Polisi Tampan

82 29 80
                                    

Happy Reading

⚠️ Hati-hati banyak typo

.

.

.

Tidak terasa sudah 5 tahun Diana menetap di tubuh Diyana. Sekarang usianya sudah 20 tahun, tidak ada yang spesial selama ia berada di tempat ini.

Apa tujuannya ia bertransmigrasi pun dia tidak tahu. Tidak ada clue ataupun tujuan transmigrasinya itu karena apa. Selama berada di sini ia hanya melakukan hal yang menurutnya menyenangkan.

5 tahun di tubuh Diyana. Ia pun merasa bingung sendiri, orang tua pemilik tubuh ini kemana? Kenapa selama 5 tahun tidak mengunjunginya sama sekali.

Apa pemilik tubuh ini tidak memiliki orang tua sama seperti dirinya? Sangat tidak mungkin.

Kehidupan Diyana sangat tercukupi. Seolah-olah ada orang yang menafkahinya tetapi Diana sendiri tidak tahu siapa yang menafkahinya.

Semua keinginannya selalu terpenuhi ketika tinggal di dalam tubuh Diyana. Entah siapa yang memberinya.

5 tahun lalu Diana menginginkan sebuah motor dan motor itu di kemudian harinya telah ada di dalam garasi. Begitupun dengan keinginannya yang lain.

Semuanya masih menjadi teka-teki dalam pikiran Diana.

Saat ini ia tengah memikirkan tentang orang tua pemilik tubuh dan pemberi segala hal yang dia inginkan.

Tapi pikiran itu ia singkirkan dulu, ia masih ingin mempelajari cara mengendarai motor. Diana celingak-celinguk ke kanan dan kiri mencari keberadaan Om Ben.

Di sekitarnya tidak ada terlihat letak keberadaan bodyguardnya itu. Diyana pun berjalan ke halaman belakang rumahnya dan di sana ia melihat Om Ben sedang berbicara dengan seseorang di dalam handphone tersebut.

Diyana diam di balik tembok dengan tujuan ingin menguping pembicaraan Om Ben dengan penelpon tersebut. Tetapi ia tidak bisa mendengar apapun karena suara Om Ben sangat kecil seperti sedang berbisik.

Bosan mengintip akhirnya Diyana berjalan ke arah Om Ben dan mengejutkan Om Ben. "Dor!"

"Eh ayam - ayam berkepala empat," kaget Om Ben saat Diyana menyentuh bahunya. Tanpa mematikan teleponnya Om Ben langsung bertanya pada Diayana, "Ada apa nona, kenapa mengagetkanku?"

"Om Ben lagi telpon siapa sih. Serius banget kayanya, Diyana nguping di sana aja nggak kedengeran tuh," jawab Diyana.

"Beneran nggak kedengeran?" tanya Om Ben memastikan.

"Iya beneran. Aku kan anak baik mana ada bohong."

"Emangnya boleh sebaik itu non?"

"Bowleh dong Om. Ajarin mengendarai motor lagi dong Om, Yana tu mau kaya anak-anak geng ituloh yang bawa motor gede-gede uuh keren banget kan Om. Tapi ..." Diyana yang kita panggil Yana untuk sekarang menjeda kata-katanya. "Kok susah banget yah belajar itu motor."

"Semua itu butuh proses Yana. Tidak ada sesuatu yang di lalui tanpa proses. Kamu cuma perlu sabar aja dan terus mencoba jangan pernah menyerah."

Dunia Apa Ini? : TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang