Chapter 7 - Merindukan Seseorang

14 1 0
                                    

══✿══╡°˖✧快乐阅读✧˖°╞══✿══

Pagi-pagi sekali, Jiangwu sudah sibuk bergelut di dunia dapur dengan asap yang mengepul. Bahkan matahari belum menampakkan dirinya, tapi pria itu telah menyiapkan banyak cairan di dalam botol.

Sementara itu, Qian dan Yelu pergi ke sungai untuk membasuh wajah mereka. Yelu menceritakan bagaimana ia bisa bersama dengan Jiangwu, begitupun dengan Qian yang bercerita ketika ia di alam naga namun ia samarkan.

"Kau tahu? Dulu aku ini seorang pencuri, kemudian Jiangwu membawaku ke rumahnya," ucap Yelu dengan pandangan menunduk sendu menatap ke air sungai.

"Bagaimana bisa?"

"Aku seorang pria miskin dan yatim piatu, ibuku meninggal setelah mendengar kabar jika kapal yang ditumpangi ayahku tenggelam di laut. Karena kesedihan yang mendalam, ibuku seperti seorang mayat hidup tanpa ada warna dalam matanya," jelas Yelu.

"Aku turut berduka soal itu, bagaimana pun memang sulit menerima kepergian seseorang dalam hidup kita."

"Ya, aku bersyukur kau tidak seperti ibuku saat tahu semua keluargamu menghilang di dalam lautan."

"Ah, soal itu ... tentu saja karena aku memiliki kalian sebagai gantinya," jawab Qian seraya memutar bola matanya ke samping. Aku jadi menyesal karena membohongi mereka berdua.

"Bagaimana denganmu? Apa kau memiliki cerita luar biasa di pulaumu?" tanya Yelu dengan menatap Qian penuh antusias.

"Tentu saja! Di pulau aku suka sekali menjahili semua orang, hampir seluruh penghuni pulau menjadi korban kejahilanku," jawab Qian dengan semangat.

"Wah, kau cukup merepotkan ya," celetuk Yelu disusul tawa kecil keluar dari mulutnya.

Qian mencebik kesal. "Dulu, aku sering bermain dengan temanku. Kami suka sekali menjahili orang-orang, tertawa bersama, berenang bersama, dan banyak hal yang kami lakukan bersama," ujar Qian, ia teringat dengan masa lalunya.

Dulu ketika ia masih kecil, Qian memiliki seorang teman laki-laki yang selalu menemaninya ke mana pun ia pergi. Dia selalu bersama Qian dalam suka maupun duka, bahkan ketika Qian dimarahi karena kejahilannya. Anak itu selalu membela Qian dan berujung mendapat masalah.

✿❁ ≖≖❁≖≖ ❁✿

"Hey, jelek! Kau lihat ini, aku mengambilnya dari laci meja Kakek!" seru Qian kecil seraya menunjukkan sebuah gelang giok berwarna hijau.

"Dasar bodoh! Kau jangan mengambil barang orang sembarangan! Bagaimana jika kakekmu marah?" tanya seorang anak laki-laki memarahi Qian.

"Kau tenang saja, Kakek tidak akan memarahiku!" jawab Qian dengan santainya.

"Qiqi, sebaiknya kau mengembalikan gelang itu," usul anak tersebut.

"Toto, kau tenang saja. Kenapa kau begitu khawatir?"

"Tentu saja aku khawatir, bagaimana jika kakekmu datang dan memarahimu? Siapa yang akan kerepotan?"

"Tentu saja kau, Toto," jawab Qian dengan senyuman lebarnya.

"Kau ini." Toto menggelengkan kepalanya pelan, ia tidak habis pikir dengan tingkah laku gadis kecilnya itu.

Toto mengedarkan pandangan menatap sekitar taman, ia melirik Qian yang sedang mencoba memakai gelang giok sang kakek. Toto tersenyum, ia memetik beberapa tangkai bunga kemudian merangkainya menjadi sebuah mahkota cantik.

The Dragon PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang