[SELESAI]
Yoo Jimin tahu garis hidupnya sudah diatur, dan Royal Empire adalah masa depannya. Apa pun keputusan dalam hidupnya, semua sudah diatur oleh ayahnya yang otoriter. Jimin tidak terkejut kala sang ayah mengatakan bahwa ia akan segera bertuna...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi sebenarnya Jimin itu kekasihnya siapa? Haechan atau Jeno?" Renjun tak tahan lagi untuk bertanya.
"Menurutmu?" Minjeong menyeringai.
"Haechan? Bukankah selama ini mereka pasangan kampus?"
Yeji terkekeh. "Tidak selama yang terlihat adalah yang sebenarnya."
"Maksudnya? Jimin kekasih rahasia Jeno?" Renjun sedikit melotot. "Masuk akal juga, sih, apalagi mendengar sendiri panggilan Jeno untuk Jimin. Tapi, aku masih belum percaya mereka sepasang kekasih. Masa iya, sih, Jimin mau dengan playboy sepertinya?"
"Ehem, ehem!" dehem Jaemin dengan lirikan tajamnya.
"Maaf, maaf. Aku lupa kau kembarannya." Renjun menatap tak enak, namun melanjutkan agenda bergosipnya. "Terus, bagaimana mereka dekat?" Renjun tanpa sadar menatap Jaemin untuk mengulik informasi terpercaya.
"Itu privasi." Jaemin menjawab diplomatis.
Renjun menatap kecewa. "Iya, sih, privasi orang kaya memang beda dengan privasiku. Yeji bahkan tahu berapa celana dalam yang kupunya." Ia meracau.
Ucapan Renjun disambut gelak tawa dua gadis yang sedari tadi mendengarkan.
"Kau saja yang sesumbar," ucap Yeji dengan bekas tawanya.
"Berapa yang dia punya?" tanya Minjeong.
"Eheeeet! Tidak boleh membocorkan privasiku!" larang Renjun.
"10 dan semuanya bermotif Moomin." Yeji terbahak melihat tampang Renjun.
"Hwang Yeji!"
"Seleramu boleh juga." Minjeong pun bergabung dengan Yeji. Ia sampai mengeluarkan sedikit air mata karenya banyak tertawa.
Sementara itu, Jaemin memasang wajah masam sejak tadi. Apalagi alasannya kalau bukan cemburu pada Renjun. Sebenarnya, kelakuan Jaemin dan Jeno tidak beda jauh―sama-sama pencemburu dan kekanakan kalau sedang cemburu.
"Bagaimana kalau kita ke taman hiburan saja?" Minjeong tiba-tiba mengusulkan.
"Ayo!" Yeji menyahuti penuh semangat.
"Ayo!" Renjun juga sama.
"Aku ajak Jimin dulu." Minjeong pun segera menghubungi Jimin.
Minjeong mengacungkan jempolnya dan tersenyum lebar.
Beberapa waktu kemudian, mereka berempat disusul Jimin dan Haechan akhirnya sampai di tujuan―sebuah taman hiburan. Semua ikut berjalan pelan mengikuti kecepatan langkah Jimin.