"Bang, tahun depan kalian umur berapa?" celetuk Aji yang bergabung dengan Haikal dan juga Marka di ruang tengah. Di tangannya menyangga gelas berisi jus jambu yang ia dapatkan dari hasil memohon pada Reihan.
"22 kayaknya," jawab Marka. Sementara Haikal yang berbaring di sampingnya langsung menyahuti.
"Kenapa nanya-nanya?"
"Nanya aja, lo tahun depan umur berapa?"
"Gatau," jawab Haikal tanpa ada minat menoleh, ia malah sempat melirik Marka yang kebetulan ia pinjam pahanya sebagai bantal, tapi setelah itu ia kembali menatap layar ponselnya.
"Kok nggak tau sih? Umur sendiri juga."
"Ya, umur mah nggak ada yang tau, Ji," jawab Haikal dengan datar, kontras dengan Marka yang langsung tertawa setelah menangkap maksud dari ucapan Haikal.
"Bukan itu! Umur-- ah, gimana, sih, jelasinnya," kata Aji yang mendadak frustasi sendiri.
Sembari meletakkan ponselnya dan berganti posisi agak miring, Haikal bersuara, "Gue tanya sama lo coba, gantian."
"Apa?"
"Lo lebih percaya bakat apa kerja keras?" tanya Haikal.
"Bakat," jawab Aji tanpa berpikir.
"Emang bakat lo apa gue tanya?"
Aji langsung berpikir. Di antara mereka ada Marka yang merasa gemas melihat interaksi kedua membernya.
"Iya juga, ya, bakat gue apaan?" gumam Aji.
"Nah, daripada nganggur, mending lo pikirin itu, selesai," pungkas Haikal. Ia kembali bermain ponsel dalam keheningan seolah tak pernah ada obrolan sebelumnya.
Aji beranjak dan pergi ke kamarnya dengan mulut yang komat-kamit entah sedang mengucapkan mantra apa.
"Kal, lo sengaja banget bikin Aji mikir," gelak Marka.
"Biarin aja, sesekali gue kangen Aji yang modelan begitu, Mark," kata Haikal.
Marka tertawa kecil. Dalam hatinya ia setuju.
"Btw, kepala lo angkat dikit, Kal. Paha gue agak gak nyaman," kata Marka. Tanpa mengatakan apapun, Haikal mengangkat kepalanya untuk beberapa saat, memberi waktu Marka untuk memperbaiki posisi.
"Udah," kata Marka, lalu dengan cepat kepala Haikal kembali mendarat di pahanya.
"Lo ngapain, sih, Kal?"
Haikal sedikit mengangkat ponselnya. "Baca Webtoon."
"We--" Marka spontan menoleh saat mendengar suara langkah mendekat.
"Ekhemmm! Keknya semenjak seminggu yang lalu, tepatnya setelah Bang Marka full tinggal di asrama, ada yang nempel terus nih," cibir Jendral. Dengan sengaja ia melompati sofa dan langsung mencari posisi ternyamannya.
"Komen aja, iri, ya?" balas Haikal.
"Sini dong, gantian di paha gue," kata Jendral menepuk pahanya sendiri.
Haikal sedikit terkejut dengan jawaban Jendral. Ia spontan bangun dan menatap Jendral dengan mata bulatnya yang kerlap-kerlip.
"Mark, member lo yang satu ini tuh kadang agak mengkhawatirkan, jujur, gue kadang merinding," beber Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPTA HARSA {TERBIT} ✓
Ficção AdolescenteSERI KEDUA KLANDESTIN UNIVERSE [Sudah terbit & part masih lengkap] "Bang, tahun depan kalian umur berapa?" celetuk Aji yang bergabung dengan Haikal dan juga Marka di ruang tengah. Di tangannya menyangga gelas berisi jus jambu yang ia dapatkan dari h...