Chapter 22

697 64 25
                                    

Ketukan pintu terdengar di telinga Arrabela namun ia tidak ingin bertemu dengan siapapun. Sekarang ini ia hanya ingin menangis dan menangis meluapkan kesedihan nya, ia tahu kalau Gabriel tidak mencintainya hanya saja saat mendengar Gabriel mengatakan cinta kepada Valerie hatinya luar biasa sakit padahal itu hal wajar.

"Berhenti menangis. Berhenti." geram Arrabela menghapus air mataya namun tanpa tahu malunya air matanya terus saja mengalir deras. Dirinya bahkan menegelamkan wajahnya di bantal berharap tangisan nya reda. Dering ponselnya berbunyi dan nama Mommy nya tertera di layar ponselnya.

Tangisa nya seketika mereda berganti dengan kepanikan. Apakah ia harus mengangkatnya di sana ia sedang menangis atau harus mengabaikan nya? Beberapa menit mempertimbangkan nya akhirnya Arrabela mengangkatnya karena ia tahu Mommynya akan mencemaskan nya kalau ia tidak mengangkat telpon.

"Halo. Mom."

"Arra, apa kau baik-baik saja di sana?" tanya Emily. Arrabela mengigit bibirnya ingin sekali mengatakan kalau saat ini ia sedang tidak baik-baik saja namun sekali lagi ia tidak ingin keluarganya tahu kesedihan nya sebab ini adalah keputusan nya sendiri untuk menjadi istri kedua Gabriel.

"Baik, Mom. Kenapa Mommg bertanya? Merindukan Arra, ya?" goda Arrabela mendapat kekehan dari Mommy nya. Sejak dulu Arrabela sudah pintar menyembunyikan kesedihan nya dan sekarang ia akan melakukan nya lagi.

"Tentu Mommy merindukan putri tersayang Mommy. Tidak ada kau di sini rumah jadi sepi. Daddy mu terus bekerja dan Kenan dia jarang di rumah. Dia sibuk dengan para wanita nya saja tapi tidak ada yang di bawa ke rumah." keluh Emily membuat Arrabela tersenyum.

"Mungkin Kenan belum menemukan orang yang ingin di kenalkan dengan kita. Tunggu saja nanti akan ada wanita yang menaklukkan Kenan."

"Mommy berharap begitu."

"Hm, apa Gabriel ada denganmu sekarang?" tanya Emily hati-hati.

Tidak ada jawaban dari Arrabela sampai Emily harus memanggilnya beberapa kali.

"Eh, iya Mom. Gabriel ada di kamar mandi. Mommy ingin bicara dengan dia?" bohong Arrabela. Tak mungkin kan dirinya mengatakan kalau Gabriel sedang bermesraan di ruang tamu dengan istri pertama nya? Jadi ia berbohong saja agar Mommy nya tidak khawatir.

"Tidak perlu. Mommy hanya ingin berkata kalau putri Momny adalah wanita yang kuat dan ceria. Dia sering membuat semua orang tertawa dan gembira." kata Emily membuat Arrabela membisu.

Ya, Arrabela yang dulu tidak mudah sedih apalagi menangis tersedu-sedu seperti tadi namun pengecualian kakau dengan Gabriel karen hanya pria itu yang bisa membuatnya lemah dan rapuh.

"Iya, Mom." jawab Arrabela singkat.

"Baiklah, kalau begitu Mommy tutup dulu telpon nya. Selamat malam."

Sambungan telpon pun terputus. Arrabela menarik nafasnya panjang lega karena telpon terputus tapi sedih karena ia harus membohongi Mommy nya.

"Sepertinya kau ahli dalam berbohong." sindir seseorang membuat Arrabela menegang kaku. Kedua matanya melebar melihat Gabriel yang sudah memakai kaos oblong sekarang sudah ada di depan pintu kamarnya.

"Gabriel. Kau di sini." kesedihan kembali di rasakan nya mengingat kejadian tadi.

"Ini rumahku tentu aku ada di sini." sahut nya dingin. Arrabela mengigit bibirnya.

"Maaf, tapi seingatku pintu di kunci." jawabnya pelan.

"Lupakan saja. Valerie mencemaskanmu dan memintaku melihat kondisimu." kata Gabriel.

"Aku baik-baik saja. Soal tadi aku hanya terbawa suasana saja. Harusnya aku tidak seperti itu. Dan soal Guci yang pecah itu aku akan menggantinya."

"Tidak perlu. Itu Guci hanya satu, di beli khusus untuk ulang tahun Valerie."

SECOND WIFE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang