Pagi ini Dira diantar sekolah oleh bundanya. Semalam badan Dira panas dan flunya semakin parah. Bunda sudah membawanya ke dokter dan kini kondisi Dira mulai membaik.
Bunda menyuruhnya untuk tidak bersekolah saja hari ini, tapi Dira tetaplah Dira, ia akan tetap bersekolah walaupun tengah tidak enak badan seperti ini.
"Dira, bekalnya dimakan ya, nak"
"Habis itu minum obatnya, banyakin minum air putih jangan sampai tenggorokannya kering"
"Iya bunda...."
"Kalau merasa gak mampu izin sama guru buat pulang ya, jangan dipaksain"
"Iya bun... Bawel ah, Dira udah sembuh kok"
Bunda Kirana memang seperti itu, sangat mengkhawatirkan kesehatan Dira. Dira saja yang kadang keras kepala tidak mendengarkan perkataan bundanya.
Alasan Dira sakit semalam karena kemarin ia nekat pulang hujan-hujanan. Dira juga sebenarnya terpaksa karena menyembunyikan air matanya lantaran tak kuat lagi menahan rasa sesak di dadanya.
Itu bukan karena salah Nathan maupun Nadya, ini hanya salah dirinya yang terlalu berharap.
_____---_____
"Hai, Dir! Tumben, biasa pagi-pagi udah semangat tagih uang kas"
Mira sedikit bingung, tak biasanya Dira seperti ini.
"Gue lagi gak enak badan, Mir" Jawab Dira kini menyenderkan badannya ke kursi.
"Kasihan banget, kenapa gak izin aja Dir?" Tanya Mira.
"Selagi gue masih mampu berdiri gue bakalan tetap pergi ke sekolah"
Dira memang pantas dijadikan panutan. Semangat menuntut ilmu seperti inilah yang patut ditiru. Walaupun tengah tidak enak badan, namun niat untuk belajar sungguhlah tinggi.
"Emm gue bantu lo tagih uang kas ya"
Dira yang semula ingin memejamkan mata untuk istirahat sebentar kini terbuka kembali terkejut mendengar tawaran Mira.
"Tenang Dir, dijamin semua pasti bayar" Ucap Mira menyakinkan Dira.
"Makasih, Mir"
Mira melenggang pergi membawa buku kas kelas dan segera menagihnya pada teman di kelas.
Dira tersenyum, merasa bersyukur punya teman sebaik Mira.
Tak sadar, Dira tiba-tiba kembali memudarkan senyumnya. Ia menoleh pada kursi kosong disampingnya.
Lily.
Gadis itu tak kunjung kembali hingga saat ini. Bahkan, Dira tak mendapatkan kabar apapun tentang Lily.
Dira sangat merindukannya. Sahabat yang sudah Dira anggap sebagai saudaranya itu kini pergi meninggalkannya.
"Mana janji lo Li buat kembali lagi?"
_____---_____
"Dira!"
Dira menoleh untuk mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Mampus gue, kenapa dia selalu nyamperin gue sih?!"
"Iya, ada apa?" Tanya Dira singkat pada Nathan.
Ya, itu adalah Nathan yang tengah membawa tiga buah buku, sepertinya ia baru saja dari perpustakaan.
"Sorry ya gue buru-buru kemarin sampai gak sempat pamit sama bunda" Nathan sangat merasa bersalah.
"Gak apa-apa kok"
"Dih, bilang aja buru-buru ngapel sama mbak Nadya" Batin Dira mulai lagi cemburu. Udah Dir, jangan cemburu, orang bukan siapa-siapanya dia kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Library
Подростковая литератураMenceritakan tentang cewek dengan segala kelakuan randomnya dan mood yang selalu berubah-ubah. Namanya Dira, lengkapnya, Anindira Wijaya. Permasalahan kisah hidup Dira seperti suku-suku yang ada di Indonesia, beragam. Mulai dari keluarga, persahaba...