Xiaojun as ketua panitia

75 23 0
                                    

Aula fakultas sangat ramai pagi ini. Semua orang sibuk berlalu lalang mengurus urusan masing-masing dengan langkah yang terburu-buru dan cepat sebab acara yang sudah terjadwalkan dengan baik kini berantakan tidak sesuai seperti rundown yang telah di diskusikan. Teriakan demi teriakan yang diserukan kepada panitia kini memenuhi ruangan itu mengundang kewalahan orang-orang didalamnya.

Tak terkecuali ketua panitia yang terus-terusan memasang muka kusutnya dengan peluh keringat dan tidak lupa dengan berlembar kertas yang berada di tangannya, matanya kembali menelisik pada kertas tersebut, lagi-lagi mengecek apakah ada yang kurang ataupun tertinggal.

Tiba-tiba alisnya mengerut bingung menatap lembaran rundown di tangannya. Saat rapat, ia sama sekali tidak mendengar bahwa piagam yang nantinya akan diberikan kepada salah satu mahasiswa yang mendapatkan penghargaan akan diberikan dengan duplikatnya saja, bukan piagam asli.

Tangannya dengan cepat mengambil Handy Talky yang berada di kantong celana belakangnya.

"Check. Dery ama divisi HUMAS, ngadep ke gua di backstage. Sekarang!" Naya disampingnya yang notebenenya wakil ketua panitia cukup terkejut mendengar nada Jaegar, karena sang ketua panitia meninggikan suaranya.

"Gar, kenapa?" Setelah itu suara pintu terbuka disertai beberapa pasang mata menatap panik ke arah mereka. Jaegar maju selangkah saat melihat anggota divisi HUMAS sudah ada dihadapannya.

"Dery, lu sini." Dery mengangguk, tahu bahwa dirinya yang akan dipanggil pertama menghadap ketua panitia karena ia adalah penanggung jawab divisi. Langkah kakinya memasuki ruangan dengan cekatan disertai perasaan panik membuncah.

"Lu udah liat rundown?"

"Udah, bang." Dery menatap bingung Jaegar. Lagi pula, siapa yang belum membaca rundown saat keadaan genting begini?

"Kalo udah, tadi pas rapat gua gaada ngeliat lu ngomong kalo piagam bakal di duplikatin dulu?" Nada Jaegar benar-benar seperti biasa saja, tapi berbanding terbalik dengan ekspresi datarnya yang luar biasa mengundang kepanikan seisi ruangan.

"Oh, itu udah di urus bang. Selesai acara baru dikasih aslinya-"

"Itu gua udah bisa baca dari kertas! Gua nanya kok lu gaada omongan! Itu, gua nanya itu doang, gaada gua nanya udah diurus apa belom tu piagam."

"Iya bang, tadi-"

"Ini piagam yang ngurus elu?"

"Bukan-"

"Yaudah, mana yang ngurus? Panggil."

Dengan ragu, Dery berbalik menghadap anggotanya. Matanya menuju ke arah Vanes yang mengurus piagam tersebut. Dan... tentu saja bukan rahasia umum lagi bahwa semua orang sudah tahu bahwa Vanes dan Jaegar adalah sepasang kekasih. Semua anggota pun menatap Vanes dengan kekhawatiran.

Vanes mengangguk ke arah Dery, kakinya melangkah ke arah Jaegar, sedangkan Dery mundur satu langkah dari dirinya.

Jaegar yang melihat itu cukup terkejut. Bukannya mengurang, justru amarahnya kini lebih membuncah. Entahlah, keadaan sudah genting dan cukup buruk ditambah dengan masalah kurangnya komunikasi- apalagi yang melakukannya adalah kekasihnya sendiri, perasaan kecewa memenuhi dirinya saat ini.

Kuping dan otaknya terasa penuh, suara berisik dari koridor yang bersahut-sahutan, orang-orang yang tidak berhenti berlalu lalang, serta otaknya yang sudah lelah mengurus acara ini sampai dirinya tak mendapat istirahat selama dua hari, itu semua sudah cukup untuk dapat meluapkan emosi pria itu kepada siapapun saat ini.

"Saya minta maaf kak. Tadi saat rapat-" Jaegar tak lagi mendengarkan ucapan Vanes, jarinya sibuk mengurut pangkal hidungnya frustasi, tak bisa lagi mencerna alasan-alasan apapun yang dapat menghambat acara yang disiapkannya ini.

NCT ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang