24. 1710 💚 Arga Putra Isabela Anasera

30.3K 3.7K 969
                                    

"Pokoknya mulai sekarang jangan biarin Haikal sendirian lagi," tutur Arga sore itu dengan wajah serius, tak ada satupun member-Jendral, Aji, Marka, dan Cakra-yang berani membalas. Mereka mengangguk menyetujui tanpa ada rasa terpaksa.

Pesan Arga itulah yang menjadi alasan Aji dan Jendral terus bergantian mengekori Haikal beberapa hari terakhir.

"Kal, sejak kapan lo punya ekor?" tanya Dean, teman satu jurusan Haikal.

"Huh?"

Dean mengedikkan kepalanya ke arah Aji. Haikal langsung mengerti. Ia menjawab dengan suara yang terdengar lelah. "Ooh, anggep aja lelembut, gue udah terbiasa diintilin sama dia, kalo nggak dia, ya, Jendral, udah, jangan heran kalo liat gue ketempelan mereka."

Dean terkekeh. "Emang lo nggak ada kelas, Ji?" tanya Dean.

"Gue kelas pagi tadi," jawab Aji.

Haikal menyambar, "itulah kenapa tadi pagi Jendral yang ngintilin gue. Mereka berdua emang segabut itu kayaknya."

Dean tertawa kecil. "Udah kayak pengawal pribadi aja dua gapura kabupaten ini, untung si Arga gak ikutan, ya."

"Jelas Arga gak ikutan, orangnya aja nggak ada, dia nggak pulang ke asrama beberapa hari ini," ujar Haikal.

"Dia keluar dari asrama?"

Haikal menggeleng. "Bukan gitu. Dia udah beberapa hari pulang ke rumah, mamanya sakit."

"Oooh, karena itu lo dititipin ke mereka?" tanya Dean.

"Kurang lebih, begitu lah pokoknya. Dikira gue bocah TK kali, ya, padahal--"

"Padahal masih PAUD," sahut Dean disambung tawanya yang terdengar puas. Aji terkekeh di belakang Haikal. Ia diam-diam mengacungkan ibu jarinya pada Dean.

"Kok ketawa?" tanya Haikal yang dengan cepat menoleh pada Aji setelah mendengar suara tawanya.

"Kelepasan, Bang. Sorry."

Sisa tawa Dean masih terdengar. "Ya udah, deh, gue mau ke perpus dulu. See you guys," pamit Dean.

"See you," balas Haikal dan Aji.

"Lo beneran mau ngintilin gue terus, Ji?"

Pemuda jangkung itu mengangguk dengan mantap.

"Mau ke toilet nih gue," kata Haikal.

"Ya udah, ayo, jangan di tahan," ujar Aji. Ia dengan santai merangkul Haikal dan mengajaknya kembali berjalan. Hela napas Haikal mengudara di saat yang sama.

"Terserah deh, gue pasrah. Asal jangan ikut masuk aja."

💚💚💚

Di tempat lain, mobil hitam milik Kanarga mulai memasuki area garasi rumahnya. Hela napasnya mengudara saat ia keluar dari mobil sembari menggantungkan tas di bahu kirinya. Ini adalah hari ke empat ia tak pulang ke asrama demi menjaga mamanya.

Baru saja ia membuka pintu rumah, suara kucing di rumah menyambutnya. Kucing berbulu putih bersih itu berlari ke arahnya dan terus mengeong. Rasa lelah Arga seolah langsung hilang saat mengangkat kucing itu ke dalam gendongannya. "Lucy, gimana keadaan mama? Aman kan selama aku tinggal kuliah?" tanyanya. Tangan pemuda itu mengelus lembut kepala kucing peliharaannya sembari berjalan ke lantai dua.

"Kamu turun dulu, ya, aku mau cek mama, nanti aku main sama kamu lagi," kata Arga, ia menurunkan kucing betina itu dengan hati-hati. Kucing itu mengeong seolah memahami perkataan Arga. Pemuda itu langsung tersenyum bangga.

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang