32. -Menjauh?-

12 1 0
                                    

Dira dan Nathan sudah sampai di Wijaya Cafe. Tempat itu tengah ramai pengunjung. Belum nanti malam, pasti dipadati pengunjung yang berdatangan.

Wijaya Cafe kini buka Senin sampai Minggu. Dengan jadwal buka diubah juga pukul satu siang dan tutup pukul sepuluh malam.

Itu adalah strategi bunda Kirana dalam pemasaran. Kini semakin banyak yang mengunjungi Wijaya Cafe. Oleh sebab itu, bunda menambah karyawan untuk bekerja di sini.

"Bunda.... Minta gratisan"

Baru saja masuk ke dalam kafe, Dira sudah memanggil bunda meminta gratisan. Dasar Dira.

"Oh iya, kak, duduk dulu ya. Mau ke dapur sebentar"

Nathan mengangguk saja dan menuruti perintah Dira barusan.

Sambil menunggu Dira kembali, Nathan sejenak melihat-lihat sekeliling. Sungguh indah.

Perhatian Nathan beralih ke sebuah papan di samping kasir. Nathan pun beranjak dari duduknya untuk melihat papan besar tersebut.

"Harapan"

Nathan sengaja membaca satu persatu kertas-kertas berisi harapan itu. Warna-warni menghiasi papan tersebut dengan berbagai harapan setiap manusia yang berkunjung di kafe ini.

Sebuah kertas warna biru muda ini membuat Nathan tertarik.

"Memandangmu begitu indah, memilikimu begitu sulit"

_____---_____

"Nih bola-bola coklat buatan tante Citra" Ucap Dira datang membawa sepiring penuh coklat.

"Sorry ya lama, soalnya tadi berdebat sebentar sama tante Citra"

"Jangan heran, udah biasa kok, hehe" Dira memamerkan deretan giginya dengan senyum khasnya.

"Thanks, Dir"

"Sama-sama, habis ini bayar ya kak"

Nathan yang baru saja ingin menyuapkan bola-bola coklat itu ke dalam mulutnya lantas urung sebab perkataan Dira barusan.

"Bercanda kok, makan sepuasnya hari ini gratis buat kakak"

Nathan pun tersenyum kecil lalu mulai makan coklat tersebut.

"Manis" Ungkap Nathan.

"Ya manislah kak, kalau pedas ya cabe itu"

Nathan kembali terkekeh sebab mengingat kejadian pagi tadi dimana Dira mengucapkan mencari cilok di perpustakaan.

"Coklat mah manis, apalagi yang buat tante Citra yang manis pake banget" Ucap Dira merasa merinding sebab ini pertama kali ia mengucapkan kata-kata romantis untuk tante Citra.

"Kalau tante Citra dengar, pasti bakalan salah tingkah dikatain kayak gitu" Dira menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan jika tante Citra ada di sini, sudah dipastikan dia akan jungkir balik karena dipuji.

Obrolan mereka pun berlanjut dan terlihat sangat seru. Nathan yang sering menimpali Dira. Dira yang sering membuat candaan hingga gelak tawa mereka berdua menggema di tempat ini.

Dira dan Nathan asyik mengobrol tentang pelajaran di sekolah sambil menyantap bola-bola coklat buatan tante Citra. Namun keberadaan  Nadya menyita pandangan Dira.

Nadya tengah melayani pembeli sambil mengawasi mereka berdua.

Raut wajah Dira kini berubah. Setelah ini pasti Nadya akan memarahinya. Dira kembali menyadari posisinya saat ini. Dira tak membohongi perasaannya, dia masih menyukai Nathan dan tidak akan pernah berubah rasa. Namun, Dira paham bahwa dia seharusnya tidak terlalu dekat dengan Nathan. Nathan bukanlah milik Dira.

LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang