Sedari tadi Mala tidak banyak bicara. Ia hanya menjawab singkat saat ditanya dan cenderung menghindari percakapan dengan Raka. Mala memilih diam tidak menceritakan soal mamanya yang tau akan perjanjian pernikahan mereka, karena Mala yakin jika Raka tau ia akan marah padanya meski ini bukan salahnya.
Jujur Raka tidak pernah peduli dengan hal-hal seperti ini, karena biasanya cewek-cewek lah yang akan berbicara sendiri memulai percakapan dengannya. Akan tetapi entah kenapa Raka terus terusik saat dua hari ini Mala terus mendiamkannya.
Raka yang tengah menatap ponselnya sesekali mencuri pandang Mala yang tengah menata baju untuk dirinya ke Jerman besok. Wajahnya masih datar dan mulutnya enggan terbuka dengan tangan yang sibuk melipat baju, memasukkannya ke dalam koper.
"Besok jangan telat bangun. Jam 6 pagi gue harus udah di bandara" ucap Raka tanpa menatap Mala. Mala tak merespon dan memilih tak menyahut.
Raka menghembuskan napasnya kasar.
"Gue ngomong sama manusia apa patung sih!!" kesal Raka.
Mala masih diam tak bergeming dan kini berdiri menyeret koper Raka ke dekat pintu agar mudah untuk dibawanya besok. Lalu ia masuk ke kamar mandi, membasuh wajahnya bersiap-siap untuk tidur. Raka mengacak-acak rambutnya, berdiri dari duduknya.
Mala yang hendak keluar dari kamar mandi terhenti saat Raka berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Ia masih berekspresi datar dan memilih untuk melaluinya. Akan tetapi Raka terus menghadangnya dan membuat Mala menghembuskan napasnya jengah.
"Minggir!" ucap Mala dingin.
"Kalo gue ngomong itu dijawab!!" ucap Raka sedikit menaikkan nada suaranya.
"Iya gue denger!" sahut Mala tanpa menatap Raka.
"Dasar cewek!!" Raka beranjak pergi setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.
Dirinya sebenarnya tidak bisa mendiamkan Raka lama-lama karena amarahnya tidak sebesar rasa sayangnya. Tapi ia masih kesal dengan apa yang dia lihat di restoran malam itu ditambah perlakuan Raka yang mencium bibirnya tanpa izin darinya. Mala memilih menidurkan tubuh dan pikirannya yang sangat lelah serta hatinya yang sedih karena mamanya tau akan penderitaan ini.
...................
Sementara Raka tengah duduk di sofa markasnya, menenggak sebotol soda dengan kasar lalu mengacak-acak rambutnya.
"Kenapa lo?!" tanya Dito yang sedari kemarin bingung, memberanikan diri bertanya.
"Cewek kenapa sih! Ga tau salah kita apa palah didiemin. Berasa ngomong sama patung tau!!" sebal Raka.
Arga tertawa. "Bro ada apa? Ini kayak bukan lo man!!"
Sejak kapan seorang Raka, cowok dingin dan cuwek peduli dengan wanita yang mendiamkannya.
Raka menatap sepupunya datar. "Ga usah ngledek!!" sahut Raka menatap tajam.
Arga masih tertawa kecil. Membukakan kaleng soda lalu menyodorkannya.
"Siapa cewek itu? Istri lo?!" tanya Arga lagi.
"Siapa lagi kalo bukan dia!" jawab Raka jengkel.
"Emang lo apain dia?" sahut Dito.
"Gue ga tau. Setelah makan malem bareng Amanda, dia langsung diemin gue gitu aja!!" jelas Raka.
"Pantes! Lo memang udah matang secara finansial, tapi kalo secara rohani menurut gue ga. Pikiran lo soal pernikahan masih cetek, buktinya lo masih terima ajakan makan malem dari cewek yang jelas-jelas udah jadi mantan. Ngajak istri lo pula!!" ucap Arga sedikit kesal.
"Tapi itu kan cuman bahas bisnis!" jawab Raka mengelak tidak ingin disalahkan.
"Pernikahan itu nyata bukan fantasi. Pernikahan juga hal sakral, maka dari itu lo ga bisa main-main. Lo harus tau kalo lo itu sekarang jadi suami. Suami, yang artinya lo udah punya istri. Coba lo diposisi istri lo apa ga sakit lihat suaminya mau diajak dinner sama mantannya entah itu dengan alasan apapun, apalagi kalo sampai ada adegan mesra-mesraan didepan matanya, sakit man. Sakit!" terang Dito mengelurkan nasehatnya.
Raka terdiam berpikir apa karena waktu itu Mala sempat melihat ia berpelukan dengan Manda dan alasan Mala mendiamkannya karena ia cemburu? Kan ini hanya pernikahan sementara. Ia sungguh tak mengerti pikirannya buntu saat ini, tapi ia hanya bisa menduga-duga karena Mala tak pernah mengungkapkan perasaannya menikah dengan Raka.
"Kalaupun iya, kenapa dia ga ngomong langsung!!" batin Raka frustasi.
"Rak, Rakaa.." Arga melambaikan tangannya didepan wajah Raka.
Pletak...
Raka yang tak kunjung tersadar membuat Arga harus menyentil dahinya.
"Apa-apaan sih lo!!" Raka tersentak, mengelus dahinya yang sakit.
"Kebiasaan sih dinasehatin palah bengong!!" jawab Arga tanpa rasa bersalah sambil menertawainya.
Arga memang tak ada takut-takutnya menggoda dan menertawakan Raka karena moodnya sedang bersahabat, lain cerita kalo mood Raka sedang anjlok bisa-bisa seluruh wajah Arga babak belur.
"Terserah lah. Bodo amat!!" Raka memilih keluar dari markas dan pulang ke rumah.
Rencana menghilangkan stress, palah tambah stress. Bukannya menghibur Arga dan Dito palah terus menggoda dan menertawainya
.............
Sampai didalam rumah, Raka melihat sekeliling yang gelap gulita. Ia pun merogoh sakunya dan menyalakan flash dari ponselnya lalu pergi menuju kamarnya.
Raka membuka pintu kamarnya. Ia mulai meraba saklar lampu. Berkali-kali Raka menaik turunkan saklar tapi lampu masih tetap padam. Mana mungkin ia lupa membayar token listrik.
"Ck, pake mati segala lagi!!" gerutu Raka.
Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar, mencari keberadaan Mala. Tepat saat flash mengarah pada tubuh gadis itu. Ia berjalan mendekat.
"Selimutnya ga dipake?" tanya Raka entah pada siapa.
Raka berjongkok di depan Mala mulai menyipitkan matanya kala melihat keringat di dahi Mala.
"AC juga mati?!!" tanyanya lagi berdialog sendiri
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/344086747-288-k71969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMALA [Hiatus]
Teen FictionNigista Amala Pradivtha merupakan gadis cantik jelita dan penuh keceriaan. Tapi kehidupannya harus berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia menikah dengan cinta pertamanya. Seorang pria bernama Kalendra Raka Bimantara. Raka, sosok pria yan...