Bab. 5 : Masih Flashback

938 127 9
                                    

Setelah kebakaran berhasil dipadamkan, Boboiboy Solar dipanggil ke ruang BK karena dianggap sebagai dalang. Tentu saja kembarannya tidak terima hal itu, apalagi pihak sekolah sampai memanggil abang tertua yang sedang kuliah untuk datang ke sekolah.

"Pak, kan sudah kami bilang. Solar ada sama kita dari pagi," ujar Blaze tak terima saudaranya difitnah.

"Sabar, bapak juga tau. Tapi, menurut kalian kebakaran itu terjadi karena eksperimen siapa?" tanya pak Le, Kepala sekolah yang ikut hadir di ruang BK (Bimbingan Konseling).

"Itu... Punya saya," sahut Solar.

"Tuh, kan."

"Tapi, sebodoh apapun dia. Tetep aja gak mungkin baginya menciptakan eksperimen berbahaya gitu," bela Taufan.

Um, bela sih iya. Tapi disaat yang sama Taufan justru terlihat seperti menghina, Solar sendiri hanya bisa memasang ekspresi datar tak bernyawa ke arah abangnya itu.

"Kali ini aku setuju dengan Taufan, dan juga kali ini kita punya saksi mata kejadian itu, jadi tolong percaya dengan kita pak," ucap Halilintar lalu melirik ke arah Thorn.

"Saksi mata? Siapa?"

"Itu saya," jawab Thorn dengan wajah agak menunduk kebawah.

"—Saya sendiri melihatnya, kalau Vicky dan Carlos yang menaruh benda aneh ke dalam eksperimen Solar."

Pak Le sejenak terdiam, ia tau saksi mata disaat ini sangatlah penting dan harus didengarkan, apalagi lab sains sama sekali tidak memiliki CCTV di dalam ruangannya.

"Hmm baiklah, kalau begitu bapak akan langsung bicara dengan anaknya nanti. Sekarang kalian boleh pulang dulu, dan beritahu ke abang tertua kalian untuk tidak perlu kemari."

Boboiboy bersaudara langsung memasang ekspresi gembira, karena kali ini para pembully itu sudah skakmat dan tidak akan mengganggunya lagi. Namun mereka salah, karena kepala sekolah maupun guru yang lain masih tidak percaya kalau duo pembully itu adalah penyebabnya.

"Tapi pak, mereka kan ga sepintar Solar, apalagi mereka berdua itu juga seorang murid teladan," ujar pak Budi yang merupakan guru BK.

"Benar, tapi kali ini kita tidak boleh mengelak dari kenyataan. Api sudah membesar, kalau ga segera dipadamkan akan jadi bahaya," balas pak Le.

Lalu tak lama kemudian, dua anak itu masuk ke ruang BK. Awalanya mereka santai, karena sudah tau akan begini. Tapi mereka tidak menyangka, yaitu disaat mereka mendengar Thorn telah menjadi saksi mata dari adegan tersebut.

Untungnya mereka berdua punya pengaruh baik di mata guru dan sekolah, jadi alasan apapun yang mereka buat akan diterima. Untuk saat ini, mereka dibiarkan pulang dan bukannya segera pulang, mereka justru nongkrong di suatu tempat yang sepi untuk menjalankan rencana selanjutnya.

"Cih, ternyata ada saksi matanya," ujar Carlos kesal.

"Untungnya para guru percaya sama kita, tepi tetep aja masalah ini pasti bakal ditindak lanjuti, dan kita tetap jadi tersangkanya," ucap Vicky sambil memakan kue ringan.

"Hmm... Kayaknya kita harus jalanin rencana terakhir kita."

"Rencana itu? Bukannya yang satu itu agak beresiko? Kalau ketahuan lagi, tamatlah kita."

"Meski begitu, tingkat keberhasilannya lebih tinggi daripada rencana lainnya."

"Um, hei Carlos. Kadang aku berfikir... Apa yang kita lakuin ini benar ya? Memang nyebelin melihat mereka bahagia, tapi kalau kita lakukan hal seperti ini, kita ga ada bedanya dengan mereka."

Mendengar pernyataan itu, Carlos terdiam sejenak. Memang apa yang mereka lakukan sama sekali tidak baik, dan mereka tau hal itu.

"Tapi rasanya kalau belum lakuin, hatiku belum puas," ujar Carlos pelan.

SANG MENTARI [END S.1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang