mungkin akan segera mengetahui tentang diriku", ucap Rebecca.
Skip...
Malam harinya, Rebecca sudah bersiap untuk tidur, dia mengecup kening Freen sekilas lalu tidur di samping Freen. Rebecca tetap membiarkan lilin di ruangan itu menyala.
Tidak berapa lama Rebecca merasakan ada sesuatu di atasnya, matanya terbuka, "Freen?, apa yang...", dia belum menyelesaikan ucapannya tapi Freen sudah membukangkam mulutnya dengan ciuman, Rebecca terus mendorong Freen menjauh tapi wanita itu begitu kuat menahan tubuhnya, "Freennnhhh...akhh", desahan keluar dari mulut Rebecca saat Freen menjilat lehernya, dia kembali berusaha mendorong Freen tapi rasa nikmat itu menguasai dirinya.
"Hemmmppp.....uugghhh", Rebecca melenguh kuat saat Freen menarik puting payudaranya dengan mulut, Freen terus menghisap payudaranya dengan rakus, Rebecca bahkan memegang kepala Freen memperdalam kuluman wanita itu di payudaranya.
Freen mulai turun ke bawah, dia membuka lebar kedua paha Rebecca dan membenamkan wajahnya pada tepat di kemaluannya, "Aaakhhhhh,,,akhh...akkhh...Freenhhhh ssttopphh", Rebecca semakin menggila, di bawah sana Freen mempermaikan klitorisnya dengan lidah sedangkan jarinya terus memompa masuk keluar area yang sudah sangat basah itu, Rebecca terus mendesah kuat, matanya terpejam menikmati sentuhan yang di berikan Freen pada tubuhnya, "kau merasakan kenikmatan itu sayang?", ucap Freen yang menatap wanita itu, Rebecca lalu membuka matanya,
"Aaaaaaaaaaa", dia berteriak melihat Freen yang sudah berlumuran darah di atas tubuhnya, "Kau kehilangannya", ucap Freen lalu kembali memuntahkan darah yang banyak di atas tubuh Rebecca.
"Hufff....hufff...hufff", Rebecca terbangun, dia hanya bermimpin namun mimpi itu sangat menakutkan baginya, dia menatap Freen yang masih terbaring di sampingnya, "apa yang harus aku lakukan?, aku tidak ingin kehilanganmu", Ucap Rebecca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebecca
FantasyFreen Sarocha adalah mahasiswa semester akhir yang memiliki hobi melukis, suatu hari Freen membeli lukisan tua dari sebuah toko barang antik, dengan keterampilan melukisnya ia mencoba memperbaiki kembali lukisan tua tersebut, siapa sangka lukisan it...