8. 2908 🧡 Harapan

32K 4.8K 3.1K
                                    

Di sebuah ruangan rumah sakit yang tenang, cahaya redup menyinari tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah ruangan rumah sakit yang tenang, cahaya redup menyinari tempat tidur. Seseorang terbaring lemah dengan mata terpejam. Monitor jantung berdetak perlahan, menunjukkan bahwa hidup masih berdenyut dalam dirinya. Suasana sunyi hanya diiringi oleh desisan napas dan gemericik cairan infus. Seorang laki-laki berdiri di sampingnya, memantau kondisinya dengan penuh perhatian. Tiba-tiba, matanya terbuka perlahan, dan dia menghela napas dalam seolah-olah merasakan kembali kehidupan yang nyata setelah perjalanan yang panjang. Ekspresi campuran antara kebingungan dan lega terpancar dari wajahnya saat dia menyadari bahwa dia berada di rumah sakit.

"Kal?"

Haikal belum sepenuhnya sadar, badannya masih lemas.

"Gue panggil dokter dulu, lo tunggu sebentar, ya," kata Laki-laki itu lantas meninggalkan ruangan tersebut.

Gue ... masih hidup?

Bola mata Haikal bergulir ke kanan juga ke kiri, mengamati sekeliling.

Bener, ini rumah sakit.

Anak itu tiba-tiba saja terbatuk dan nyeri langsung terasa di bagian perutnya. Ia spontan memejam menahan sakitnya. "Arghh."

Tak lama kemudian, pintu ruangan itu kembali terbuka, dokter datang memeriksa untuk beberapa saat, ia sempat melempar pertanyaan pada Haikal meski anak itu masih sedikit kesulitan untuk menjawab. Suaranya minim, hampir tak terdengar. Setelah dokter itu keluar, ia memandang laki-laki yang berada di sana sejak ia membuka mata.

"Bang Jamal," ucap Haikal.

"Kal, lo baik-baik aja, kan, sekarang?" tanya laki-laki itu menggenggam tangan Haikal.

"Bang, makasih, ya."

"Lo nggak perlu bilang makasih, gue ngerasa bersalah karena dateng terlambat, Kal, surat yang lo tinggalin di warung Pakdhe gue terima udah mau malem karena kebetulan gue ada tugas di kampus, sorry banget."

"Gapapa. Kalo bukan karena lo, mungkin gue udah gak tau jadi apa, mungkin hantu gentayangan."

"Tapi darimana lo tau kalau gue sering ngopi di warung Pakdhe? Kenapa lo kepikiran ninggalin surat di sana?"

Mendengar pertanyaan Jamal, Haikal langsung terbawa kembali ke hari itu.

...

"Oke. Kita liat, gimana reaksi sahabat sahabat lo itu ketika tau salah satu membernya gak balik ke asrama dan lagi jemput ajalnya di tempat yang terbengkalai."

"Heh! Emang lo panitia alam baka? PD banget bilang gue mau jemput ajal, ayo! Keburu sore, banyak nyamuk ntar, mana gue lupa gak bawa autan lagi, mampir dulu di warung depan."

Haikal sempat melirik Kelvin yang berjalan di belakangnya saat mereka menuju ke warung Pakdhe. Ia tidak mungkin menghubungi membernya saat itu karena itu hanya akan membahayakan mereka. Tiba-tiba saja Haikal teringat tentang Bang Jamal, laki-laki itu seringkali tertangkap netranya terlihat nongkrong di warung Pakdhe.

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang