Fajar sudah tiba, cahaya mentari mulai menyinari bumi. Perlahan aku membuka mataku dan membiasakan diri dengan cahaya pagi. Dapat kulihat ada Ice yang masih menemaniku dan saat ini sedang tidur di atas meja makan, tepat di hadapan ku.
Padahal dia kan bisa saja tidur di ruang tengah bersama yang lain, tapi malah memaksakan diri menemaniku. Yah, daripada memikirkan itu, lebih baik aku membangunkan Ice dulu sebelum Gempa datang, dan mengomelinya karena tiduran di atas meja makan.
"Ice, bangun."
Tidak ada jawaban, sudah kucoba berkali-kali, namun hasilnya tetap nihil. Yah, kurasa tidak masalah membiarkannya sebentar, dan jika dia dimarahi oleh Gempa, aku cukup membelanya saja nanti.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk pergi berjalan-jalan keluar sejenak, dan tak lupa memakai kacamata visor kesayanganku.
Saat aku hendak keluar, aku mendapati Halilintar, Gempa, Taufan, Thorn, dan Blaze sedang tertidur pulas di ruang tengah. Terlihat Blaze tidur dengan posisi tubuhnya di atas tubuh saudaranya, dan terpampang jelas ekspresi kesakitan karena tidak bisa bernafas, dari wajah keempat saudara tersebut.
Hah... apa boleh buat deh. Kurasa aku harus memindahkan Blaze dulu, barulah jalan-jalan ke halaman.
Setelah sukses memindahkan Blaze, aku langsung bergegas berjalan keluar rumah, dan tanpa kusadari, sepasang manik zamrud itu telah terbangun.
•••
Setiba di halaman rumah, aku langsung dibuat terkejut dengan adanya banyak jenis bunga di sana. Hmm, yah... namanya juga Thorn. Pasti dia akan menanam banyak bunga dan tanaman jika bisa hidup damai seperti ini.
"Sedang apa kau, Solar?" tanya Yaya
Terlihat Yaya mengenakan hijab pink dengan gaya khasnya seperti biasa, sedang melihatku dari balkon kamarnya yang berada di lantai dua.
"Hanya menatap bunga milik Thorn," balasku dengan sedikit senyuman sembari melihat ke arahnya.
"Omong-omong, apa kau sedang ada masalah?"
"Hmm? Kenapa kau bertanya begitu?"
"Hanya heran, habisnya kau jarang kesini. Bahkan Thorn sampai bilang padaku, kalau aku melihatmu di sini, artinya kamu sedang sedih."
"Sedih? Kenapa?"
"Entahlah, mungkin sedih karena kejadian waktu itu."
Kejadian itu... Ah, benar juga. Semalam aku tidak sempat bertanya tentang hal ini pada mereka, karena terpotong oleh adegan mati lampu.
"Dah, aku mau bersiap berangkat sekolah dulu. Sebaiknya cepat bangunkan abangmu," ujar Yaya lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya.
Setelah Yaya pergi, barulah Thorn muncul. Untungnya dia kemari, jadi aku bisa menanyakan langsung tentang kejadian itu pada Thorn, sebelum otakku meledak karena penasaran.
"Solar? Lagi ngomong sama siapa?" tanya Thorn yang baru saja datang.
"Sama Yaya tadi."
"Yaya? Apa yang dia bicarakan?"
"Hanya basa-basi sedikit, omong-omong apa kau tau tentang kejadian yang dibahas semalam?"
Thorn yang mendengar pertanyaan tersebut, langsung memasang ekspresi murung. Maaf sudah membuatmu sedih Thorn, tapi hanya kau orang yang bisa kutanya tanpa menimbulkan kecurigaan yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MENTARI [END S.1]
FanfictionSolar sebuah kuasa tahap dua milik Boboiboy pada akhirnya harus meninggalkan tuannya karena suatu alasan dan memilih untuk mati demi sang tuan. Tapi siapa sangka setelah menghilang dan mati, dia justru dikirim ke dunia lain (inkarnasi) dimana para e...