Chapter 24

789 64 29
                                    

Arrabela memutuskan bertemu dengan kedua sahabatnya Rasya dan Camilla sebab sejak menikah mereka tidak bertemu. Mereka hanya berkomunikasi lewat telpon saja jadi hari ini mereka bertemu.

"Bagaimana apa kau sudah berbicara dengan Gabriel soal bulan madu mu?" tanya Camilla penasaran.

"Apa yang dia katakan? Apa dia mau atau menolakmu?" Rasya ikut bersuara. Seketika Arrabela menarik nafasnya panjang lalu menggelengkan kepalanya lemah.

"Belum, aku masih belum berani bertanya." jawabnya lesu. Bagaimana bisa ia berani bertanya di saat tadi malam Gabriel mendorongnya seakan jijik ia sentuh, jadi, bagaimana mereka berbulan madu. Memikirkan itu semua sudah membuat nya sedih.

"Kau itu, kenapa belum berani. Harusnya kau bertanya kepadanya. Sudah 3 minggu kalian menikah tapi kau belum menanyakan nya langsung. Siapa tahu kan dia berubah pikiran." kata Camilla membuat Arrabela diam.

Apa ia harus bertanya? Dirinya juga penasaran respon Gabriel saat ia bertanya tentang bulan madu.

"Baiklah, nanti aku akan bertanya." ujarnya membuat kedua sahabatnya tersenyum.

"Itu baru Arrabela yang aku kenal! Dia pemberani." ucap Rasya semangat. Camilla dan Arrabela hanya terkekeh mendengarnya.

Malamnya Arrabela sudah menyiapkan hati kalau-kalau Gabriel menolak untuk berbulan madu. Ia menunggu pria itu datang tapi sudah pukul 7 malam Gabriel belum pulang. Biasanya pria itu akan kembali jam 5 sore atau 6 tapi sekarang dia belum pulang. Apa dia banyak pekerjaan? Tak lama deru mobil terdengar, langsung saja ia mengintip lewat jendela dan benar saja itu adalah mobil Gabriel.

Namun, dahinya mengernyit heran melihat wajah pucat Gabriel. Langkah pria itu sempoyongan dan hampir jatuh. Langsung saja ia bergegas ke bawah, ia melihat Valerie yang cemas kepada Gabriel tapi sekarang yang ada di pikiran nya adalah suaminya Gabriel. Ia mendekat dan memegang tangannya.

"Hati-hati." panik Arrabela karena Gabriel hampir terjatuh. Gabriel menoleh kearah Arrabela lalu menarik tangan nya seakan tidak ingin di bantu.

"Aku bisa sendiri." lirihnya serak.

"Gab, apa kau baik-baik saja?" tanya Valerie di samping Arrabela. Gabriel hanya tersenyum tipis saja.

"Bisakah antarkan teh ke ruang kerja ku." pinta Gabriel menatap Valerie yang mengangguk cepat.

"Tentu!"

"Ke ruang kerja? Apa kau akan bekerja lagi? Melihat dokumen-dokumen putih itu?" tanya Arrabela dengan suara sedikit tinggi. Ya, dirinya sedikit marah dan emosi mendengar perkataan Gabriel yang malah akan ke ruang kerja nya bukan malah istirahat di kamarnya. Dirinya tahu Gabriel sibuk bekerja tapi bukan seperti ini juga!

Gabriel menatap tajam kearah Arrabela yang merasa tidak takut dengan tatapan itu, ia malah balik menatap Gabriel.

"Aku tidak akan bekerja di sana." ujar Gabriel dingin lalu bangkit menuju kamarnya. Setelah Gabriel pergi Valerie berbicara kepada Arrabela.

"Dari dulu Gabriel lebih suka menghabiskan waktunya di ruang kerja nya. Aku tidak masalah dengan itu karena aku tidak ingin Gabriel merasa tertekan aku melarangnya." beritahu Valerie kemudian pergi.

Waktu sudah menujukkan pukul 10 malam. Arrabela menatap langit-langit kamarnya karena harusnya Gabriel ada di sini, meski tidak setiap hari di kamarnya tapi setidaknya Gabriel tidur di sini. Ingin bertanya lagi-lagi ia merasa tak berani. Akan sampai kapan seperti ini? Arrabela harus bertindak karena kalau tidak Arrabela akan merasa tidak di anggap sebagai istri meski istri paksaan. Setelah berpikir sejenak akhirnya Arrabela keluar untuk menemui Gabriel di ruang kerja nya.

SECOND WIFE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang