Bab. 1 : Hilangnya solar

2.2K 188 34
                                    

Dulu...

Aku hanyalah sebuah alat pemusnah yang tidak memiliki perasaan.

Tapi ... Semenjak diriku disegel di dalam power sphera Kuning dan diberikan kepada seorang bocah. Entah bagaimana hidupku perlahan berubah.

Tuan baruku ini sangatlah naif dan tidak peduli pada dirinya sendiri, hingga membuatku marah.

"Bocah. Apa pentingnya mereka? Kau sudah terluka, lebih baik kau tinggalkan saja dan obati lukamu dulu."

Saat aku berkata begitu ... tuanku hanya terkekeh pelan, lalu tersenyum ke arahku.

"Kau lihat orang di sampingmu?" tanya tuanku ketika kami berada di dalam dimensi elemental.

"Ya. Ada seorang bocah dan dia sedang berpelukan padaku."

"Lalu, apakah kau lihat ada seorang ibu di seberang sana?"

"Tentu, dia sedang melihatku seperti mengkhawatirkan sesuatu."

Setelah kami bertukar kata, senyuman tuanku langsung melebar dan menjelaskan inti percakapan tadi.

"Benar, ibu itu sedang khawatirkan anaknya yang merupakan bocah di sampingmu. Pasti sangat sedih jika harus kehilangan sebuah keluarga, apalagi hal itu terjadi di depan matanya. Aku tidak ingin mereka merasakannya, jadi aku harus berjuang sekuat tenaga."

Aku hanya mengernyit bingung dan bertanya lagi.

"Tapi, mereka kan orang asing?"

"Yaps, tapi jika aku berada di posisi mereka dan aku harus kehilangan tok Aba. Aku pasti akan sedih. Apalagi melihat ada seorang pahlawan, namun tidak bisa apa-apa."

Aku hanya bisa terdiam pasrah mendengar jawabannya. Ya, dia sangat naif— namun, kebaikan itulah yang bisa membuatku berubah.

Bahkan saking naif nya, dia rela mempertaruhkan nyawanya melawan Reta'ka demi merebut kami kembali.

Dialah tuan yang menyelamatkanku dari kegelapan.

Ialah tuan satu-satunya yang menganggapku sebagai keluarga, dan ...

Beliaulah orang pertama yang mengajarkanku, tentang arti sebuah kehidupan.

Jadi, aku tidak akan biarkan apapun terjadi padanya. Biarkan saja dia naif sampai melupakan dirinya sendiri, jika ia dalam bahaya karena kenaifannya. Maka saat itu, akulah yang akan menjadi pelindungnya ketika ia dalam bahaya.

Melindungi berdasarkan keinginan pribadi, bukan perintah. Karena buktinya tuanku sendiri marah dengan tindakanku, padahal dirinya sama saja.

Ya... Beginilah hidup, adakalanya keinginan kita tidak diterima dan adakalanya mereka menerimanya.

Tapi... siapa sangka?

Ternyata aku jadi ketularan naifnya. Bahkan hingga aku rela pertaruhkan nyawa untuk melindungi tuanku, sama sepertinya waktu melawan Reta'ka. Hal yang paling kusesali, yaitu ketika aku telah membuat tuanku menangis karena egoku.

"Jangan pergi Solar..." isak tuanku sambil memelukku dengan erat.

Tuan?

"Solar... Thorn nanti main sama siapa, kalau Solar hilang?"

Terlihat ada Thorn yang berdiri tepat di belakang tuan, sedang menangis diikuti para elemental lainnya, kecuali Halilintar. Meski begitu matanya tetap menunjukkan tanda-tanda seperti orang yang menahan tangisan.

"Maafkan aku semuanya," ujarku sambil membalas pelukan tuanku.

Aku suka kehidupanku yang sekarang, dimana aku bisa merasakan kehidupan yang sebenarnya. Aku sendiri juga jadi tak rela pergi meninggalkan mereka, tapi apa boleh buatkan? Inilah takdir dan inilah jalan yang sudah kupilih, jadi aku harus menerimanya.

Kenapa aku menghilang?

Karena pertarungan dengan Reta'ka telah menguras tenagaku dan kekuatanku meningkatkan pesat sejak Reta'ka mengambilku lagi. Kekuatan sebesar ini tak akan mampu tuan baruku pertahankan, jika aku terus hidup dan tinggal di dimensi ini. Yang ada tuanku lah yang akan menanggung beban, parahnya ia bisa meninggal.

"Maafkan aku Boboiboy... Terimakasih atas semuanya. Teman-teman, tolong jaga si naif ini," pesanku sebelum menghilang.

Mereka menganggukkan kepala agak lesu, tak lama kemudian tubuhku mulai bercahaya dan pandanganku memudar, tanda ajal sudah tiba.

"SOLAAAAR!!!"

Sebelum aku menghilang, tuanku berteriak memanggil namaku dan terus menangis berharap aku tidak pergi. Sungguh, aku tidak bermaksud seperti ini, aku juga tak ingin menyakiti hati tuanku yang lembut itu.

Tapi... Terimakasih karena telah menyayangiku, wahai tuanku yang naif.

Solar

•••























Yey, gimana nih. Ada yang baper ga? (⁠・⁠∀⁠・⁠) 

Masih kurang seru? Ok, lanjut terus... sampai kalian temukan Bab kesukaan kalian. Kalau ketemu, silahkan komen sejadi-jadinya.

Btw sekian info, jangan lupa vote ya. Pastikan votenya kasih dengan setulus mungkin , karena vote kalian akan sangat membantu author untuk tetap semangat dan melanjutkan ceritanya (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠).

Jangan lupa untuk terus baca sampai tamat dan kasih vote ya~

Apalagi, kalian itu pecinta Boboiboy Solar  ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

SANG MENTARI [END S.1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang