"Maaf ya, Mir, gue gak bisa bantu cariin Bagas tadi"
"Gapapa kok, Dir. Kamu kan sakit, gak bisa juga kami paksa ikut bantu"
Dira sedang berbicara dengan Mira lewat sambungan telepon, meminta maaf karena tidak jadi membantu mereka menemukan Bagas.
"Jadi, gimana? Apa Bagas udah ketemu?"
"Belum, Dir, kami udah nelusuri sepanjang sungai tapi gak ada sama sekali ketemu tanda jejak dari Bagas"
"Gue khawatir terjadi apa-apa sama Bagas, Mir"
"Gue juga, Dir. Kami sama tim SAR udah cari sampai jam sembilan, ini gue baru sampai rumah"
"Besok kita bantu cari lagi ya, gue ikut, besok kan libur jadi pagi besok kita kesana"
"Kamu udah sembuh Dir? Kalau belum jangan dulu, istirahat aja di rumah biar kami yang cari lagi"
"Gue udah sembuh kok, tadi cuman pusing aja"
"Oke deh kalau gitu. Gue tutup ya teleponnya mau mandi nih, byebye Dira.... "
"Bye, Mira...."
Dira meletakkan ponselnya di atas nakas dan merebahkan tubuhnya dikasur empuk itu.
Dira masih terbayang bagaimana malunya dia digendong Nathan dan lebih malunya saat ia berteriak pengeran cilok. Dira tertawa sendiri di kamar mengingat kejadian tadi sore.
"Pangeran cilok"
_____---_____
"Bunda, Dira boleh ikut teman-teman cari Bagas gak? Dira udah sehat ini bun" Tanya Dira baru saja bangun tidur.
"Yakin? Sini cek dulu"
Bunda mengecek dahi Dira apakah terasa panas atau tidak.
"Gak panas, kepala pusing gak?"
"Enggak bun...."
"Baguslah kalau begitu"
"Jadi, boleh kan bun?"
Bunda sebenarnya tidak mengizinkan Dira pergi karena baru saja sembuh. Namun, tekat baik Dira membuat bunda senang anaknya memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Tok! Tok!
"Bukain tuh ada tamu" Ucap bunda menyuruh Dira saat mengetahui ada yang mengetuk pintu.
Dira dengan terpaksa menuruti.
"Hai, Dir! Udah sehat?"
Kedatangan Nathan membuat wajah Dira yang semula kusut kini menjadi berseri-seri.
"Udah sehat kak, makasih buat kemarin. Kakak benar-benar jadi pangeran cilok"
Nathan terkekeh mengingat kembali novel yang ia baca kemarin.
"Ini nenek kasi biskuit coklat buat lo" Ucap Nathan memberikan kantong plastik berisi sekotak biskuit coklat.
"Wah... Makasih ya, nenek repot-repot aja"
"Setelah gue kasi tau ke nenek habis jagain lo yang lagi sakit, malamnya nenek buat nih biskuit"
Dira tersenyum haru bahwa nenek Nathan seperhatian itu padanya.
"Oh iya, kak, masuk dulu"
"Bunda! Ada kak Nathan!"
"Oalahh... Nak Nathan ternyata, duduk dulu bunda mau buatkan coklat hangat"
"Ga usah bun, saya gak lama. Cuman kasi biskuit coklat aja tadi dari nenek" Nathan menolak karena benar ia tidak bisa lama.
"Hmm, baiklah kalau begitu" Ucap bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Library
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang cewek dengan segala kelakuan randomnya dan mood yang selalu berubah-ubah. Namanya Dira, lengkapnya, Anindira Wijaya. Permasalahan kisah hidup Dira seperti suku-suku yang ada di Indonesia, beragam. Mulai dari keluarga, persahaba...