4. 1808 💜 Ultra Luxury

37.8K 4.2K 1.9K
                                    

"Aji~" Haikal terlihat berlari ke arah Aji yang baru saja memarkirkan motornya sembari melambaikan tangan dengan girang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aji~" Haikal terlihat berlari ke arah Aji yang baru saja memarkirkan motornya sembari melambaikan tangan dengan girang.

Aji tertawa kecil di balik helmnya.

"Lo keren banget, anjir, mending mulai hari jangan nonton si kembar botak lagi deh," celetuk Haikal sembari menerima helm dari Aji.

"Gak bisa, Upin-Ipin harga mati, btw abis ini mampir ke toko buku dulu, ya, Kal, gue mau cari buku modul."

"Okey, asal pulang gue nenteng Thai Tea, deal?" tanya Haikal.

Aji tersenyum tipis. "Hmm? Jadi, lo malak?"

"Nggak malak, gue haus aja, jujur," jawab Haikal. Sembari naik ke jok motor Aji, ia melanjutkan ucapannya.

"Tapi, ya, kalau Aji yang baik hati dan suka berbagi ini gak mau beliin, gue gak bisa maksa, bener, kan?" katanya dengan sengaja mengintip wajah Aji dari samping. Dari matanya yang terlihat semakin menyipit, Haikal tebak laki-laki itu tersenyum.

"Bener, gak?" ulang Haikal.

"Iya, iya, gue beliin, udah, kan? Jalan, ya?"

"Tunggu!"

"Hmm?" Aji sedikit memutar tubuhnya dan melihat Haikal.
"Apa? Ada yang ketinggalan?"

"Bukan, gue mau berdoa dulu, ini ritual wajib gue biasanya kalo bonceng si Jenjen," jawab Haikal. Di luar ekspektasi Aji, Haikal terlihat benar-benar khusyuk berdoa sembari memejamkan mata.

Aji dibuat menarik sudut bibirnya lagi. Ia lanjut memalingkan wajahnya saat Haikal sudah selesai berdoa.
"Gue sekarang paham kenapa Jendral mertahanin pekerjaan penuh berkah ini, penumpang gak sembarang penumpang yang dibawa."

"Ayo jalan!" ajak Haikal.

"Percaya sama gue, gak akan gue biarin lo nyesel kok nebeng gue."

"Oke."

Motor Aji sudah menyala dan tak lama ia mulai melajukan motornya keluar dari area parkir dan gedung fakultas Haikal.

🌱🌱🌱

"Cak, ngeteh yuk," ajak Reihan dari arah dapur.

"Siang bolong begini ngeteh, yang bener aja, mending minum pocari, Rei," jawab Cakra yang goleran di ruang tengah menonton saluran televisi yang sedang menayangkan berita infotainment.

"Ada yang liat jam tangan gue?" celetuk Marka yang baru keluar dari kamarnya usai menunaikan ibadah sholat dzuhur dan sudah siap berangkat ke kampus.

"Jam tangan yang mana?" tanya Cakra.

"Yang gue beli bareng Haikal ama Jendral minggu lalu."

"Yang Breguet itu?" tanya Reihan.

"Iya, gue lupa naruh," jawab Marka.

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang