Bab. 11 : Terbongkar!

1.1K 138 12
                                    

Boboiboy yang sempat menangkap Solar sebelum terjatuh, langsung menggendongnya dan membawa ke kamar inap milik Blaze yang baru. Para perawat dan dokter yang melihat keadaan Blaze, sempat merasa heran dan terkejut dengan keajaiban ini. Bahkan keadaan Blaze sudah kembali normal seperti layaknya orang pada umumnya, dan sudah tidak ada batasan aktivitas apapun.

Namun untuk berjaga-jaga, sang dokter menyuruh Blaze untuk dirawat inap setidaknya sehari. Para saudara itu hanya bisa mengiyakan, meski orangnya sendiri sedang merajuk di atas kasur barunya.

"Bagaimana keadaan Solar?" tanya Gempa ketika melihat Boboiboy sedang meletakkan Solar di atas sofa tak jauh dari kasur milik Blaze.

"Tenang Gem, dia hanya pingsan saja kok," ujar Boboiboy menenangkannya.

"Omong-omong apa yang terjadi di sini? Aku yakin kau tau sesuatu kan, Fan?" tanya Halilintar sambil melirik ke arah Taufan.

Yang ditanya terdiam sejenak, lalu memasang pose berfikir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kebingungan bagaimana cara menjelaskannya, karena dirinya sendiri tidak tau dengan apa yang terjadi.

"Entah," jawab Taufan singkat sambil mengangkat kedua bahunya, "tapi yang jelas, Blaze bisa kembali lagi berkat Solar."

"Apa maksudmu?"

"Ya, seperti yang sudah kujelasin di telpon tadi. Blaze awalnya sudah... Yah, hampir tiada. Tapi, sebelum detak jantungnya terhenti. Aku melihat Solar melakukan sesuatu padanya, dan ada bintang yang mengelilingi mereka berdua tadi."

"Bintang? Kok bisa?"

"Aku juga ga tau, kalau mau yang jelasnya tanyain aja orangnya langsung," ucap Taufan sambil menunjuk ke arah Solar yang masih pingsan.

Mereka semua menatap Solar yang masih tertidur pulas, dengan tatapan heran bercampur curiga. Sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu, mereka sudah merasakan ada yang tidak beres dengan adik bungsunya, tapi mereka mencoba untuk tidak memperdulikan hal itu. Namun sekarang sudah tak bisa, karena bukti nyata sudah ada di depan mata.

•••

Sayup-sayup aku mendengar sebuah suara di dalam kegelapan, lalu perlahan suara itu mulai memudar, aku mencoba berlari dan mengejar suara itu, namun tak dapat kugapai.

Aku tau ini hanyalah mimpi, tapi kegelapan tetap musuh abadiku dan aku paling enggan ditinggal sendirian dalam gelap. Kegelapan ini selalu membuatku teringat dengan diriku yang berusaha menyakiti teman dan tuanku, ditambah ada suara yang paling kubenci terus menghantuiku.

"Sekarang lakukan lah, wahai kuasaku," ujar suara yang penuh kebencian.

"Tidak!"

"Kenapa? Mereka hanyalah orang asing kan?"

"Bukan! Mereka temanku!"

"Teman? HAHAHAHA LUCU SEKALI. Alat pemusnah sepertimu menyebut mereka teman? Ini benar-benar lelucon yang lucu."

Ugh, diamlah! Aku tidak ingin mendengar suaramu lagi, tidak... Kumohon....





















Kumohon, siapapun bangunkan aku!

























"...lar?"


















"...Solar?"

Aku perlahan mulai membuka mataku, dan mendapati seorang anak dengan manik Ruby sedang melihat ke arahku.

SANG MENTARI [END S.1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang