Dokter Tampan

60 27 81
                                    

Happy Reading

⚠️ Hati-hati banyak typo

.

.

.

Masih dengan kondisi yang sama, Yana menolak untuk pergi ke rumah sakit dengan memakai ambulan. Ia takut dan sangat takut di karenakan ambulan sering di pergunakan untuk membawa mayat.

Dalbert jengkel lama-kelamaan melihat kelakuan Yana yang sama sekali tidak ingin menuruti perkataannya. "Mau sampai kapan kamu duduk di aspal hmm? Sudahlah cepatlah masuk ke ambulan ini tidak akan ada hantu di dalamnya."

Dengan lantang Yana menolak. "Aku tidak mau!"

Sekali lagi Dalbert sangat jengah melihat keras kepalanya Yana. "Dasar keras kepala," gumamnya.

"Kalo bosan nungguin pergi sana. Aku bisa ke rumah sakit sendiri."

Helaan nafas terdengar dari mulut Dalbert. "Apa kamu melupakan sesuatu? Kamu punya hutang padaku."

"Ish nyebelin banget," sungut Yana kesal.

Dalam hati Dalbert tergelak melihat kelakuan Yana. Oh betapa lucunya anak ini. Andai ia mengetahui di mana adiknya sekarang pasti ia sama lucunya dengan tawanannya ini.

Tawanan? Kenapa!?

Seperti di part sebelumnya, Yana merupakan seseorang yang melanggar aturan lalu lintas.

"Non Yana!"

Teriakan seseorang dari kejauhan mengalihkan mereka berdua. Terlihat seorang pria melambaikan tangannya.

"Nah itu Om saya Pak," tunjuk Yana dengan dagunya.

Hanya di balas deheman kecil oleh Dalbert.

"Nona aduh maafin saya yang lambat mejemputmu. Tadi di jalan macet banget, ada yang balap liar katanya. Terus jalan di hadang," jelas Om Ben.

"Iya gak papa Om. Ayo sekarang kita ke rumah sakit."

Yana mencegat Om Ben yang ingin menggendongnya. "Sebentar Om."

Ia melihat ke arah Dalbert. Dalbert pun juga menatap Yana dengan bertanya-tanya.

"Bapak gak denger apa yang di katakan Om Ben tadi?" tanya Yana.

"Saya dengar lalu kenapa?"

"Astaga harusnya Om yang sebagai polisi ini menghentikan aksi balap liar yang di katakan Om Ben tadi. Ini kenapa malah berdiam di sini?"

Dengan malasnya Dalbert menjawab. "Kamu pikir polisi cuma saya doang? Sudah ada teman saya yang menanganinya."

"Oh bilang dong."

'hais anak ini menyebalkan sekali.' batin Dalbert.

"Ayo Om kita otw ke rumah sakit."

Mereka mengendarai kendaraan masing-masing.

***

Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup lama. Di karenakan jarak ke rumah sakit cukup jauh. Yana langsung di bawa ke ruangannya.

Ruang Daisy no 5. Yah itu ruangannya.

Yana sudah berbaring di brangkas tanpa impus. Karena Yana hanya mendapat luka goresan di tangan dan kakinya.

"Dih lebay banget emang ni polisi. Luka kek ginian gak perlu di bawa ke rumah sakit kali," omel Yana. Tapi tanpa ia sadari sedari tadi Dalbert selalu memperhatikan Yana yang komat kamit sendirian.

Dunia Apa Ini? : TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang