Warning! 18+
Yaksa Elrangga.
Nama itu tepat gue ketahui seminggu setelah kejadian itu. Saat itu gue mau gamau beraniin diri untuk cerita sama salah teman gue dan menanyakan nama cowok brengsek itu yang sialnya- susah untuk gue lupain gitu aja.
Kalo lo tanya, gue cerita ke temen gue yang mana? Jawabannya, tentu aja gue gak bakalan cerita tentang ini semua ke temen gue. Terutama ke Farah- yang jelas, udah semua orang tau bahwa sahabat gue satu itu suka sama El- maksud gue... Yaksa Elrangga.
-
Siang ini, tepat di jam 2, gue baru selesai sama kelas gue. Gue sekarang lagi sibuk membereskan barang bawaan gue.
"Shane, duluan ya!" Gue senyum sambil mengangguk dan masih berkutat sama barang-barang gue.
Satu persatu orang dikelas ini mulai pergi dari ruangan, meninggalkan gue sendiri yang sialnya... dapet notif yang bisa menjungkal balikkan gue sekarang juga.
+6281125269726
Baru beres?|
|Siapa?
Gue mengerutkan alis gue bingung. Lagian, siapa juga orang yang memulai chat dengan kata-kata kayak gitu?
Ting!
El|
Gue menjatuhkan binder yang baru mau gue masukin ke dalam tas begitu aja dan buru-buru menengok ke sekitar.
Gaada orang. Gue melirik ke arah pintu, pun juga keliatannya gaada orang.
Persekian detik gue langsung masukin semua barang gue ke tas.
Sambil jalan terburu-buru, gue buka ruang pesan tadi dan gue blokir nomor itu.
Baru selangkah gue menginjakkan kaki keluar kelas, mata gue menangkap tepat disamping pintu...
Yaksa Elrangga. Berdiri menyadarkan tubuhnya pada tembok dan dengan santainya menatap gue.
Belum sempat gue kabur, tangan besarnya itu memegang pundak gue dan mendorong gue masuk kembali ke ruangan kelas. Mau gamau gue terdorong gitu aja tanpa perlawanan, karena gue tau, mau seberontak apapun gue, energi dia lebih kuat.
Setelah berhasil memojokkan gue, pria itu menuju pintu dan menutup pintunya rapat-rapat.
Gue menelan ludah dengan susah payah sambil menelisik semua gerakannya.
Setelah pastikan pintu tertutup dengan rapat ia kembali ke hadapan gue. Di saat itu juga, gue alihkan wajah gue- kemanapun, asalkan gak kearah dia.
Dia hanya diam menatap gue sebelum gue dapati tangannya meraih tas yang gue pegang sedaritadi.
"Ck!" Gerakannya berhenti mendengar decakan yang keluar dari mulut gue.
Walaupun begitu, gue masih tetap pada pendirian gue untuk gak menatap dia sama sekali. Gue pegang tas gue makin erat, "Mau lo sekarang apa?"
Pria itu terdiam sedetik dan gelakan tawa menyambut setelahnya. Membuat gue bergeming sesaat, entah bingung, entah jengkel, atau... entah sihir apa yang membuat gue ingin mendengar gelakan tawa itu lebih lama.
Sial. Apa yang gue pikirin?
"Sini."
"Apa?"
"Siniin tasnya. Gua mau ngomong."
Decakan lagi-lagi keluar dari mulut gue, "Ngaruhnya apasih gue megang tas sambil dengerin lo ngomong?"
"Sya."
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT AS
FanfictionIn this universe, you are the main character! Feel free to leave a comment for request. Pict cr. to Pinterest ©illusionic 2023