Jendra membawanya ke kamarnya, sekarang mereka duduk di sofa yang sama seperti kemarin malam.
Keduanya terdiam. Jendra menghela nafasnya, lalu menyenderkan punggungnya ke sofa.
"Bunda nyebelin banget sih." Ucap pria itu sambil menunduk dan merenggut tidak suka. Gemas sekali, pikir Jihan.
"Bunda seneng jahilin kamu, karena kamu kalo dijahilin suka ngambek." Jihan berbicara sambil menghadap Jendra yang menunduk disampingnya.
"Ya tapi nggak sampe nyuruh kamu cari pacar lagi kali." Beberapa detik berlalu, Jendra tak mendapati jawaban dari Jihan. Perasaannya mulai gelisah, ia lalu mendongak menatap Jihan, yang juga menatapnya dengan tatapan sulit diartikan, melihat itu Jendra tambah gelisah.
"Nggak, kan?"
"Apanya?"
"Kamu nggak itu kan?" Jihan hanya menatap pria dihadapannya heran. Bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkannya.
"Ji? Nggak kan?"
"A-apasih?" Jihan mulai gelagapan saat kedua tangan Jendra memegang pundaknya, ditambah tatapan pria itu sangat dalam seperti menelisik sesuatu dimatanya.
"Kamu... nggak mau cari pacar baru kan?" Jihan mengedipkan matanya saat mendengar lontaran pria itu. Ia sungguh ingin tertawa saat ini, tetapi dirinya ingin sekali menjahili Jendra lebih lanjut.
Melihat Jihan yang hanya menatapnya, Jendra mulai panik. "Ji? Nggak kan? Sayang?"
"Gatau-"
"Nggak! Nggak!" Jendra tiba-tiba mendekap tubuhnya dengan erat seolah tak membiarkan Jihan pergi kemana pun.
Melihat reaksi itu, Jihan melenggangkan tertawa dengan puas.
"HAHAHAHAHA, nggak kok!" Tangan Jihan terulur menepuk punggung pria yang mendekapnya dengan erat itu.
"Ck! Apasih, Ji. Nggak lucu!" Pria itu merenggut sambil melepaskan pelukannya. Jihan menyeka air di ujung matanya sebab tertawa.
"Kan! Aku bilang juga apa, kamu kalo dijahilin pasti langsung ngambek. Tuh, sekarang liat mukanya cemberut banget." Ucap Jihan dengan sisa tawanya, tangannya terulur mencubit pipi Jendra dengan gemas.
Jendra hanya menatapnya dengan dahi berkerut tidak suka. "Sama aja nyebelin kayak bunda." Ucap pria itu sambil berdiri dari sofa. Jihan hanya tertawa. "Aku mau mandi, kamu tunggu disini aja."
"Dih, belom mandi!" Jendra menjulurkan lidahnya jahil, lalu memasuki kamar mandi, setelahnya gemercik air pun mulai terdengar.
-
Jihan mengayunkan kakinya sambil tertawa gemas melihat Jendra yang sedang mengantri dari kejauhan. Bukannya apa, tapi melihatnya mengantri di sebuah toko dessert yang penuh makanan berwarna pink kini membuat Jihan tertawa karena berbanding terbalik sekali dengan outfit serba hitamnya itu.
Setelah Jendra berada tepat pada kasir, pria itu menoleh kearah puannya yang sedaritadi juga menatapnya. "Yang ini?" Mulut pria itu bergerak tanpa suara, sebab jarak mereka saat ini cukup jauh, sambil menunjuk salah satu cupcake berwarna pink dengan spingkle di atasnya.
Tingkahnya saat ini lagi-lagi membuat Jihan tertawa gemas, Jihan menjawab Jendra dengan mengangkat dua ibu jarinya sambil tersenyum. Melihat itu, Jendra mendengus geli sebab ia merasa ia dijahili oleh pacarnya sendiri.
Setelah membayar, Jendra kembali ke meja, tak lupa dengan membawa pesanan mereka.
Saat Jendra duduk, ia tak ada henti-hentinya menatap Jihan yang sekarang masih terkikik geli. Jarinya meraih puncuk hidung perempuan itu dan menyoleknya pelan, "Dasar, kamu pura-pura pegel, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT AS
FanficIn this universe, you are the main character! Feel free to leave a comment for request. Pict cr. to Pinterest ©illusionic 2023