HAPPY READING📖
Tandai typo!!!!
--Dermaga//--
Pemuda itu merintih kesakitan ketika merasakan sakit yang sangat amat perih di perutnya, di tambah lagi dengan pukulan dari paruh baya yang tak ada henti-hentinya.
" Pah.. Udah. S-sakit AKH! " Perutnya di tendang. Candra terkapar lemah dengan darah yang berceceran, hidung dan mulutnya mengeluarkan darah yang tak terbilang sedikit.
Bagai samsak, bastian tak henti-hentinya memukul sekujur tubuh putranya tanpa pikir panjang. Tak sama sekali merasa iba melihat keadaan sang putra, ia terus memukul, menendang tubuh yang sudah sangat lemah olehnya.
Di masih setengah kesadarannya, candra memegang pinggangnya yang terasa sangat sakit, penyakitnya kambuh lagi. " Pah.. P-perut aku sakit. T-tolong. " Bastian menghentikan pergerakannya lalu menatap anaknya yang sudah terkapar lemah.
" Apa? " Tanyanya sedikit ketus.
" Catra.. Pah. " Candra sangat berharap papahnya memanggilkan catra untuknya sebelum kesadaran candra sepenuhnya hilang.
Bastian merasa sedikit iba, ini adalah pertama kalinya ia merasakan kasihan kepada putranya. Tian pergi dari gudang meninggalkan candra yang sudah sangat lemas dan tak berdaya oleh pukulan serta sakit yang menderu di perutnya.
Uhukk uhukk
Candra batuk mengeluarkan cairan pekat berwarna darah, tenggorokannya sangat perih ketika ia ingin batuk untuk ketiga kalinya darah kembali muncul dari mulut nya. " P-perih.. Sssh, "
Tak kuat menahan sakit yang sangat menderu, matanya tertutup berniat mengistirahatkan badannya, darah terus-menerus keluar dari hidungnya bahkan meluber ke lantai saking banyak darah yang keluar.
" Candra!! " Seru seseorang yang baru saja masuk untuk melihat kembarannya. Catra mendekati tubuh candra yang terkapar tak sadarkan diri, pemuda itu menggerakkan bahu candra untuk mengecek apakah saudaranya itu masih sadar apa tidak.
Tak ada pilihan lagi, catra pergi dari gudang meminta tolong kepada papahnya untuk membawa candra ke rumah sakit.
" Kamu saja yang bawa, atau biarin dia di sana. " Entah berapa kali bastian menolak permintaan putra kesayangan nya.
Catra mengepalkan tangannya dengan telinga dan hidungnya memerah, entah pemuda itu ingin menangis atau marah. " Pah! Papah jangan egois jadi orang, di sini bukan papah doang yang merasa kehilangan mamah! Aku juga, apalagi candra yang setiap hari papah salah 'in atas meninggalnya mamah. Aku mohon pah, malam ini aja, tolong aku tolong candra. " Pinta catra sembari menarik pelan tangan papahnya.
Bastian mengomel selama tangannya di tarik oleh catra. " Ngerepotin banget sih tu anak. " Meskipun ia menurut dan kini sampailah mereka di gudang. Paruh baya itu mengangkat tubuh candra di bantu oleh catra dan membawanya ke mobil untuk pergi ke rumah sakit.
-
-
-
Catra dan papahnya menunggu di dekat pintu UGD untuk menunggu konfirmasi dari dokter yang masih memeriksa keadaan candra.
Catra menggigit kukunya khawatir, sedangkan bastian ia hanya memainkan handphone nya tak merasa khawatir sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
DERMAGA// (TERBIT!)
Teen Fiction𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩 𝙙𝙞 𝙏𝙚𝙤𝙧𝙞 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙥𝙪𝙗𝙡𝙞𝙨𝙝𝙞𝙣𝙜!! 𝙈𝙚𝙣𝙜𝙖𝙥𝙖 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙮𝙖𝙝 𝙗𝙚𝙜𝙞𝙩𝙪 𝙩𝙚𝙜𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙣𝙖𝙠𝙣𝙮𝙖? " Aku selalu menyayangimu ayah. " Cerita ini mengisahkan tentan...