𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑-𝐗𝐕𝐈

1.2K 105 28
                                        

Reo kembali ke rumahnya dengan perasaan yang sangat bahagia. Bagaimana tidak? setelah satu minggu berada di istana dia tidak bisa keluar dengan bebas dan itu tentu saja karena Nagi. Jika orang-orang senang ketika berada di istana dengan fasilitas mewah maka Reo adalah pengecualian. Ia suka dengan sesuatu yang sederhana.

Selama di perjalanan Reo tidak berhenti tersenyum. Wajahnya semakin ayu saat terkena sinar mentari. Langkah kaki Reo berhenti ketika sampai di tempat biasa anak-anak kecil desaReo bermain.

" Kenapa berhenti? ada sesuatu yang tertinggal?? " tanya Nagi

" Tidak. Hanya saja tempat ini sepi, biasanya anak-anak main disini "

" Ooohh " Nagi mengangguklan kepalanya

" Mungkin mereka sudah pulang, ini juga udah sore. Ayo kita jalan lagi Sei "

Secara tidak sengaja Reo menggandeng tangan Nagi. Rasanya jantung Nagi seperti ingin meledak karena berdetak dengan tidak normalnya. Nagi memandang tangan Reo yang menggenggam tangannya. Ukurannya lebih kecil dari milik Nagi. Sebuah senyum tipis tercetak di wajah tampannya. Ia sedikit memberi jarak agar Reo tidak mendengar keributan pada jantungnya. Pipi Nagi sedikit bersemu namun dia bisa menutupinya dari Reo.

" Kau dekat sekali dengan anak-anak di desamu ya? " celetuk Nagi

Reo menoleh dan tersenyum kepada Nagi. Senyuman itu membuat rona merah terlukis jelas pada pipi Nagi. Gugur sudah pertahanan untuk menutupinya.

" Iya. Mereka anak-anak yang manis dan baik. Ketika aku sedang merasa lelah, mereka sering menghiburku. Sungguh anak-anak yang baik. Mereka juga pernah membantuku disaat aku diganggu oleh Alpha liar. " senyum manis masih terpatri di wajah ayunya. Reo menjawab pertanyaan Nagi dengan senang hati.

" Mereka masih kecil, bagaimana bisa? "

" Hmm, mereka memang masih kecil tapi mereka tidak mengenal rasa takut sama sekali. Tadi kau melihatnya juga kan jika tempat bermain mereka berada di dekat hutan. Anak-anak seusia mereka yang lain tidak berani bermain disana. Mereka takut ada rogue atau hewan liar yang menyerang. Mereka pernah melawan rogue dan terluka karena itu, tapi mereka tidak kapok dan malah ingin berhadapan dengan rogue lagi. Aku saja takut jika bertemu rogue haha. " Reo tertawa kecil, dia mengingat dimana saat dia diserang seekor rogue dulu. Bukan dia yang menjadi pelindung, tapi anak-anak kecil yang melindunginya.

" Cantik " gumam Nagi. Rupanya sedari tadi Nagi tidak mendengar ucapan Reo melainkan memperhatikan ekspresi Reo.

" Hah? kau bicara apa Sei? "

" A-ah tidak, kau salah mendengar mungkin " elak Nagi sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Ehmm baiklah. Aku kira kau berujar sesuatu " kepala Reo mengangguk percaya. Pandangannya terfokus ke depan kembali.

Nagi menjadikan diam sebagai jawaban sehingga perjalanan mereka terasa sunyi. Hanya terdengar suara dedaunan yang tertiup oleh angin. Mereka berdua begitu menikmati suasana ini, sunyi dan damai. Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di depan gerbang perbatasan desa Reo di pack Blue Moon.

" Reo " panggil Nagi

Reo menoleh " Ada apa? "

" Bagaimana jika kita mempunyai anak? " dengan santainya Nagi bertanya seperti itu kepada Reo.

Reo memberhentikan langkahnya. Ia menundukkan kepala sehingga beberapa helai rambut menutupi wajahnya. Pertanyaan Nagi membuatnya malu dan salah tingkah. Pipinya memanas hingga ke telinga.

" Umm b– "

" KAK REO "

Ucapan Reo terpotong oleh anak-anak yang memanggil namanya. Perhatian Reo teralih kepada tiga anak laki-laki yang berlari menuju dia dan Nagi. Reo tersenyum melihat mereka bertiga. Sementara Nagi mendengus. Dia sangat kesal karena jawaban Reo terpotong oleh mereka.

[ Mate ] - Nagi Seishiro x Mikage ReoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang