"Gue udah nyari Kelvin kemana-mana, tuh anak sembunyi di mana, ke mana dia bawa Haikal, anjir, anjing, bangsat! ARGHHH!" Jendral mengacak rambutnya frustasi. Kemarin saat ia, Reihan dan Aji pergi memeriksa gedung bekas pabrik di belakang kampus, mereka menemukan tas Haikal dan beberapa bercak darah. Hal itu semakin membuat emosinya meledak dan bertekad menghabisi Kelvin jika benar terjadi sesuatu pada Haikal.
"Ini udah hari kelima, Haikal belum pulang dan sekarang Nana malah demam juga, jangan kaget kalo mungkin besok gue jadi gila," lanjut Jendral.
"Ngomong dijaga, Jen," tegur Reihan yang baru saja keluar dari kamar Arga membawa baskom air yang ia gunakan untuk mengompres Arga.
"Rei, gue bisa mempertahankan emosi dan kewarasan gue sampai detik ini aja harusnya lo bersyukur," ujar Jendral.
Setelah Jendral mengakhiri ucapan, terdengarlah suara bel pintu yang menggetarkan hati. Tanpa ragu, semua orang berpaling dengan penuh antisipasi, lalu terlontar satu nama dari bibir mereka seakan menjadi satu.
"Haikal?"
Reihan dengan sigap mengangkat bicaranya, "Gue cek dulu."
"Gue harap lo pulang, ya, Kal?" gumam Jendral, pandangannya langsung tertuju pada pintu asrama dengan harapan yang tak tersembunyi.
Cakra, yang tak kalah cemas, sambil mengawasi pintu yang sama, berbisik, "Bang, itu dia, kan?"
Namun, tegangannya tak berlangsung lama. Beberapa detik kemudian, Reihan memasuki ruangan dengan ekspresi kecewa yang sulit disembunyikan. Ia menyerahkan sesuatu pada Cakra, dan dengan nada rendah berkata, "Paket yang lo pre-order dua minggu yang lalu."
Sebuah kerutan muncul di dahi semua orang, pertanda kekecewaan yang tak terelakkan.
Dengan suara penuh tekad, Aji berkata, "Bang, gue mau coba cari Haikal lagi. Kalo ada berita apa-apa, tinggal telpon aja." Ia melengkapi kalimatnya dengan memakai jaket dan meninggalkan kamar dalam langkah mantap.
"Lo mau nyari kemana lagi? Kita udah tau Haikal lagi sama siapa, lo cuma perlu nyari si Kelvin dan remukin tulangnya," kata Jendral.
"Gue anggep itu izin, pamit dulu, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Aji bergerak menjauh tanpa hambatan, meninggalkan ruangan dengan langkah mantap.
Di tempat, Reihan menggertakkan giginya, wajahnya tampak tegang. "Kalo beneran pelakunya Kelvin-"
"Blenderin jus cabe sana, bang, nanti tinggal siram ke mukanya," Cakra merespons dengan komentar jenaka, mencoba untuk meredakan ketegangan.
"Sayang cabenya gue, lagi mahal."
Cakra menunjukkan senyum yang tanpa suara, menikmati momen humor kecil di tengah situasi tegang.
💜💜💜
Setelah meninggalkan asrama, Aji bergegas menuju area basement sambil memutar-mutar kunci motor di tangannya. "Harusnya kalo tebakan gue bener, si Kelvin ada di-"
"Di mana?" Haikal menginterupsi dengan suara yang begitu akrab di telinga Aji.
Seakan kaget oleh kehadiran suara yang dikenal, Aji hampir berhenti mendengarkan.
"Mau ke mana?" Haikal bertanya lebih lanjut.
Aji membalikkan tubuhnya sedikit ke samping. Tidak jauh dari posisinya, seseorang yang begitu akrab sedang menatapnya. Perasaan lega seolah merayap tiba-tiba di dalam hati Aji.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPTA HARSA {TERBIT} ✓
Novela JuvenilSERI KEDUA KLANDESTIN UNIVERSE [Sudah terbit & part masih lengkap] "Bang, tahun depan kalian umur berapa?" celetuk Aji yang bergabung dengan Haikal dan juga Marka di ruang tengah. Di tangannya menyangga gelas berisi jus jambu yang ia dapatkan dari h...