14. -Martabak Telur-

4 4 0
                                    

Dira membantu bunda di kafe. Bunda pergi arisan sore ini, jadi Dira yang menggantikan bunda untuk menghitung jumlah pesanan pembeli.

"Rajin banget Dir" Ucap tante Citra menghampiri Dira dengan nampan ditangannya.

"Kalau bukan karena bunda pergi arisan, gak bakalan Dira lakuin" Ucap Dira.

"Kan lumayan Dir nanti digaji bunda" Ucap tante Citra.

"Orang Dira digaji tiap hari" Ujar Dira.

"Iya deh si anak tambang" Ucap tante Citra lalu meninggalkan Dira menuju dapur.

Dira pun melanjutkan pekerjaannya, menunggu pembeli yang akan membayar.

"Semuanya berapa kak" Tanya pembeli itu pada Dira yang asyik membaca komik.

"Oh ya, apa aja kak"

"Es cappucino satu sama cookies rasa strawberry satu"

Dira pun menghitung semua pesanan dengan cepat. Skill matematikanya kali ini tidak sia-sia.

Dira kemudian mengembalikan sisa uang pada pembeli tersebut.

"Terimakasih, jangan lupa kesini lagi" Ucap Dira memberi senyum khasnya, yaitu senyum pepsodent yang membuat pembeli tersebut ikut tersenyum juga.

"Mudah banget kerjanya, nanti kerjanya ini aja deh kalau udah lulus" Ucap Dira.

Semua berjalan dengan lancar dengan kasir baru hari ini.

Tak terasa sudah pukul empat sore, bunda pun datang ke kafe.

"Udah selesai bun?" Tanya Dira.

"Udah, bunda tadi beli ini lho" Ujar bunda menyerahkan kantong plastik pada Dira.

Dira membuka kantong plastik tersebut yang ternyata berisi martabak telur.

"Buat Dira?" Tanya Dira.

"Iya, sana makan di dapur" Ujar bunda.

"Makasih bunnn"

____---_____

Dira sangat bersemangat akan memakan martabak telur ini.

Seperti biasa, sebelum makan, harus fotoin dulu dong!

"Mati? Pasti habis baterai nih" Ucap Dira saat memeriksa ponselnya.

"Yaudah, makan aja"

Dira pun mulai melahap martabak telur tersebut.

Martabak telur adalah makanan kesukaan Dira. Jika ayahnya pulang ke rumah, selalu saja dibawakan dua kotak martabak telur. Dan itu akan Dira habiskan semua.

Heran, Dira suka makan namun berat badannya tetap ideal.

"Saosnya gak bakalan cukup nih, disini ada gak ya" Ucap Dira mulai mencari botol saos.

"Nah! Saos tomat, kesukaan Lily nih, pasti kalau dia ada habis ni sebotol dia makan bareng martabak tadi"

Dira mencurahkan saos tersebut di mangkuk kecil. Tapi baru sedikit dituangkan, ia tutup kembali.

"Lily!"

"Pertandingan basketnya!!"

_____---_____

"Haduhhh gimana bisa lupa sih?" Ucap Dira yang panik menemui bundanya.

"Bun, bisa pinjam ponselnya sebentar gak? Mau telpon Lily" Ujar Dira saat bunda tengah sibuk melayani pembeli.

"Ini, kenapa Dir? Kelihatannya panik banget" Ujar bunda melihat Dira yang tergesa-gesa mencari kontak Lily.

"Dira janji sama Lily jam tiga sore tadi nonton pertandingan basket" Ucap Dira lalu mulai bicara di ponsel karena telah tersambung.

"Halo bun? Kenapa ya?"

"Halo Li, ini gue, Dira"

"Dira? Eh lo kemana aja! Dari tadi gue telpon gak diangkat-angkat"

"Sorry Li, ponsel gue mati, tadi gue lupa banget gara-gara sibuk di kafe"

"Astaga Dira! Kebiasaan lo ya"

"Udah selesai pertandingannya Li?"

"Ya udah selesai dong, tim kak Rehan menang, ganteng banget lihat dia dari dekat"

"Rugi gue gak datang, gak bisa lihat kak Nathan tanding"

"Oh iya Dir! Kak Nathan gak ikut tanding, dia gak enak badan"

"Hah seriusan? Padahal tadi pagi sehat-sehat aja"

"Namanya juga orang sakit mana kita tau"

Sambungan telepon dimatikan begitu saja oleh Dira.

"Ini ponselnya bun, Dira pamit pergi dulu" Ujar Dira menyalimi tangan bundanya dan mengambil tasnya di kursi kasir.

"Mau ke mana Dir!" Teriak bunda saat Dira telah keluar kafe.

"Dasar Dira"

_____---_____

Tok! Tok! Tok!

"Permisi! "

"Permisi! Kak Nathan!" Seru Dira mengetuk pintu rumah Nathan.

Akhirnya pintu pun dibukakan. Terlihat wanita paruh baya memakai celemek berada di dalam rumah.

"Sore nek, kak Nathannya ada?" Tanya Dira sambil menyalami tangan wanita paruh baya tersebut.

"Ada, ayo masuk-masuk"

Dira dipersilahkan masuk ke dalam rumah. Baru saja Dira masuk, ia dibuat takjub oleh rumah ini.

Di dalam rumah Nathan terlihat seperti rumah kuno karena furnitur-furnitur antik jaman dahulu di ruang tamu ini.

Sangat cocok dipadukan dengan rumah gaya modern, hanya saja terlihat seperti museum karena terdapat banyak barang antik.

"Duduk dulu ya neng, nenek panggilkan Nathan" Ucap nenek itu.

"Eh gak usah nek, kak Nathan kan lagi sakit, ini Dira bawakan buah" Ujar Dira yang telah memegang kantong plastik dari tadi.

"Ohh namanya Dira, Dira ke kamar Nathan aja, dia lagi istirahat, gak apa-apa, bangunin aja" Ucap nenek menunjukkan senyum ramahnya.

Dira sedikit bingung, bagaimana ia dipersilahkan masuk ke kamar Nathan padahal ia baru pertama kali di sini, dan baru kenal juga.

"Ayo nenek antar"

Mau tak mau Dira pun mengikutinya nenek. Sampai di sebuah kamar, nenek berhenti lalu melirik Dira.

"Ayo masuk, nenek buatkan teh dulu" Ucap nenek lalu pergi meninggalkan Dira.

Dira sedikit ragu untuk masuk, Dira pun mengetuk pintu agar tidak ingin dibilang lancang masuk ke kamar orang.

Setelah mengetuk, akhirnya Dira membuka pintu tersebut. Toh sudah diizinkan neneknya Nathan.

Dira pun masuk lalu menutup kembali pintu tersebut.

Terlihat Nathan yang tertidur lelap sambil dahinya dikompres kain.

Dira tak tega membangunkannya, ia memeriksa kain tersebut yang sudah hangat oleh suhu tubuh Nathan.

Dira mengambil kain itu dan membasuhnya di wadah air yang berada di atas nakas.

Dira perah lalu tempelkan kembali ke dahi Nathan.

Saat Dira menempelkan kain basah tersebut, Nathan terbangun dan terkejut melihat keberadaan Dira.

"Sorry kak, gue masuk ke kamar lo,"

.
.
.
.
.

Jumat, 12 Mei 2023

LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang