Sejak pertemuan dengan wanita yang sangat mirip dengan Rebecca, membuat Freen uring-uringan. dia bahkan tidak fokus bekerja wajah wanita yang mengaku bernama Becca itu terus menghantui pikirannya, bagaimana mungkin mereka begitu mirip sedang jarak dimensi waktu di antara keduanya sangat jauh. Freen juga heran, sejak insiden mereka menjatuhkan diri ke tebing malam itu, dia kembali ke dunia nyatanya dan sejak saat itu Rebecca tidak pernah lagi datang menemuinya.
tok...tok...tok...
"Masuk",
Seorang pria masuk ke dalam ruangan, Freen menatap pria itu, "apa yang kau temukan?", tanyanya.
Pria itu lalu memberikan sebuah emplop coklat pada Freen, ",semua data tentang wanita itu ada di dalam emplop itu bos", jawab pria itu.
"Baiklah", Freen lalu memberikan sebuah emplop kecil kepada pria tersebut, "itu imbalan untukmu", Pria itu lalu pergi meninggalkan ruangan Freen.
Yah, sejak malam itu Freen meminta seseorang untuk memcari tahu alamat wanita yang bernama Becca tersebut, hari ini dia mendapatkan data lengkap dari Becca, perlahan Freen membuka amplop tersebut, ada beberapa foto gadis itu di dalamnya dan sebuah kertas tentang data dari wanita tersebut.
Freen terus membaca biodata itu, keningnya mengkerut sepertinya ada yang aneh, "Namanya cuma Becca, kenapa tidak ada nama keluarga di belakang nama ini", Freen terus membaca, "panti asuhan?, dia besar di panti?", Freen semakin merasa aneh dengan itu, dia kemudian melihat alamat dari wanita tersebut, "aku harus mengunjunginya langsung", ucap Freen.
Skip....
Malam harinya Freen mendatangi alamat yang tertera di biodata wanita bernama Becca itu, saat ini dia berdiri di depan sebuah gang yang cukup sempit, "apa pria itu tidak salah memberikan alamat?, bagaimana bisa Rebecca tingga di tempat seperti ini", ucapnya, Freen lalu berjalan menelusuri gang tersebut, sangat sempit di ujung gang ada sebuah rumah yang kecil, Freen lalu melihat alamat itu lagi, dia ragu tapi tetap berusaha untuk mencari tahu.
Freen berdiri di depan rumah tanpa pagar itu, dia melihat kesana kemari, rumah itu sedikit berjauhan dari rumah yang lain, "Astaga, bahkan di duniaku pun dia suka tinggal menyendiri seperti di dunianya", ucap Freen. Dia lalu memutuskan untuk mengetuk pintu rumah tersebut.
Ceklek....
Pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita dengan memakai kaus berwarna hitam dan short dengan warna yang sama, wanita itu menatap Freen. "anda?", Becca keheranan melihat Freen berada di depan rumahnya.
"apa yang anda lakukan disini?, apa anda mengikuti saya selama ini?", tanya Becca
Freen menggeleng, "maaf jika membuatmu takut, bisakah aku masuk?", tanyanya. Becca terlihat ragu masalahnya dia beru bertemua dengan Freen dan wanita itu memanggilnya dengan nama Rebecca, "aku janji tidak akan melakukan apa pun", ucap Freen. Becca lalu menyuruhnya masuk.
Freen menatap ruangan itu, sangat kecil bahkan kamarnya jauh lebih besar dari ruangan tersebut, hatinya teriris bagaimana bisa Rebeccanya tingga di tempat begitu, matanya sudah mulai memanas.
"Anda ingin minum sesuatu?", tanya Becca.
Freen mengangguk, "air putih saja", jawabnya.
Becca lalu pergi kedapur mengambil air putih untuk Freen, saat Becca pergi Freen mencoba melihat-lihat sampai matanya tertuju pada bunga yang berada di dalam vas, "mawar hitam?", Freen mendekati vas bunga itu, aroma bunga mawar langsung tercium olehnya, jantungnya bahkan langsung berdetak kencang dia semakin yakin wanita itu adalah Rebecca.
"Ini, minumlah", ucap Becca.
Freen berbalik menatap Becca, "kau suka bunga mawar hitam?", tanyanya.
Becca menatap bunga di vas itu lalu kembali menatap Freen, "iya, mawar hitam adalah bunga kesukaanku, kenapa?",
Freen menatap Becca, air matanya sudah jatuh, "Rebecca juga menyukai mawar hitam, dia bahkan menanam bunga ini di halaman kastilnya", ucap Freen.
"Apa kau, menyukai roti kentang?", tanya Freen lagi.
Becca semakin aneh menatap Freen, "kau menguntitku?", tanya Becca.
Freen tidak menjawab, "apa di bahumu ada sebuah tanda berwarna hitam?", tanyanya lagi.
Becca semakin keheranan, "kenapa anda tahu semua tentang saya?, apa anda menguntit saya selama ini?, saya bisa melaporkan anda kepada polisi", ucap Becca marah.
Freen terduduk di hadapan wanita itu, dia menangis, "bagaimana bisa kau mirip dengannya, tapi kau tidak mengenaliku, ini aku Freen", hatinya sangat sakit melihat Rebecca tidak mengingatnya sama sekali.
"tapi saya bukan Rebecca, saya bukan teman anda, kenapa anda terus mengira saya adalah Rebecca", tanya Becca frustasi.
Freen menatapnya, "karena kalian memang mirip, sangat mirip, bagaimana bisa kalian adalah kembar bahkan dimensi waktu antara kalian sangat jauh", Freen terus menangis.
Tiba-tiba Freen merasa kepalanya sangat berat, dia memegang kepalanya yang terasa sakit tersebut, "nona kau tidak apa-apa?", tanya Becca yang panik melihat Freen.
Freen terus memegang kepalanya, "kepalaku sakit", hingga sedetik kemudian dia terjatuh tidak sadarkan diri.
"Arus sungai itu terus membawa mereka berdua, Freen melihat Rebecca yang semakin menjauh darinya, dengan segala kekuatan yang tersisa dia berusaha merai Rebecca tapi dia sudah tidak mampu lagi,
Tiba-tiba Freen merasa ada yang menahan kakinya, dia berusaha melepaskan diri tapi tidak bisa, Freen tertarik masuk ke dalam air yang dalam, seorang wanita terus menariknya masuk ke dalam air, "matilah bersamaku", ucapnya sambil tertawa".
"Freen...",
"Freen, bangun sayang",
"Nona....nona...buka mata anda", panggil Becca pada Freen.
Freen membuka matanya, nafasnya memburu dia bermimpi yang aneh tapi tadi dia seperti mendengar suara Rebecca, "Nona?", panggil Becca lagi.
Freen menatap wanita itu, kedua matanya itu menatap Freen, "bolehkah aku memelukmu?", tanya Freen. "aku hanya ingin memelukmu saja", tambahnya.
Becca ragu mengiyakan, tapi wanita di depannya sekarang terlihat sangat sedih sekali, akhirnya dia mengangguki permintaan Freen, "baiklah", jawabnya.
Freen langsung meraih tubuh Becca dan memeluknya, dia menangis di pelukan Becca, aroma bunga mawar langsung tercium memenuhi ruangan itu, "kau ada disini bersamaku", ucap Freen dalam hati. sedangkan Becca entah kenapa dia merasa sangat sedih saat memeluk Freen, bahkan tanpa sadar dia menitihkan air mata, mereke terus berpelukan dengan pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebecca
FantasyFreen Sarocha adalah mahasiswa semester akhir yang memiliki hobi melukis, suatu hari Freen membeli lukisan tua dari sebuah toko barang antik, dengan keterampilan melukisnya ia mencoba memperbaiki kembali lukisan tua tersebut, siapa sangka lukisan it...