Hai, hai... Sebelum lanjut. Sakuni ingin sampaikan untuk para readers yang setia dan mau baca cerita ini. Jika vote per chapter bisa mencapai 50 bintang, dengan beberapa kritikan di chapter yang memang terasa kurang bagus. (Kritikan boleh ditaruh chapter akhir aja kok)
Saya akan memberikan satu wallpaper Fanart Solar, karena dia tokoh utama di sini (ga boleh dijual loh, ini cuman buat kesenangan). Tentu saja, hasilnya akan dimaksimalkan oleh Author hingga sebagus mungkin. Dan tolong ingatkan jika seandainya sudah mencapai target dan Sakuni belum post gambarnya ^_^.
Sip, sekian dan semoga Sakuni bisa mencapai target ( ꈍᴗꈍ).
•••
Setelah Boboiboy berbincang dengan dokter sebentar, akhirnya Blaze diizinkan pulang. Untungnya para dokter dan staf di sana menganggap kejadian yang menimpa Blaze sebagai keajaiban, jika tidak habislah aku menjadi buronan mereka.
Dan di dalam mobil menuju perjalanan pulang, entah kenapa aku selalu merasa mengantuk dan mataku terasa lebih sensitif pada cahaya sehingga membuatku ingin tertidur. Tapi disisi lain aku jadi merasa was-was, karena takut jika aku tertidur nanti kekuatan ini akan berada diluar kendaliku.
"Solar, kalau ngantuk tidur dulu aja," ujar Ice yang duduk di bangku sebelahku.
Aku menggelengkan kepalaku, lalu mengusap mataku yang semakin terasa berat.
"Hei, apa ada yang bawa kacamataku?" tanyaku mencoba menghiraukan ucapan Ice tadi.
"Tidak, tapi jika kamu ingin, kau bisa pakai kacamata hitam milikku," ucap Taufan menyodorkan kacamata miliknya.
Aku segera mengambil kacamata itu dan memakainya. Dan seperti yang kuduga, rasa kantuk mulai berkurang dikarenakan cahaya matahari yang semakin sedikit mengenai mataku.
"Hei, tolong pinjamkan aku topimu," pintaku pada Ice.
"Apa? Kau kan punya."
"Tapi ketinggalan di rumah, sudah berikanlah saja. Aku memerlukan itu untuk membatasi sinar cahaya agar tak mengenaiku."
Ice dan yang lain memasang ekspresi bingung, lalu ber'oh'ria kecuali sopir taksi yang sibuk dengan jalanan. Tak lama kemudian, kepalaku ditutup oleh sesuatu, sayangnya itu bukan topi Ice melainkan milik Gempa.
"Pakailah punyaku saja," ujarnya.
Aku membalasnya dengan senyuman kecil dan tak lupa berterimakasih, lalu kembali fokus melihat pemandangan yang ada di luar. Yah, Kurasa tidak buruk juga tinggal di dunia ini, apalagi ada banyak orang yang peduli denganku di sini.
Tapi... Tetap saja, rasa rinduku pada teman lamaku tak bisa dipungkiri.
Lupakan soal dunia lamaku dulu
Sekarang, aku harus fokus dengan masalah yang satunya. Ya! Masalah dengan para pembully itu. Ada terlalu banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan pada anak bernama Vicky itu, khususnya alasan dia meminta maaf pada hari itu."Omong-omong... Bagaimana dengan kemah nanti? Apa akan aman?" tanya Boboiboy memecahkan keheningan.
Keenam kembaran itu hanya saling menatap, sedangkan diriku cuek memandang ke arah luar jendela mobil. Jika mereka berani macem-macem, aku cukup gunakan kuasaku saja biar mereka kapok sekalian.
"Insyaallah aman bang," jawab Gempa dengan senyuman khasnya.
Namun sepertinya Ice tidak setuju dengan ucapannya dan berkata, "aman dari mana? Mereka ada di kelompok yang sama denganku, belum lagi malam hari nanti, bisa membuat mental Solar turun."
"Eh? Aku?"
"Tentu saja, siapa lagi. Kau ga suka gelap, kan? Apa kau pikir bisa bertahan di sana saat malam tiba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MENTARI [END S.1]
FanficSolar sebuah kuasa tahap dua milik Boboiboy pada akhirnya harus meninggalkan tuannya karena suatu alasan dan memilih untuk mati demi sang tuan. Tapi siapa sangka setelah menghilang dan mati, dia justru dikirim ke dunia lain (inkarnasi) dimana para e...