Bertemu Kembali

62 19 71
                                    

Happy Reading

Tandain typo ya

.

.

.

Yana masih memikirkan perkataan Delano dan Dalbert pasal kehawatiran orang tua. Selama ia di berada di tubuh baru ini tidak ada sama sekali orang tua pemilik tubuh menemuinya. Masih menjadi tanda tanya baginya apakah orang tua pemilik tubuh masih ada atau sudah tiada.

Om Ben melihat Yana seperti itu sedikit prihatin. Biasanya pagi-pagi begini Yana akan merecokinya. Baru ia sadari ternyata Yana sangat sensitif apabila ada pembahasan soal orang tua.

Om Ben akhirnya menghampiri Yana. "Non," panggilnya.

Akan tetapi Yana tidak menyahuti. Sekali lagi Om Ben memanggilnya. Tapi, hasilnya nihil Yana sama sekali tidak menyahut.

Mungkin dengan panggilan Yana tidak mendengar, Om Ben malah menepuk bahu Yana. Yana sangat terkejut.

"Ais Om Ben ngagetin aja," gerutunya kesal.

"Habisnya Yana tidak mendengar saat Om panggil tadi."

Yana mengernyitkan keningnya. "Emangnya Om ada panggil Yana?"

"Iya Yana."

"Yana kok gak denger ya Om?" tanya Yana.

"Yana asik ngelamun sih makanya gak denger pas Om panggil," jawab Om Ben.

"Yana gak ngelamun kok Om," alibi Yana yang tidak mau mengakuinya.

"Iya deh Yana gak melamun."

Melihat Om Ben yang mengalah seperti itu membuat Yana menghela nafas beratnya. Setelah sedikit berbincang dengan Om Ben, Yana berdiri dan meninggalkan Om Ben tanpa sepatah katapun.

Om Ben yang melihat itu sedikit meringis. Dalam hatinya bertanya-tanya, kira-kira kapan tuan besar akan menemui anaknya. Sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak menemui anak perempuannya apakah ia tidak merindukannya?

Ah sudahlah memikirkan itu membuat Om Ben pusing saja.

Drrt ... drrt ... drrt

Dering handphone Om Ben berbunyi, di sana tertera panggilan dari tuan besarnya. Pucuk di cinta ulam pun tiba, baru di omongin eh orangnya malah menelvon. Om mengangkat telvonnya.

"Halo tuan kenapa?"

"Apa yang terjadi pada anak saya Ben? Dari tadi saya pantau dari cctv ia terlihat murung."

"Ini semua gara-gara tuan yang tidak menemuinya."

"Kenapa kamu jadi menyalahkan saya Ben?"

"Nyatanya ini semua memang gara-gara anda tuan."

"Ceritakan pada saya Ben! Chat di Whatsapp saya cepat gak pake lama!"

Tut ... tut ... tut

Note: ini suara telvon berakhir yah, kan jadi lucu kalo ada yang ngira suara kereta api khihihi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia Apa Ini? : TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang