Tzuyu telah menggoda Sana tanpa henti sejak dia dan Dahyun mengumumkan hubungan mereka.
Ia selalu mengganggunya. Tanpa henti. Mengatakan bahwa dia berkencan dengan fosil, bahkan setelah Sana membela diri bahwa pacarnya hanya 7 tahun lebih tua darinya.
"Dia tidak setua itu, Tzuyu! Aku cukup yakin dia terlihat lebih muda darimu." Sana mengklaim untuk kesekian kalinya.
"Oh, silakan saja." Tzuyu mengibaskan tangan ke arah Sana.
"Yah, dia pasti dalam kondisi yang lebih baik daripadamu. Tunggu sampai kau melihat perut Dahyun."
"Aku tidak ingin melihat perut pacarmu, tidak akan pernah. Dan kau hanya mengatakan itu karena kau tidur dengannya setiap malam."
"Tidak setiap malam! Aku kadang-kadang menginap di apartemenku."
"Terserah. Dia masih menjadi fosil bagiku. Kau tahu, aku tidak pernah menyangka kau menyukai pria yang lebih tua." Tzuyu mengangkat bahu.
"Aku sebenarnya tidak punya tipe. Apa yang terjadi antara Dahyun dan aku... Entahlah, itu terjadi begitu saja. Sudah ada percikan sejak awal... dan rasanya wajar saja, bersamanya." Sana dengan santai menjawab.
"Seksnya pasti sangat spektakuler jika kau terus kembali padanya."Tzuyu menyeringai padanya.
"Aku bisa menceritakannya, malam panas saat dengan Dahyun."
"Astaga! Tidak, aku tidak perlu mendengarnya..." Tzuyu segera menutup telinganya saat Sana melanjutkan dengan menceritakan detil kehidupan seksnya, sebagian besar untuk membuat Tzuyu kesal.
Tzuyu merasa bosan dan tidak banyak pelanggan di kedai kopi pada Jumat sore itu. Ia dan Sana menghabiskan sebagian besar waktu mereka hanya untuk mengobrol dan bercanda.
"Hei, pacarmu sudah datang." Tzuyu mengangguk ke arah Dahyun yang baru saja keluar dari limosinnya dan bersandar di sana.
Sana punya waktu sekitar sepuluh menit sampai shiftnya selesai, jadi Dahyun mengirim pesan singkat bahwa ia akan menunggu di tikungan.
Segera setelah selesai, Sana mengucapkan selamat tinggal pada Tzuyu dan bergegas menemui Dahyun.
Ia benar-benar melompat ke dalam mobil dan mendarat di atas pacarnya. Mereka mulai bercumbu dengan mesra begitu Hyunjin menutup pintu.
"Meskipun aku merindukanmu, aku harus tinggal di rumahku malam ini." Dahyun cemberut mendengarnya.
"Tapi ini hari Jumat, Sana."
"Aku tahu, tapi aku punya banyak pekerjaan rumah yang harus kuselesaikan malam ini, jadi aku bisa menghabiskan akhir pekan bersamamu tanpa perlu khawatir." Sana menjelaskan sambil tersenyum.
"Oke." Dahyun kemudian menurunkan sekat.
"Hyunjin, ke apartemen Nona Minatozaki, tolong."
"Baik, Tuan."
Dahyun melanjutkan sesi bercumbu dengan Sana. Ia menindihnya di kursi dan menciumnya dengan gemas ketika mereka tiba di apartemen Sana.
Hyunjin memberi tahu atasannya begitu ia memarkir mobil di depan gedung.
Sana berusaha mendorong Dahyun dari dirinya, tetapi dia terlalu kuat.
"You'll have me all to yourself tomorrow, Kim." Sana tertawa mendengar Dahyun berdecak.
"Sabar, sayang. Hal-hal yang baik akan datang kepada mereka yang menunggu."
Dahyun mengerang dan dengan enggan turun dari tubuhnya.
"Baiklah. Aku akan menjemputmu besok."
Sana mengatakan pada Dahyun bahwa dia tidak perlu mengantarnya ke kamar, dan kemudian ia memberikan ciuman lagi di bibirnya sebelum melambaikan tangan dan masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASTOR (END)
RomancePersetan dengan segala konsekuensi. Dahyun sudah mengambil keputusan. Dia harus memilikinya. 'Berjuanglah untuk apa pun yang kau inginkan dalam hidup, Dahyun. Itu satu-satunya cara agar kau bisa bertahan hidup di dunia ini.' Dan sekarang hanya ada s...