27. 2910 ❤ Yang Terakhir : Last

36.2K 3.3K 667
                                    

Selamat membaca chapter terakhir dari Sapta Harsa teman teman🤍
.
.
.

Pagi itu, Cakra bangun lebih awal dan dengan semangat masuk ke dapur. Dia mulai menyiapkan sarapan, menciptakan aroma harum dari telur tomat, nasi goreng, dan sup. Tak lama kemudian, Marka dan Reihan turun dari lantai atas dan bergabung di dapur.

"Oh? Lo bikin sarapan duluan?" celetuk Reihan.

"Iya, kebetulan lagi mood masak," jawab Cakra dengan senyum.

"Udah lama banget gue nggak ngerasain masakan Cakra," kata Marka.

"Puas-puasin nanti sarapannya," ujar Cakra. Marka mengangguk dengan antusias.

"Ngomong-ngomong, Aji belum bangun?" tanya Marka kepada Cakra.

"Masih main hp tuh di atas, main game pembelahan sel," jawab Cakra sambil memeriksa nasi.

"Good morning," sapa Arga yang muncul dengan piyama birunya. Suaranya masih sedikit serak.

"Morning," jawab semua orang yang ada di sana.

"Tumben keluar sendiri? Biasanya ada ekornya," celetuk Reihan dengan candaan.

Arga duduk di tempatnya, lalu mengedikkan kepalanya ke arah pintu kamar jendral. "Ekal tidur di kamar jendral," tambahnya.

"Tom and Jerry bisa tidur sekamar juga ternyata?" gelak Reihan.

"Semalem udah tidur di kamar tapi Ekal bilang mau ikut Jendral nongkrong, taunya pas gue cek jam 12 tadi, dua-duanya pules di kamar," beber Arga sambil menggelengkan kepala heran.

"Bangunin gih, Na. Gue ke atas manggil Aji dulu," kata Reihan yang langsung melenggang pergi.

Baru saja dibicarakan, Jendral keluar dari kamarnya dengan rambut acak-acakan dan matanya yang masih lengket. Dengan hati-hati, ia menutup pintu kamarnya, mencoba tidak membuat suara berisik. Lalu, dia berjalan menuju meja makan dan duduk di sebelah Arga.

"Ekal belum bangun?" tanya Arga. Jendral hanya menggeleng. Kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya.

"Cuci muka sana, Jen. Takutnya nanti saking ngantuknya, pas makan malah sendoknya yang lo telen bukan makanannya," celetuk Cakra.

"Iya," kata Jendral. Namun, kontras dengan jawabannya, pemuda itu malah menggolekkan kepalanya di atas meja lalu memejamkan matanya. "10 menit."

"Kecapekan, ya, Jen?" tanya Arga. Tangannya bergerak merapikan rambut sahabatnya.

"Hmm."

"Kalo capek istirahat, Jen. Lo capek masih sempet-sempetnya nongkrong," tutur Arga.

Jendral menjawab dengan mata yang sedikit terbuka. "Semalem enggak kok."

"Pokoknya jam tidur jangan diberantakin, kalo waktunya tidur ya tidur, nggak usah ngeluyur," tambah Arga.

"Iya ... nggak akan nongkrong lagi."

"Tumben nurut sama Nana, Jen," celetuk Marka yang sejak awal duduk di sisi Arga yang lain.

"Daripada dia ngomel, Bang."

"Gue serius." Arga spontan menggeplak kepala Jendral hingga membuat pemuda itu praktis bangun dan mengaduh kesakitan.

"Gue juga nggak bercanda, Na. Kalo gue bilang tetep nongkrong lo pasti ngomel, kan?"

Marka dan Cakra hanya bisa menertawakan interaksi Jendral dan Arga.

"Emang agaknya mustahil Jendral sama Nana kok akur, dunia gak baik-baik aja berarti," celetuk Cakra disusul tawa renyah Marka.

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang