Bab. 14 : Saudara

917 124 18
                                    

Setelah mendengar cerita singkat dari Vicky, aku hanya bisa terdiam tanpa berkata apapun. Aku sekarang sudah paham bahwa Vicky memang sudah taubat, tapi mana mungkin aku bisa memaafkannya begitu saja, setelah membuat saudara baruku menderita.

Bedasarkan ceritanya, sepertinya Carlos terpengaruh oleh kekuatanku entah bagaimana. Kalau menurut pendapat pribadiku, ada kemungkinan dia dirasuki sebagian kekuatanku yang masuk kedalam dimensi ini, lalu dirinya tidak dapat mengendalikan kekuatan itu dan berakhir seperti ini.

"Vicky! Apa yang kau tunggu? ayo kita pergi!" Panggil Carlos dari jauh.

Vicky hanya bisa menurut dan berjalan menghampirinya, saat sedang berjalan melewatiku, dia membisikkan sesuatu.

"Terserah padamu, tapi jika sesuatu terjadi pada saudaramu aku gak tanggung jawab."

Tunggu apa? Maksudnya Carlos sudah merencanakan sesuatu? Ataukah itu ancaman karena gak mau bantu?

"Apa yang kalian berdua bicarakan?" tanya Taufan ketika Carlos dan Vicky berjalan semakin menjauh.

"Itu..."

Aku ingin jelasin ke mereka, tapi gimana ya? Selain jelasinnya susah, mereka pasti tidak akan percaya dan malah mengamuk nantinya.

Baru saja aku ingin membuka mulutku lagi, para guru memanggil kami semua untuk berkumpul. Kami segera menurut dan melupakan pembicaraan tadi, lalu lekas pergi ke tempat yang dimaksud.

•••

Hawa dingin mulai menusuk, hari sudah semakin gelap dan makan malam sudah lewat sejak tadi. Semua anak murid segera masuk kedalam tendanya masing-masing, kecuali diriku yang lebih memilih untuk tetap berada dekat dengan api unggun.

"Solar, ga tidur?" tanya Gempa ketika hendak berjalan pergi.

Aku menggelengkan kepala pelan, lalu berkata "ga Gem, aku di sini saja."

"Ayolah Solar, tidur bareng di tenda. Nanti klo gelap nyalain senter aja, di sini banyak nyamuk loh," bujuk Blaze.

Aku tetap kukuh ingin berada di sini, lagian tempat ini jauh lebih baik daripada di dalam tenda yang dingin dan gelap itu.

Bukannya membantu Blaze membujukku, Gempa justru memilih menetap di dekatku. Para kembaran yang lain saling menoleh sebentar, lalu ikutan duduk di sekitar api unggun yang penuh kehangatan. Gopal... Yah, kalau dia udah tidur di dalam tenda dari tadi.

"Apa? Kenapa kalian ikutan di sini?" tanyaku heran dengan tingkah mereka yang tiba-tiba mengerumuniku.

Gempa hanya membalasnya dengan senyuman, sedangkan yang lain terkekeh pelan.

"Hehehe... Ga apa kan? Lagian mana mungkin kita biarkan kau sendirian di tempat gelap begini," ujar Taufan dengan senyuman khasnya.

"Ayolah kalian ga perlu sampai sejauh ini, kembali lah ke tenda sekarang. Aku juga bukan adikmu, jadi berhentilah khawatirkan diriku."

Kembaran itu langsung memasang ekspresi tak suka dengan kalimat terakhirku.

Tuk.

Lalu sebuah sentilan kecil menghantam keningku, rasanya cukup sakit hingga mampu membuatku meringis pelan. Siapa lagi kalau bukan Gempa pelakunya? Bahkan terlihat jelas, pipinya yang menggelembung karena kesal.

"Sudah berapa kali kami bilang, lupakan masa lalu itu. Sekarang kau sudah jadi adik kita, lagian apa masalahnya kita semua temenin kamu?"

Aku hanya bisa diam. Dia benar, aku sekarang sudah tak bisa kembali lagi kedunia lamaku, kecuali ada faktor tertentu yang bisa membuatku kembali kedunia lama. Tapi itu tidak mungkin untuk saat ini dan juga.... bukankah sudah waktunya bagiku menerima mereka menjadi saudaraku?

SANG MENTARI [END S.1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang