Dua hari setelah peresmian kepemimpinan baru ZC.
Sharga dan Gara sedang berbincang sembari melangkah ke teras samping basecamp ZC, berniat bergabung bersama teman-teman mereka yang sudah ada di sana lebih dulu. Saat sedang melangkah, mendadak mereka berhenti, tepat di balik dinding yang memisahkan antara teras depan dan samping. Sharga yang menghentikannya, pun menahan tubuh Gara agar tidak mendahuluinya, lantas memasang telinga baik-baik.
Gara di sebelahnya ikut berhenti, lantas memasang wajah heran. Mengerti laku sang kawan, ia ikut memasang pendengarannya baik-baik.
"Menurut lo ... Bolon bisa jaga kita dengan baik, gak?"
"Ya ... bisa? Dia kan emang udah ditandain dari lama."
"Bukan itu maksud gue."
Sharga menahan napas. Ia sedang dibicarakan oleh kawan-kawannya yang berada di teras samping.
"Maksud gue, lo tau kan kalo dia ... gitu?"
"Hah ...? Apaan, sih, Mik, hahaha."
"Itu, lho, masa lo gak ngerti maksud Miko, Han? Sharga emang udah ditandain dari lama, tapi apa dia mampu? Soalnya, kan, dia ... itu ...."
"Itu apa, Dam? Emosian? Ya emang."
"Bukan, bukan itu. Dia masih sakit, kan?"
"...."
Hening sejenak. Sharga di tempatnya mengepalkan tangan. Tentu, tentu ia paham maksud kawan-kawannya. Gara di sebelahnya menggeleng, hampir keluar dari sana 'tuk menghampiri mereka dan mengakhiri pembicaraan kalau saja Sharga tak kembali menahannya.
"Bukannya dia emang, maaf, gak bisa sembuh, ya?"
"Iya, gak bisa sembuh total."
"Sebenernya gue khawatirin hal yang sama. Gue percaya sama jiwa kepemimpinannya dia, sama skill-nya juga. Tapi untuk yang satu itu ... gue agak khawatir sebenernya."
Sharga menunduk. Ada sesuatu dalam dirinya yang retak mendengar ucapan kawan-kawannya. Ia mengerti, mereka mengkhawatirkannya. Namun di saat yang sama, ia merasa tidak dipercaya menanggung tanggung jawab yang telah diamanatkan padanya.
"Terus, kenapa Chris bersikeras milih dia, deh? Apa Chris nggak mikir panjang?"
Gara di sebelah Sharga semakin tak tahan, namun lagi-lagi Sharga menahannya, meredam emosinya. "Tunggu, dengerin dulu," lirihnya pelan agar tak ketahuan.
"Chris pasti punya alesan. Lo gak inget? Beberapa tahun yang lalu, Sharga juga jadi kandidat ketua, tapi akhirnya Chris yang maju karena Sharga nolak, ditambah dia masih terlalu muda. Lagian, Chris nggak mungkin ngasal milih orang."
"Betul, gue setuju."
"Tapi, Man, jadi ketua, tuh, secara gak langsung bikin dia ada di posisi yang sangat berisiko, berbahaya. Lo apa gak takut dia kenapa-kenapa?"
"Ya gimana, ya. Menurut lo gimana, Lih? Lo kan temen lamanya, nih, kadiv Pusat pula."
Sharga kembali menahan napas. Ada Galih juga di sana. Ia mendadak semakin waspada, mengantisipasi jawaban yang akan diberikan Galih.
"... Gue khawatirin hal yang sama sebenernya. Lo pada tau gue udah bareng Bolon dari lama, gue tau struggle-nya dia."
Sharga mengembuskan napas pelan mendengar jawaban sang kawan dekat. Tak mau mendengar lebih lanjut, pemuda itu memutar tubuh, melangkah menjauh dari sana di bawah tatapan prihatin Gara.
***
Gara mengintip sang kawan yang masih pada posisinya; duduk di bangku panjang belakang basecamp ZC. Perlahan, ia melangkah mendekat, lantas duduk di sebelah sang kawan. Sharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF SHARGA (CERITA DIPINDAHKAN)
General FictionKisah Sharga di akun ini telah dihentikan, namun akan tetap dilanjutkan di akun lainnya. Untuk info lebih jelasnya, silakan baca bagian terakhir kisah ini. Terima kasih!