(backsound start)
"Hahaha... kau memang tak pernah belajar ya," ujar Reta'ka dengan tawa khasnya.
Aku hanya bisa mematung dan merutuki aksi yang baru saja kulakukan. Bukannya tidak belajar, hanya saja aku lupa tentang itu. Yah, daripada merenungi nasib buruk yang telah terjadi, lebih baik aku mencari solusi untuk mencegahnya.
Tanpa menunggu lama aku kembali menggunakan kekuatanku dan mengeluarkan beberapa panah cahaya untuk menyerang Reta'ka. Jika berbentuk benda padat, harusnya Reta'ka tidak akan dapat menyerapnya.
Sriiingg...
Panah cahaya itu terbang menerjang ke arah Reta'ka, sayangnya serangan itu sudah tak berarti apa-apa baginya yang sudah semakin kuat. Dalam seketika semua panah cahaya itu dengan mudahnya di patahkan oleh Reta'ka.
Sial, apa tahap tiga masih kurang? gerutuku dalam hati.
"Hahaha... kau pikir serangan mentah seperti ini bisa mengalahkanku?" ujar Reta'ka dengan nada sombong.
Aku menggertakkan gigiku dan bersiap mengeluarkan serangan lainnya. Reta'ka memang benar, aku masih belum menggunakan seluruh kekuatanku dan hanya menggunakan setengahnya. Tapi jika aku gunakan seluruh kekuatan ini, aku takut akan hilang kendali dan justru menghancurkan semua yang ada disekitarku.
Karena serangan tadi tidak berkesan, kali ini aku mencoba menyerangnya dengan kekuatan maksimal, meski akan ada resiko yang harus ditanggung olehku nanti.
"TOLAKAN GERHANA."
Wuuuuzzz....
Sebuah serangan berupa cahaya berwarna hitam keemasan mulai menyerang ke arah Reta'ka. Kali ini aku menggunakan seluruh kekuatanku, Alhasil Reta'ka sempat kewalahan menahan seranganku.
Ya, itu berhasil. Tapi... setelah aku menggunakan kekuatan sebesar itu, tanganku langsung gemetar dan terasa sakit. Sepertinya memang menggunakan kekuatan penuh masih belum bisa untuk saat ini, bahkan aku bisa merasakannya dengan jelas energi kekuatanku yang mulai memberontak. Sebagai tanda bahwa kekuatan ini akan hilang kendali, jika aku mencoba gunakan kekuatanku sebesar tadi.
"Heh, hanya bisa sekali saja? Mengecewakan."
Reta'ka berlari mendekat ke arahku sambil berusaha terus menyerangku. Aku segera menghindari semua serangan yang datang, namun Reta'ka lebih unggul dibandingkan diriku, dikarenakan saat ini tubuhku masih belum kembali ke kondisi normal sehingga pergerakanku jadi tertunda dan berakhir menjadi samsak tinju miliknya.
"Aaaarrrghhh......"
Aku meringis kesakitan, rasa sakit yang tadi sudah hampir hilang, kini kembali menjalar ke seluruh tubuhku. Aku hanya bisa terdiam di atas rerumputan hijau, bahkan sekarang aku sudah tak mampu untuk berdiri lagi, apalagi harus menyerangnya?
Reta'ka yang melihat kondisiku kian memburuk langsung tersenyum jahat, lalu menarik kerah bajuku dan mengangkatku setinggi mungkin.
"Kalau dipikir-pikir... sepertinya tidak akan menyenangkan langsung menghabisimu begitu saja," gumam Reta'ka.
Mendengar kalimat itu, detak jantungku langsung berdebar kencang dan mataku membulat ketakutan. Yang dapat kupikirkan saat itu, tak lain dan tidak bukan adalah dirinya yang hendak menyerapku. Dan benar saja, salah satu tangan Reta'ka yang bebas itu mulai mendekat ke arah wajahku dan perlahan sinar kuning keemasan mulai menarik diriku ke dalam Reta'ka.
"Ti-tidak, lepaskan!"
Aku berusaha memberontak sekuat yang kubisa, namun tubuh ini sudah terlalu lelah dan sulit kugerakkan karena terlalu banyak menggunakan kekuatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MENTARI [END S.1]
Fiksi PenggemarSolar sebuah kuasa tahap dua milik Boboiboy pada akhirnya harus meninggalkan tuannya karena suatu alasan dan memilih untuk mati demi sang tuan. Tapi siapa sangka setelah menghilang dan mati, dia justru dikirim ke dunia lain (inkarnasi) dimana para e...