Chapter 11 - Kegemparan di Kota

8 2 0
                                    

══✿══╡°˖✧快乐阅读✧˖°╞══✿══

Selesai makan, Yelu keluar dari rumah Jiangwu untuk menempa sebuah pedang yang ia dapatkan di hutan. Pedang itu terlihat bersinar setelah dibersihkan, Yelu mengambil sebuah palu lalu mulai menempa pedangnya.

Qian berjalan keluar menemui Yelu, ia berjongkok di samping pria itu memperhatikannya bekerja.

"Yelu, apa kau tahu mengapa Jiangwu selalu diam saat aku membahas siluman?" tanya Qian.

Yelu berhenti menempa, ia mengangkat palu di udara. Sekilas ia melirik Qian kemudian kembali menempa pedangnya. "Aku tidak tahu, dia selalu seperti itu sejak dulu."

"Apakah Jiangwu begitu membenci siluman?" gumam Qian seraya menopang dagu menatap pedang di depannya.

"Aku rasa dia tidak memercayai siluman, tapi jika dia bertemu siluman itu secara langsung maka dapat dipastikan dia akan membenci siluman," jawab Yelu tanpa berhenti menempa.

Qian mengeluarkan koin dari dalam pakaiannya, ia menatap koin emas dengan ukiran teratai yang indah. Koin itu dibeli oleh Jiangwu untuknya.

Aku tidak ingin kehilangan kepercayaan Jiangwu dan Yelu, dan aku juga harus meyakinkan bahwa mereka adalah orang yang baik. Dengan begitu aku bisa mendapatkan batu bulan dari Kakak, ucap Qian dalam hati.

✿❁ ≖≖❁≖≖ ❁✿

Keadaan kota Lianhua begitu ramai begitu muncul sosok mayat di gang kecil, di duga mayat tersebut mati akibat serangan seorang siluman.

Para penduduk yang mendengar jeritan dari gadis tersebut hanya bisa menunduk, mereka ingin menolong gadis itu namun keberanian mereka terlalu kecil sehingga mereka memilih untuk tetap berada di luar.

Sementara itu, Dunrui menyuruh bawahannya untuk mengangkat mayat tersebut. Selama semalaman ia mencari siluman yang menyerang gadis itu, namun tak kunjung mendapatkannya.

Qian, Jiangwu, dan Yelu tiba di pusat kota. Mereka penasaran saat para penduduk saling membicarakan sesosok mayat seorang gadis di sebuah gang.

Ketiganya berniat untuk melihat mayat tersebut, namun ketika Jiangwu melihat Dunrui ia mengurungkan niatnya dan membawa Qian menuju kios.

"Ada apa, Jiangwu?" tanya gadis itu saat lengannya di tarik oleh Jiangwu.

"Tidak, lebih baik kau tidak melihatnya. Aku khawatir kau akan merasa mual, apalagi mereka mengatakan organ dalam gadis itu telah diambil," jawab Jiangwu.

"Haah ... kau beralasan, katakan saja kau takut Qian'er bertemu dengan Dunrui," cibir Yelu pelan.

Setelahnya kios mereka ramai dikunjungi para penduduk kota, mereka tidak keberatan jika harus membeli obat racikan Jiangwu setiap hari. Mereka percaya obat yang dibuat Jiangwu mampu meredakan penyakit mereka, bahkan sebagian penduduk miskin yang terkena wabah diberikan obat oleh Jiangwu tanpa harus membayar.

Sosok pria baik hati nan tampan itu selalu menjadi idaman para wanita, namun tak ada yang berani mendekatinya karena sifat yang dingin dan selalu menjauh jika ia didekati seorang wanita.

"Jiangwu, aku ingin memakan itu," ucap Qian seraya menunjuk buah apel di samping kanan Jiangwu.

Jiangwu mengambil apel itu lalu memberikannya kepada Qian meski tangannya sibuk membungkus ramuan untuk pembeli.

The Dragon PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang