Bagian 3: 23. Rumah Sakit

309 30 2
                                    

Jumat, 13 Oktober

"Sudah berapa kali mengalami pendarahan dari hidung?"

Sharga yang masih terbaring di atas ranjang pemeriksaan refleks menatap sang dokter yang melepas stetoskopnya. Tatapannya tak dapat Sharga artikan.

Sharga mengingat-ingat. Sesekali ia melirik sang ayah yang juga ada di sana, duduk menunggu di depan meja dokter tepat di sebelah bilik pemeriksaan.

"Udah ... dari beberapa minggu yang lalu, tapi makin ke sini, makin sering. Hampir setiap hari." Suara si pemuda mengecil di akhir, diam-diam melirik ayahnya.

Sang dokter bernama dr. Hira itu mengangguk, meminta suster untuk mencatatnya. Sekali lagi ia menekan pelan area perut Shargaㅡuntuk memastikan, membuat pemuda itu meringis.

"Sakit? Nyeri?"

Sharga mengangguk lemah.

Hembusan napas pelan keluar dari alat wicara sang dokter. Ia menatap Bramantiusㅡayah Shargaㅡdan sang anak bergantian. "Saya belum berani untuk mendiagnosis secara pasti. Kita tes darah lengkap, ya?"

Sharga dan sang ayah bertatapan sejenak. 'Tes darah?'

Pikiran Sharga sudah ke mana-mana saat itu, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang dan menjalani tiap prosedur pemeriksaan yang disarankan oleh sang dokter. Ayahnya pun menyetujui sang dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

***

"Terdapat pembengkakan di hati dan limpa, ini yang menyebabkan Ananda Arsephine merasakan nyeri di sekitar perutnya."

Selama sang dokter memaparkan hasil pemeriksaan fisiknya, Sharga hanya diam sambil melipat kedua tangan di depan dada. Ya, ia juga telah selesai melakukan serangkaian tes darah. Ia tak ingat apa saja yang dikatakan oleh sang dokter, namun satu yang pasti; itu bukanlah hal yang baik.

"Untuk hasil tes darah guna mendiagnosis penyakit, akan keluar paling cepat besok atau lusa karena harus kami uji di laboratorium terlebih dulu."

Sharga masih tetap mendengarkan walau kata-kata sang dokter bagaikan "angin" di telinganya. Hanya Bramantius yang mendengarkannya dengan serius.

"Untuk mengurangi demam dan nyeri di perut dan persendian, saya akan resepkan beberapa obat. Untuk beberapa waktu ke depan, jangan lakukan banyak kegiatan dulu, ya? Perbanyak istirahat, makan makanan yang bergizi, perbanyak karbohidrat. Walau mungkin nanti masih akan terasa nyeri di perut, gapapa, makan aja walau sedikit supaya gak begitu lemas."

Sharga mengangguk mendengar nasihat sang dokter.

Dan begitulah, hari Jumat yang sedikit mendung itu lebih banyak dihabiskannya di rumah sakitㅡmelakukan pemeriksaan fisik, tes darah, dan menebus obat. Sayangnya, hasil tesnya tersebut baru akan keluar besok atau lusa.

Tanpa ia ketahui dan tanpa pernah terlintas sedikit pun di pikiran Sharga, bahwa "rumah sakit" akan menjadi tempat yang sangat akrab untuknya di kemudian hari.

- SELESAI -

STORY OF SHARGA (CERITA DIPINDAHKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang