Bab. 19 : Akhir Cerita

1.4K 141 30
                                    

(backsound start)
===================
Note:
(Boboiboy: dari dunia lama/ORI)
(Boboiboy: dari dunia baru)
===================

"Tuan?"

Terlihat anak bermanik coklat menatapku dengan tatapan rindu, perlahan berjalan mendekatiku dan membelai rambut yang tak tertutup topi ini.

"Apa yang kau lakukan di sini, Solar?"

Aku hanya menundukkan kepalaku tanpa menjawab pertanyaan itu, berusaha menyembunyikan wajahku yang berantakan.

Tuan tersenyum ke arahku, lalu bertanya, "apa kau tidak punya hal yang ingin ditanyakan?"

Pertanyaan? Tentu saja ada banyak, tapi ... Untuk saat ini hanya ada satu. Aku mengangkat kembali wajahku dan menatap tuanku yang masih menungguku dengan sabar.

"Bagaimana Tuan bisa kemari?"

Diriku yang sejak tadi memilih diam, akhirnya mulai mengeluarkan suara. Sebelum menjawab pertanyaanku, Tuan menunjuk ke arah tanganku di mana jam kuasa berada.

"Kau tau kan jam ini adalah penghubung antara aku dan elemental? Aku bisa menemuimu berkat jam itu."

"Apa yang lain bisa datang kemari juga karena ini?"

"Yaps, kami datang ke dunia ini menggunakan jam tersebut. Saat ini kau memiliki tubuh yang dapat digunakan menjadi perantara, jadi para elemental bisa datang kemari tanpa adanya diriku. Pastinya aku tidak bisa datang, karena masih hidup dan hanya bisa datang ke dalam dimensi elemental."

"Tapi, itu juga berkat dirimu yang mencoba menghubungi kami. Kalau tidak, mungkin para elemental itu tidak akan tahu keberadaanmu dan kami tidak akan tau kondisimu sekarang," lanjutnya.

Aku menatap kesal jam kuasa yang berada di lengan kananku, lalu bergumam, "Kalau begitu... seharusnya aku buang saja benda ini."

"Kenapa?"

"KARENA BERKAT BENDA INI, KALIAN JADI TERLUKA!"

Iris mata coklat itu menatap diriku dengan tatapan agak sendu, lalu tangannya menepuk-nepuk pundakku.

"Haduh... kau ini bodoh atau apa? Kupikir kau elemen yang paling pintar."

"Hah?!"

Maksudku yang benar saja? Kenapa tuanku tiba-tiba malah menghinaku? Kupikir tadi dia akan menghibur -- ugh, tidak. Aku tidak berharap dia akan menghiburku. Hanya saja ....

"Yang perlu kau lakukan sekarang, hanya lah percaya pada dirimu sendiri dan memaafkan dirimu yang di masa lalu."

"Apa maksud Tuan?"

Tuanku terkekeh pelan, lalu kembali melanjutkan kalimatnya yang terhenti."Kau ini kan yang pernah bilang sendiri kalau dirimu sebuah kuasa, kan? Lalu kenapa kamu gak percaya pada kemampuanmu sendiri? Percayalah, bahwa kamu mampu mengendalikan dirimu sendiri."

"Tapi, kekuatan ini... sudah menyakiti mereka dan apa yang kulakukan dulu pada tuan mereka, sama sekali bukan hal yang bisa dimaafkan." Aku membalas ucapan tuanku dengan nada agak meninggi, merasa kesal dengan diri sendiri yang tidak mampu apapun, kecuali menyakiti orang.

Tuk

Sebuah sentilan yang kencang menghantam keningku, aku terkejut dan langsung mengusap keningku yang sakit karena sentilan tadi.

"Hei! Masa lalu itu sudah basi. Para elemental juga sudah memaafkanmu, jadi jangan buat masalah yang seharusnya sudah selesai semakin besar dan..."

Ucapannya terhenti sejenak, lalu Tuanku yang sejak tadi ikut duduk segera bangun dan mengambil posisi berdiri.

SANG MENTARI [END S.1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang