Brak...brak...brak...
Angin terus meniup jendela kamar yang terbuka, di luar hujan begitu deras bersamaan dengan angin yang bertiup sangat kencang, bahkan di dalam kamar itu hanya ada tinggal satu lilin yang menyala.
Seorang wanita yang tengah tertidur tiba-tiba membuka matanya, dia menatap ke segala penjuru ruangan, sesekali dia menyentuh kepalanya, perlahan si wanita bangun dia merasakan haus dan lapar yang luar biasa, dia meminum segelas air yang entah sejak kapan air itu ada disitu. Perlahan si wanita turun dari ranjang, bagian belakang tubuhnya masih sakit, dia melihat tangan dan kakinya dipenuhi memar berwarna kebiruan.
"Rebecca?", panggil wanita yang baru bangun dari tidurnya selama hampir seminggu lebih.
Dia mengambil lilin yang masih menyala, wanita itu berjalan pelan keluar kamar, jujur rasa sakit di tubuhnya masih terasa, wanita itu menuruni tangga, "Rebecca?", dia memanggil lagi tapi tidak ada jawaban dari orang yang ia panggil.
"Kemana dia malam-malam begini?", dengan tenaga yang masih lemah, Freen pergi ke arah dapur mencari makanan yang bisa ia makan.
Di luar hujan sangat deras sekali, bahkan pancaran kilatan cahaya dari petir di langit seperti kamera seorang fotografer yang seolah membidik model di catwalk.
setelah makan, Freen kembali ke kamar, dia berharap Rebecca akan segera kembali, wanita itu terus menunggu hingga ia tertidur kembali.
Skip....
"Freen"....
"Freen, wake up"...
Freen membuka matanya, pancaran sinar mentari pagi membuat kedua matanya silau, dia kemudian bangun mencoba merenggangkan ototnya sambil sesekali meringis, "Rebecca pasti sudah pulang", ucapnya. Dia lalu keluar mencari wanita itu, tapi lagi dan lagi dia tidak menemukan Rebecca, "siapa yang membangunkanku, itu seperti suara Rebecca", gumamnya.
Tiba-tiba Freen merasa khawatir pada gadis itu, jangan-jangan sesuatu sedang terjadi pada Rebecca, dia lalu memutuskan untuk pergi mencari Rebecca. Freen menyusuri jalan di hutan, tanah yang becek karena hujan semalam membuat sepatu bots dan gaunnya menjadi kotor, tapi dia tidak perduli. saat ini dia telah sampai di peternakan bibi Charlote.
Freen melangkah masuk ke dalam peternakan itu, dia sedang mencari bibi Charlote namun tiba-tiba.
"Pergi dari sini", seorang wanita dari arah belakang Freen dan memintanya untuk pergi, saat Freen berbalik wanita itu syok berat, bibi Charlote sedang menodongkan senjata ke arahnya.
"Bibi apa yang kau lakukan?", Freen mundur ke belakang.
Charlote semakin mengarahkan senjata itu kepada Freen, "tinggalkan peternakan ini, kalian adalah monster", ucapnya.
Freen menatap bingung wanita itu, "apa maksud bibi?, aku tidak mengerti", tanya Freen.
"Kau dan Rebecca, kalian adalah monster", ucap Charlote lantang, "pergi dari peternakanku", perintahnya.
Seketika tubuh Freen menegang, dari mana bibi Charlote tahu tentang Rebecca, "dimana Rebecca sekarang?", tanya Freen.
Charlote mendekat dan membidikan senjata laras panjang itu ke dahi Freen, "dia sudah ditangkap oleh warga, monster itu akan diadili dan di bakar hidup-hidup", ucap Charlote.
Mendengar itu, jantung Freen langsung berdetak kencang, jangan bilang kutukan itu akan mengakhiri hidup Rebecca seperti apa yang terjadi pada Victoria, Freen lalu pergi meninggalkan peternakan itu, hatinya dipenuhi dengan ketakutan, tidak bukan begini ending yang ia harapkan. Freen kembali ke kastil, dia mencoba mencari cara bagaimana menemukan Rebecca, malam ini wanita itu akan diadili, Freen harus secepatnya melakukan sesuatu.
Malam harinya wanita itu pergi menyusuri hutan menuju ke desa, dia menggunakan mantel hitam dan tudung kepala agar tidak ada yang mengenalinya, di desa suasana sangat sunyi, "kemana mereka?", tanya Freen dalam hati.
Wanita itu terus berjalan, hingga dari jauh dia melihat warga sedang berkumpul melingkari sebuah penjara kayu berbentuk kubus, di dalamnya ada Rebecca yang sedang terikat pada kaki dan tangannya. Freen menutup mulutnya, dia pernah melihat ini di dalam mimpi, dia harus berbuat sesuatu. Freen kemudian kembali ke pemukiman warga, wanita itu melepaskan semua ternak milik warga di kandang dan membakar kandang-kandang milik warga, dalam sekejap api berkobar dengan sangat besar menimbulkan cahaya di sekitarnya, warga yang melihat hal itu langsung panik berlarian menuju rumah mereka, ini kesempatan bagi Freen untuk menyelamatkan Rebecca.
"Rebecca?!", panggil Freen, dia merasa miris melihat keadaan Rebecca saat ini.
Rebecca membuka matanya perlahan, tubuhnya dipenuhi banyak luka, "Freen?", ucapnya.
Dengan cepat Freen melepaskan tali yang mengikatnya dan membantu wanita itu pergi dari tempat tersebut, mereka berdua berlari masuk ke dalam hutan.
"Bertahanlah, aku mohon", ucap Freen, tapi Rebecca sudah kehilangan banyak tenaganya, "aku sudah tidak kuat lagi", ucapnya. Dari jauh terdengar suara warga yang mulai memasuki hutan mencari mereka, Freen lalu berjongkok dan meminta Rebecca naik ke punggungnya. Dia terus berlari memasuki hutan dengan Rebecca di punggungnya, sementara warga terus mengejar mereka.
"akh....", Freen terjatuh, dia sudah tidak sanggup lagi berjalan, "Rebecca bangun", Freen memeluk tubuh wanita itu, Rebecca membuka matanya, "aku rasa ini sudah waktunya sayang", ucapnya.
Freen menggelengkan kepalanya, "jangan bicara begitu, kita akan hadapi ini bersama", dia lalu mencoba untuk membantu Rebecca berdiri. dengan keputus asaan keduanya terus berjalan, hingga mereka menemui jalan buntu, saat ini mereka berada di atas tebing dimana dibawah sana air dengan arus yang sangat kuat sedang menanti mereka. "Pergilah, tinggalkan aku disini", ucap Rebecca. Freen menggeleng "tidak, aku akan tetap disini bersamamu", ucapnya sambil menangis.
Cahaya obor dari para warga yang mencari mereka semakin dekat, hingga akhirnya mereka menemukan kedua wanita itu. "serahkan diri kalian, tidak ada lagi tempat untuk lari", ucap tetua.
Freen menggenggam erat tangan Rebecca, "aku mencintaimu, mari kita akhiri ini semua". ucapnya dan diangguki oleh Rebecca.
Hingga kemudian, mereka bergandengan tangan, lalu bersama-sama menjatuhkan diri dari atas tebing yang sangat tinggi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebecca
FantasyFreen Sarocha adalah mahasiswa semester akhir yang memiliki hobi melukis, suatu hari Freen membeli lukisan tua dari sebuah toko barang antik, dengan keterampilan melukisnya ia mencoba memperbaiki kembali lukisan tua tersebut, siapa sangka lukisan it...