Di tengah keramaian kantin kampus, tempat dimana anak Klandestin berkumpul formasi lengkap, mereka sengaja mengambil meja di bagian ujung.
"Sadar nggak, sih, mereka pada ngeliatin kita?" celetuk Aji merujuk pada mahasiswa dan mahasiswi yang berada di sana.
"Lebih tepatnya ngeliatin Haikal, sih," timpal Reihan, mengundang semua member memandang Haikal yang dengan santai makan siomay dan batagor seolah tak tersentuh oleh tatapan orang-orang.
"Kal," panggil Jendral.
Haikal mengangkat kepalanya masih dengan mulut penuh. "Hmm?"
"Cute," gumam Marka, Arga dan Aji secara kompak. Detik berikutnya mereka saling memandang satu sama lain kemudian tersenyum tipis.
"Lo gak ngerasa terganggu, kan?" tanya Jendral pada Haikal. Dengan santai Haikal menggeleng.
"Gue mau pesen minum lagi, ah," katanya sembari bangkit dari kursinya dan hendak pergi memesan.
"Eh, duduk, duduk, biar gue aja yang pesenin, mau minuman apa?" ujar Aji yang spontan bangkit dan menghalangi Haikal.
"Gue bisa sendiri kali kalau cuma pesen minum, Ji," kata Haikal dengan kepala sedikit menengadah sebab Aji yang memang lebih tinggi darinya.
"Udah, nurut aja, duduk, bilang ke Aji mau pesen apa," timpal Arga, tanpa ragu ia menarik ujung outer Haikal hingga anak itu terduduk kembali di kursinya.
"Pop ice rasa coklat," jawab Haikal.
"Oke, tunggu bentar," kata Aji.
"Ji! Pocari satu!" seru Cakra yang hanya diacungi jempol oleh Aji.
"Gue ngajak ngeladenin rumor itu bukan begini anjir maksudnya, kalo begini kesannya kalian kayak pacar posesif, gue berasa di keroyok ama kalian," beber Haikal terus terang.
"Bodo amat, yang penting kita gak belok beneran," cetus Reihan lanjut menyomot batagor sisa di piring Haikal.
"Kita mau jagain member kita sendiri, lo nurut aja," sambung Jendral.
"Gue pastiin orang yang nyenggol Klandestin bakal dapat imbalan yang setimpal." Cakra ikut bersuara.
Haikal akhirnya hanya mendengus tak berani bersuara lagi.
"Santai, jangan dianggap beban, lo ngerasa begitu karena ada rumor, Kal, sebelumnya kita sering begini juga, kan?" celetuk Arga.
"Iya."
"Yang ikhlas bilang iya-nya," tegur Arga.
"Iyaaaaaaaa," ucap Haikal dengan senyum dibuat-buat.
Di waktu yang sama, Aji mulai memindai varian rasa pop ice yang berbaris rapi di depan matanya. Dahinya tiba-tiba berkerut. Ia sedikit memiringkan kepalanya dan melongok ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPTA HARSA {TERBIT} ✓
Ficção AdolescenteSERI KEDUA KLANDESTIN UNIVERSE [Sudah terbit & part masih lengkap] "Bang, tahun depan kalian umur berapa?" celetuk Aji yang bergabung dengan Haikal dan juga Marka di ruang tengah. Di tangannya menyangga gelas berisi jus jambu yang ia dapatkan dari h...