Chapter 22 - Kecupan Hangat

8 1 0
                                    

══✿══╡°˖✧快乐阅读✧˖°╞══✿══

Matahari yang bersinar dengan terik disertai angin kencang kini berganti dengan indahnya guratan jingga di langit, angin yang lembut menerbangkan dedaunan membuat suasana sore hari yang damai.

Tempat ternyaman dan terindah untuk menikmati senja adalah di puncak gunung dan di atas pantai berpasir putih. Seperti apa yang dilakukan seorang pria berambut hitam saat ini.

Ia berdiri di atas pasir putih menikmati semilir angin sore dan menatap lembutnya guratan jingga di langit, pendengarannya dimanjakan dengan deburan ombak laut.

Pria itu tersenyum, senyuman yang menenangkan hati. Angin sore menerbangkan rambut panjang indahnya, menyapu rambut yang menutupi sebagian wajahnya.

Sisik hitam sisi wajah kirinya perlahan menghilang, bola mata berwarna merah darah miliknya ikut sirna digantikan dengan warna hitam pekat.

"Qiqi, aku datang ke sini untuk menemuimu. Aku harap, kau senang dengan kedatanganku kemari," gumamnya pelan seraya merentangkan kedua tangannya menikmati angin saat itu.

Tiba-tiba tubuhnya menghilang bagaikan debu yang diterbangkan angin meninggalkan serbuk-serbuk hitam.

✿❁ ≖≖❁≖≖ ❁✿

Qian berjalan dengan pandangan tertunduk setelah Jiangwu mengusap air matanya, ia sesekali mengangkat kepalanya guna menatap punggung tegap milik Jiangwu.

Qian tersipu meski Jiangwu menatapnya dengan datar. Setelah selesai mengobati kedua tangannya, Jiangwu bergegas kembali mencari tanaman obat dan menyuruh Qian untuk tetap duduk diam di sebuah akar pohon.

Saat ini, Qian bersama Jiangwu dan Yelu tengah berada dalam perjalanan pulang. Qian mengangkat kedua tangannya yang terbalut oleh kain, ia tersenyum mengingat kembali perlakuan hangat dari Jiangwu.

"Kau kenapa terus tersenyum seperti itu?" tanya Yelu heran sekaligus bingung, ia takut Qian dirasuki hal gaib yang membuatnya tersenyum sendiri.

Sedangkan di sisi lain, telinga seseorang terangkat bahkan memerah mendengar pertanyaan dari Yong Yelu. Ia berdehem pelan seraya terus berjalan seolah-olah tidak mendengar apa yang diucapkan Yelu.

"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh tersenyum?" tanya balik Qian dengan raut wajah kesal.

"Tentu saja kau boleh tersenyum. Tapi jika kau tersenyum tiba-tiba tanpa sebab, orang lain akan menganggapmu gila."

"Mungkin hanya kau saja yang menganggapku gila," ketus Qian.

"Tepat sekali!" sahut Yelu sembari menjentikkan jari.

Qian memasang wajah kesal, ia membuang wajah ke arah lain tak ingin menatap Yelu yang kini mengoceh tak jelas.

Selama perjalanan panjang, Qian merasa bosan dan jenuh mendengar Yelu terus berbicara. Sampai pada akhirnya ia bisa bernapas lega setelah tiba di rumah.

Jiangwu masuk ke dalam rumah terlebih dahulu untuk memasak, sementara Yelu mengurus keranjang berisi tanaman obat. Qian memilih duduk di tepi sungai, ia menceburkan kedua kakinya ke dalam air sungai.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya seorang pria yang tengah duduk di sebuah batu besar di atas Qian.

Xin Qian menolehkan kepala menatap pria tersebut. "Kakak, bagaimana bisa Kakak ada di sini?"

The Dragon PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang