Chapter 30

1K 62 17
                                    

"Kenapa kau menangis?" suara bariton itu membuat tubuh Arrabela menengang kaku.

Suara itu... Suara Gabriel. Apa dia tidak meninggalkan nya sendirian di sini? Dengan tubuh gemetarnya ia menoleh dan benar saja di sana ada Gabriel yang sedang mengernyit heran.

"Gabriel!" Arrabela berlari kencang menuju Gabriel dan memeluknya erat. Tangisan nya pecah di pelukan pria itu.

"Aku pikir kau meninggalkanku." isak Arrabela tersedu-sedu. Ia lega karena Gabriel tidak meninggalkan nya seorang diri di sini.

"Hei, tenanglah. Aku pergi sebentar untuk melihat area sekitar sini apakah perampok itu sudah mendekat kemari. Ternyata tidak ada." beritahu Gabriel.

Tangisan Arrabela makin kencang mendengarnya bahkan tangan nya makin erat memeluk pria itu.

"Aku takut.. Aku takut sekali." lirih Arrabela. Gabriel pun menepuk bahu Arrabela dengan canggung.

"Kau tidak perlu takut. Ada aku di sini." ujar Gabriel membuat tangisan Arrabela sedikit mereda. Setelah tenang Arrabela melepaskan pelukan nya dan bergerak mundur.

"Sudah tenang?" tanya Gabriel dan Arrabela mengangguk pelan.

"Kita akan kemana sekarang?" tanya Arrabela. Entah di mana mereka sekarang tapi yang jelas hari mulai gelap dan mereka tidak tahu jalan keluar dari Hutan.

"Kita jalan saja." balas Gabriel dan mereka pun berjalan menelusuri hutan belantara. Hari sudah gelap dan mereka hanya mengandalkan lampu ponsel yang tidak ada sinyal sama sekali.

Arrabela memegang erat Gabriel karena merasa takut dengan suara-suara aneh di Hutan. Rasanya ia ingin menangis kencang memanggil Kakak dan Daddy nya apalagi ia merasa kedinginan, namun ia tidak ingin membuat Gabriel kesusahan karena dirinya. Arrabela menoleh kearah Gabriel yang selalu waspada dengan sekitar, wajahnya yang serius memandang kearah depan membuat Arrabela tidak bisa mengalihkan pandangan nya sampai ia tersandung dan terjatuh.

"Aw!" Arrabela terjatuh dengan kaki yang berdarah.

"Kakimu berdarah!" seru Gabriel panik. Arrabela yang baru menyadarinya terkejut dan kesakitan.

"Sudah aku katakan, jangan melamun!" sungut Gabriel kesal karena kebiasana Arrabela masih saja di saat seperti ini. Arrabela hanya menunduk sedih karena apa yang di katakan pria itu benar. Kenapa ia malah tersandung dan tidak bisa berjalan.

"Maaf. Aku terlalu terpesona denganmu." cicit Arrabela jujur.

"Di saat seperti ini kau masih saja merayuku. Ckk!" dengus Gabriel lalu ia mulai menghentikan darah di kaki Gabriel dengan kain yang ia sobek dari kemeja nya.

"Maaf, Gab." lirih Arrabela. Setelah itu Gabriel membantu Arrabela bangun tapi suara ringisan Arrabela membuat Gabriel tidak punya pilihan lain selain mengendongnya, ia pun berjongkok memberi isyarat kepada Arrabela untuk naik.

Arrabela terbelalak tak menyangka Gabriel menawarkan punggungnya tapi ia segera menggelengkan kepalanya sebab ia tahu betapa lelahnya Gabriel dan ia tak ingin menambahnya dengan mengendongnya.

"Tidak! Tidak! Aku tidak apa-apa." Arrabela berpura-pura baik-baik saja dengan memaksakan kakinya untuk berjalan namun sayangnya wajahnya tidak bisa berbohong menandakan bahwa dirinya memang sedang kesakitan.

"Ayo, naik." tekan Gabriel melemparkan tatapan tajamnya.

Arrabela pun tidak ada pilihan lain. Jantungnya berdebar kencang saat ia memeluk leher Gabriel dari belakang, ia belum pernah melalukan ini sebelumnya dan rasanya, entahlah antara senang, sedih dan lelah karena situasi sekarang ini. Arrabela menyandarkan kepalanya di bahu kekar Gabriel dan rasa kantuk pun di rasakan olehnya dan semuanya menjadi gelap.

SECOND WIFE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang