"Hei, kemari sebentar."
"Akh!"
Tiba-tiba sebuah tangan menarik Yejin ke dalam ruang kelas, Yejin yang sedang berjalan di lorong sekolah kaget dan refleks memukul secara acak.
"Aduh, sakit! Berhenti mukul, ini aku." Gyuvin memegang dahinya.
Yejin membuka mata yang terpejam karna terkejut.
"Kenapa kau tiba-tiba narik tanganku sih?! Untung aku tidak teriak minta tolong, bisa-bisa kau digebukin satu sekolah." Omel Yejin.
"Maaf, maaf. Aku butuh bantuan, pas sekali kau lewat jadi langsung kutarik." Gyuvin menggaruk belakang lehernya sambil cengengesan.
"Yasudah, kau butuh bantuan apa?"
"Aku harus membawa empat kotak ini ke aula, kau bisa bantu bawa satu, kan?" Gyuvin menunjuk empat kotak besar disampingnya.
Yejin mengintip isi kardus tersebut, ada kuas, cat, kostum dan barang lainnya.
"Itu milik klub teater, aku membantu mereka untuk menyiapkan panggung. Ricky juga ada disana." Jelas Gyuvin.
"Ah, jadi Gunwook benar, kau sedang menggoda anak di klub teater. Pantas saja akhir-akhir ini kau sering menghilang." Goda Yejin.
Gyuvin terkekeh malu. "Karna kau sudah tau, kau harus bantu. Cepat bawa ini."
Gyuvin memberi satu kotak berisi hiasan panggung dan dengan sigap diterima oleh Yejin
"Ini tidak terlalu berat, hei, beri aku satu kotak lagi." Pinta Yejin.
"Kau kan pendek, satu kotak saja cukup. Kalau ditambah nanti kau nabrak orang." Kata Gyuvin mengacak rambut Yejin.
"Hei!" Yejin ingin membalas tapi tidak bisa karna dua tangannya memegang kotak. "Aku tidak sependek itu, beri aku yang kecil itu." Yejin menunjuk kotak paling kecil dengan mulutnya.
Gyuvin menghela napas, "Baiklah, baiklah. Kau yang minta." Gyuvin meletakkan kotak kecil diatas kotak yang lebih besar. Dua kotak itu menutupi setengah wajah Yejin tapi dia masih bisa melihat kedepan.
"Apa berat?" Tanya Gyuvin memastikan.
Yejin menggeleng. "Aku bisa bawa ini." Katanya.
Gyuvin mengangguk dan mengangkat dua kotak lainnya. Mereka berjalan menuju aula. Yejin sedikit kesulitan mengiringi langkah besar Gyuvin di lorong yang lumayan ramai.
"Hei, Kim Gyuvin!" Panggil Yejin tapi suaranya teredam oleh kotak yang menutupi mulutnya. Gyuvin semakin menjauh, dengan kaki panjang dan tubuh tinggi, Gyuvin tidak kesusahan sama sekali membawa dua kotak besar melewati lautan manusia di koridor.
Duk...!
Yejin nabrak. Dia tidak melihat kedepan dengan benar karna memperhatikan langkahnya, tali sepatunya lepas jadi dia harus memperlambat langkahnya.
"Ah, maaf." Kata Yejin berusaha menyeimbangi dua kotak yang oleng ditangannya.
Saat melihat kedepan wajahnya bersemu merah, orang yang ditabraknya adalah Taerae. Kotak yang ia pegang akan jatuh kalau saja Taerae tidak dengan cepat menahan kotak itu. Tangan merema bersentuhan membuat Yejin salah tingkah.
"Tahan sebentar." Kata Taerae.
Setelah Yejin memegang kotak itu dengan benar, Taerae melepaskan tangannya dan merunduk.
"Eh, apa yang kau lakukan?" Tanya Yejin, dia mundur beberapa langkah.
"Jangan bergerak." Titah Taerae.
Taerae mulai mengikat tali sepatu Yejin. "Ikat dua kali seperti ini supaya tidak mudah lepas." Jelas Taerae.
Yejin hanya berdiri dengan tegang. Dia tidak bisa mendengarkan penjelasan Taerae karna yang ia dengar hanya degup jantungnya. Ia berharap Taerae tidak mendengar suara jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sour Grapes | Kim Taerae ZB1
JugendliteraturAku yang menyukaimu dengan mudah dan kamu yang menyukaiku lebih dulu, bukankah kisah ini sempurna? Aku harap kisah kita akan berjalan indah, seindah suaramu saat bernyanyi untukku. •semi baku ⚠️HISTUS⚠️