Bagian 3: 21. Hari yang Buruk

295 31 0
                                    

Kamis, 12 Oktober

Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, Sharga sama sekali tidak merasa membaik. Ia sempat absen sekolah, hanya sehari, namun ia sama sekali tidak betah di rumah dan memaksakan untuk kembali bersekolah. Dan ya, rasa sakit dan lemas itu kadang kala kembali datang, timbul-tenggelam. Sejak hari itu pun Niki beberapa kali meminta maaf padanya. Gadis itu merasa bersalah karena ia menganggap Sharga jatuh sakit dan pendarahan hingga tak sadarkan diri di lapangan karena ia kejar-kejar. Padahal berulang kali si pemuda Simbolon mengatakan bahwa saat itu ia memang kurang enak badan, dan itu sama sekali bukan karena Niki.

Dan kini, ia kembali bersekolah walau sejak di rumah tubuhnya sudah terasa payah. Pusing, lemas, dan entah mengapa tulang-tulangnya terasa nyeri. Padahal biasanya ia hampir selalu berlatih basket dengan keras, dan tidak sampai begini. Di jam pelajaran kelima ini, akhirnya pemuda itu putuskan 'tuk tidur sejenak di mejanya. Hingga tiba-tiba, sesuatu membuatnya terbangun; kegaduhan kelas. Entah ke mana guru yang seharusnya mengajar di jam pelajaran kelima, Sharga tak peduli. Keningnya mengernyit. Kepalanya berdenyut pelan sejak jam pelajaran pertama dimulai.

Jam kosong membuat kelasnya tak kondusif. Sekelilingnya berisik oleh suara tawa canda penghuni sekelas, membuatnya harus tertidur di atas meja sambil menutupi kepalanya menggunakan tas. Demi Tuhan, kepalanya semakin berdenyut mendengar suara-suara bising di sekelilingnya.

"Sharga boleh nanya gak ... eh, lagi tidur, ya."

Kedua mata Sharga yang sebelumnya terpejam kini terbuka perlahan mendengar suara seseorang yang terdengar familiar. Ia bergerak perlahan, mengangkat kepalanya dari atas meja. Terlihatlah wajah kusut-masainya itu.

Ditatapnya seorang gadis yang memeluk sebuah buku tebalㅡbank soal latihan SBMPTN. Niki. Gadis itu terbelalak sejenak melihat pemuda di hadapannya."Lo sakit lagi, Ga?" tanyanya.

Sharga menggeleng pelan. Entahlah, sakit kepala dan tubuh yang lemas beberapa hari belakangan ini tak mau dianggapnya sebagai "sakit".

"Duh, lo tidur aja, deh, gapapa. Maaf ganggu ya, Ga."

"Mau nanya apa?" Sharga tak menanggapi ucapan sang dara, malah kembali ke topik awal.

Niki ragu-ragu menatap Sharga, tak yakin karena mantan kekasihnya itu benar-benar terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Sini," ucap Sharga, menyadari keraguan sang gadis.

Gadis itu mengangguk ragu, pada akhirnya mendekat dan duduk di bangku tepat di depan meja Shargaㅡmenghadap belakang. Ia menyodorkan buku bank soalnya, menunjuk salah satu nomor di halamannya yang terbuka. Soal sejarah.

Sharga memfokuskan dirinya, berhadapan dengan soal nomor 10 tersebut. 'Sumpah Pemuda memiliki makna strategis untuk mengembangkan rasa persatuan dan proses penguatan jati diri bangsa, sebab Sumpah Pemuda lahir bertepatan dengan ramainya penolakan pemuda Indonesia terhadap perayaan peringatan Seratus Tahun kemerdekaan Belanda dari Spanyol.'

"Pernyataannya bener kan, ya? Penyebabnya gue agak ragu. Keknya bener gak, sih? A bukan? Pernyataan dan penyebabnya bener?" tanya sang gadis.

Sharga mengingat-ingat, ia pernah mencatat bagian ini saat pelajaran sejarah. "Kemerdekaan Belanda ... nggak, dong, Niki.

Niki menatap Sharga sambil memutar pena di jemarinya, menunggu penjelasan lebih lanjut dari sang kawan. Dalam hati sebenarnya ia kasihan pada Sharga yang kelihatan sedang tidak sehat. Sejak kemarin sebenarnya ia perhatikan, namun kini pemuda itu nampak lebih "payah" daripada sebelumnya. Selain itu, biasanya di jam kosong seperti ini kawannya yang paling tak bisa diam itu akan bertingkah, tidak seperti sekarang.

"Pernyataannya bener, para pemuda saat itu bertekad untuk mempersatukan Indonesia juga. Tapi penyebabnya salah, soalnya Belanda dapet kemerdekaan dari Prancis seinget gue, bukan Spanyol. Bentar." Sharga berbaik hati menjelaskan apa yang ia pahami. Ia meraih tasnya di kolong meja, mengeluarkan buku catatan sejarah, mencari-cari catatannya tentang Sumpah Pemuda. Tak lama kemudian, ia mengangguk, "Bener, Belanda dapet kemerdekaan dari Prancis."

STORY OF SHARGA (CERITA DIPINDAHKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang