"Kak ...." Naru terperanjat melihat keberadaan Haechan. Senyum manisnya terbentuk begitu saja.
"Untuk apa kau ke mari?" Jengkel jelas terlihat di wajah Haechan.
"Menemui temanku." Meski tatapan itu yang selalu Naru dapatkan, senyum manis tetap tertera di wajah cantiknya.
Dengusan Haechan terdengar. "Bukannya mengikutiku?"
"Ayah memintaku datang sebagai perwakilannya."
"Bagaimana kau tahu aku di Jeju? Kau meminta orang membuntutiku lagi?" Haechan seolah tak mau dengar penjelasan Naru.
Naru menggeleng. Wajahnya kini sedikit cemberut. "Perusahaan Ayah berinvestasi untuk pengembangan resort di sini. Aku datang untuk memenuhi undangan. Itu saja. Kenapa kau selalu curiga padaku?"
"Masih tanya alasannya?" Haechan menatap datar cenderung dingin.
Bibir Naru mengerucut kecil. "Ya terus bagaimana aku bisa tahu kabarmu? Kau benci kehadiranku. Kau juga tidak pernah pulang ke rumahmu lagi. Tapi serius, kali ini kita bertemu karena kebetulan. Aku tidak menguntitmu. Lagipula, aku hanya sekali menyuruh orang mengikutimu."
"Kapan kau akan kembali ke rumahmu? Chani juga merindukanmu, Kak," ujar Naru lebih panjang.
"Kang Naru, kau tahu aturannya. Jangan bahas mereka!"
"Iya iya, maaf." Naru menggerutu.
Haechan berbalik, tak acuh dengan keadaan Naru. "Ayo, Jimin sudah menunggumu!" perintahnya dengan galak.
"Kau kenal Kak Jimin?" Naru berlari kecil mengikuti Haechan yang berjalan lebih dulu.
"Dia temanku."
Naru membulatkan matanya. "Dunia ini benar-benar sempit."
"Kau tidak sengaja mendekati Jimin, kan?"
"Ya Tuhan, kenapa kau selalu curiga padaku?" Naru memasang wajah cemberutnya yang menggemaskan.
"Jadi kau benar-benar tidak tahu Jimin temanku?"
"Tidak!" Naru menggeleng lucu dengan mata bulatnya yang berbinar indah. "Aku berani bersumpah!" tambahnya karena Haechan menatap dengan matanya yang memicing penuh selidik.
"Kau dan otak licikmu tidak akan pernah bisa memanipulasiku."
"Aku tidak memanipulasimu. Dari awal aku sudah jujur, aku menyukaimu. Aku hanya berusaha untuk mendapatkan perhatianmu."
Haechan menghela napas kasar. "Itulah masalahnya. Kalau kau menyukaiku, hargai keputusanku. Memaksaku dalam sebuah perjodohan konyol tidak pernah berhasil memuluhkanku. Kau hanya membuatku semakin membencimu. Lagipula aku sudah pergi dari rumah keluarga itu. Jadi, mereka tidak berhak memaksaku untuk menikah denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL AND NOBLE
RomanceYoo Jimin tahu garis hidupnya sudah diatur, dan Royal Empire adalah masa depannya. Apa pun keputusan dalam hidupnya, semua sudah diatur oleh ayahnya yang otoriter. Jimin tidak terkejut kala sang ayah mengatakan bahwa ia akan segera bertunangan. Ia s...