Sudah dua hari berlalu sejak kejadian itu, aku dan saudaraku sedang memikirkan rencana untuk kemah nanti, yaitu hari dimana aku akan sekelompok dengan si duo pembully. Gempa dan Halilintar yang memikirkan bagaimana caranya agar mereka mau menghentikan perbuatannya, sedangkan yang lain memikirkan cara melindungi diriku nanti di saat hari yang ditentukan tiba.
Sebenarnya aku tidak perlu dilindungi oleh siapapun, karena yang dalam bahaya bukan hanya aku seorang diri, melainkan mereka juga. Jadi harusnya mereka pikirkan cara lindungi diri sendiri dulu, jangan malah mikirin cara melindungi diriku.
Tapi aku tidak bisa menolak keinginan mereka, mengingat bahwa beberapa hari yang lalu mereka berhasil menyelamatkan diriku. Apalagi saat itu aku sangat terlihat sangat tak berdaya, jika aku menolak keinginan mereka yang ada mereka akan semakin menjadi.
Prang.
Di saat aku sedang sibuk dengan pikiranku. Terdengar bunyi barang pecah dari arah dapur, aku yang sedang berada di dekat dapur bergegas pergi ke sana dan mendapati Gempa yang sedang merapihkan pecahan kaca, dan Blaze berdiri di tempat yang aman, jauh dari pecahan kaca.
"Apa yang terjadi?" tanyaku sembari berjalan mendekat perlahan.
"Itu salahku, aku mau bantu Gempa nyuci piring. Tapi... Piringnya malah mental dan jatuh sampai begini," jelas Blaze dengan wajah bersalah.
Benar juga, sejak hari itu... Jika diingat kembali, tingkah Blaze juga jadi ikutan aneh. Entah kenapa dia tiba-tiba jadi rajin, kadang manja, terlihat lebih dewasa dan masih banyak sifat kebalikannya yang muncul akhir-akhir ini. Bahkan ia terlihat sangat terburu-buru seolah waktunya... Tunggu, jangan bilang?!
"Blaze, kau---"
Sepertinya Blaze paham dengan apa yang ingin kutanyakan, dan dia langsung berlari ke arahku lalu menutup mulutku. Terlihat ekspresi kesal di wajahnya, sedangkan Gempa hanya bisa melihatnya dengan ekspresi heran, lalu kembali merapihkan pecahan kaca tersebut.
"Sudahlah, lebih baik kalian mandi sana. Sebentar lagi kita akan berbelanja untuk kebutuhan kemah nanti, jadi pastikan tubuh kalian sudah bersih," ujar Gempa dengan senyum khasnya.
"Hmm, Abang ga marah sama Blaze kan?"
"Ga kok, lain kali hati-hati ya. Abang cuman ga mau kamu terluka, sekarang mandi dan bangunkan yang lain."
"Roger!"
Wajah Blaze seketika berubah menjadi ceria kembali, dan segera berlari menuju ke atas membangunkan yang lainnya. Aku hanya bisa menghela nafas panjang, pasrah dengan kelakuan Blaze. Tapi setelah melihat tingkahnya tadi, aku jadi semakin yakin waktu yang dimiliki olehnya sudah semakin tipis. Sebagai pemilik tubuh itu, Blaze lah yang paling tau kondisinya sendiri, jadi tak heran ia merasa ajalnya sudah semakin dekat.
•••
Setibanya di pusat pembelanjaan, aku memutuskan untuk segera menuju toko kimia, siapa tau ada bahan yang bisa kupakai sebagai bahan untuk obat penawar Blaze. Untuk kebutuhan kemah, aku serahkan kepada para elemental bersaudara, meski aku sendiri percaya bahwa apa yang dipilih oleh mereka pasti tidak akan sesuai denganku. Sekarang bagiku yang terpenting adalah menemukan bahan yang bisa ku jadikan sebagai obat penawar, lagian di sana ada Gempa jadi buat apa aku khawatir?
"Cih, ini tidak bisa, jika aku gunakan yang ini pasti obatnya hanya bertahan beberapa detik," gumamku kesal karena tidak dapat menemukan bahan kimia yang kucari.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MENTARI [END S.1]
FanfictionSolar sebuah kuasa tahap dua milik Boboiboy pada akhirnya harus meninggalkan tuannya karena suatu alasan dan memilih untuk mati demi sang tuan. Tapi siapa sangka setelah menghilang dan mati, dia justru dikirim ke dunia lain (inkarnasi) dimana para e...