Enam

6.3K 1.2K 130
                                    

"TADINYA gue pikir Risyad yang akan duluan nikah karena dia yang lebih dulu tunangan sama Kiera," kata Yudis ketika geng kami akhirnya sama-sama punya waktu luang untuk berkumpul di kafe tempat kami biasanya bertemu. "Eh, nggak tahunya malah keduluan Tanto yang ketemu jodohnya belakangan."

Tadinya aku pikir juga begitu, mengingat betapa gigihnya Risyad mengejar Kiera yang terang-terangan menolaknya. Bermain jual mahal adalah trik paling kuno yang digunakan perempuan untuk membuat laki-laki penasaran. Taktik yang jelas berhasil Kiera terapkan untuk mendapatkan Risyad.

"Risyad menunda-nunda karena dia nggak yakin mau melangkah lebih jauh daripada sekadar tunangan," ujarku.

"Sialan!" omel Risyad tidak terima ucapanku. "Gue beneran yakin kok mau menikah sama Kie. Yakin 1000 persen. Kami belum menikah karena Kie belum siap aja. Begitu dia bilang siap, persiapannya langsung tancap gas."

"Kalau gitu, berarti Kiera yang belum yakin sama elo dong. Tampang oke, hidup mapan, jadi apa yang bikin dia ragu sampai lo digantung padahal sudah tunangan lumayan lama? Hmm... gue tahu, performa lo di ranjang pasti nggak sesuai dengan ekspektasinya."

"Yang ada di kepala lo itu isinya selangkangan semua," gerutu Tanto. "Nggak semua hal dalam hidup dan hubungan itu berkaitan dengan seks."

"Jangan naif," bantahku. "Tentu saja semua hal yang ada dalam hubungan manusia itu berkaitan dengan seks. Menurut lo, kita semua berasal dari mana? Ya dari hubungan seks orangtua kitalah. Percaya sama gue, yang dibutuhkan perempuan itu hanya duit, kenyamanan, dan orgasme. Duit dan nyaman saja nggak akan cukup untuk bikin mereka tinggal. Tempat tidur mereka harus tetap membara."

"Jangan ladenin Rakha berdebat soal hubungan dengan perempuan," tukas Dhyas. "Yang dia omongin itu hanya teorinya sendiri. Dia nggak pernah hubungan yang cukup dalam dengan perempuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang dia percaya itu memang benar."

"Gue nggak perlu punya hubungan mendalam dengan perempuan untuk tahu kalau teori gue benar," protesku. "Gue yakin semua riset yang dilakukan untuk memahami perempuan itu akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Perempuan hanya butuh tiga hal untuk bertahan dalam suatu hubungan. Uang, perasaan nyaman, dan seks yang memuaskan."

"Perempuan itu bukan ilmu pasti, man," bantah Tanto penuh semangat. "Penelitian yang melibatkan perempuan hasilnya pasti berbeda-beda meskipun memakai variabel yang sama kalau sampelnya berbeda."

"Udah, jangan membahas soal hubungan lagi," lerai Dyas sekali lagi. "Pemahaman Rakha nggak akan sampai pada tahap kita yang sudah menemukan dan berkomitmen dengan pasangan. Tunggu saja sampai dia akhirnya jatuh cinta."

"Cinta itu hanya untuk orang lemah," sahutku pongah. "Dan maaf saja, gue nggak selemah kalian. Gue nggak akan pernah jatuh cinta. Gue bisa mendapatkan semua keinginan dan kebutuhan gue tanpa melibatkan cinta."

"Belum, bro, belum," ralat Risyad. "Cinta dan perasaan tertarik itu sangat manusiawi, jadi gue yakin nggak ada yang kebal sama perasaan itu. Lo belum ketemu batunya aja. Selama jatah umur lo belum habis, kemungkinan untuk jatuh cinta tetap saja ada."

Aku tertawa mengejek pernyataan Risyad. "Lemah ya lemah aja, man. Nggak usah bawa-bawa gue dong."

"Jangan salahkan gue kalau tiba-tiba aja lo terlempar keluar dari grup," kecam Tanto. "Grup kita nggak butuh aura negatif. Terutama menjelang pernikahan gue."

Gelakku makin menjadi. "Kalau lo masih takut terkena pengaruh orang lain, itu tandanya lo belum beneran yakin sama keputusan lo untuk menikah."

"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama perempuan yang berbeda dengan spek teman tidur lo selama ini."

"Maksud lo, Rakha jatuh cinta sama perempuan seumur ibunya?" Yudis menyengir jail. "Batas toleransi teman kencan dia kan biasanya nggak lebih dari 30 tahun."

Karma RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang