Aku menyelimuti seluruh badanku saat cahaya matahari masuk dari jendela kamarku yang terbuka.
"Cel, bangun dong. Udah mau siang loh, kamu ini sekarang males-malesan terus nanti mama jodohin aja tau rasa." Aku yang sedaritadi berusaha kembali tidur dan tidak menggubris bunda langsung terbangun mendengar kalimat terakhirnya.
"Apa sih bun! Iya iya ini bangun." Bunda hanya tertawa kecil melihat reaksiku.
"Bangun, sarapan bareng dibawah."
-
Aku menapakkan kaki ku di tangga terakhir, menyusuri ruang tamu lalu berhenti tepat didepan meja makan, "Papa? Udah pulang?" Aku berlari menuju papa dan memeluknya.
Papa tersenyum senang melihatku, lalu aku duduk di kursi makanku berhadapan dengan Ares- kakak laki-lakiku.
"Kok gak bilang-bilang mau pulang?"
"Iya soalnya dadakan, ada urusan juga."
"Urusan apa? Tumben sampe papa tinggalin kerjaan di Malay." Papa terdiam sebentar lalu melirik ke arah bunda, aku mengerinyit heran dibuatnya.
"Celsia, umur kamu sudah berapa tahun?"
Aku terkesiap mendengar pertanyaan itu keluar tiba-tiba. "U-umur? Aku 23. Kenapa, pa?"
"Sudah matang, ya?" Aku tidak menjawab, hanya menatap papa, bingung dengan maksud perkataannya.
"Papa mau Celsia jadi anak yang mandiri, bisa menyelesaikan masalah sendiri, bahagia maupun senang dari hasil sendiri, dan Celsia sudah melakukan itu semua, papa bangga sama Celsia. Tapi, papa mau Celsia membagi kebahagiaan untuk seseorang, susah maupun senang Celsia curahkan pada orang tersebut. Karena papa tau, Celsia gak akan mau berbagi sedih kepada bunda, papa ataupun abang."
Aku terdiam mencerna kalimat per kalimat yang keluar dari mulut papa.
"Jadi, papa sudah menemukan seseorang yang akan menjadi orang tersebut untuk Celsia. Kamu bersedia bertemu kan, nak?"
"H-hah? Maksudnya... aku dijodohin?" Papa tak menjawab, netraku melihat ke arah bunda yang berusaha menenangkanku yang saat ini sudah meneteskan air mata.
"Abang?" Netranya hanya melihatku sebentar sebelum ia menundukkan kepalanya. Sontak tangisku pecah dibuatnya.
"Aku gamau."
"Celsia..."
"Papa jodohin aku semata mata untuk bisnis aja kan?! Papa cuma manfaatin aku doang kan?! Iya kan Pa?!"
"Celsia!" Aku menatap Kakak ku tak percaya. Ia tak pernah sekalipun meninggikan suaranya kepadaku.
Aku melihat papa, bunda, dan kakak dengan air mata yang mengalir pada pipi ku, tak percaya mereka memanfaatkanku dengan cara ini, rasa kecewa memenuhi dadaku, sesak.
Buru-buru aku berdiri dari kursi lalu meninggalkan meja makan begitu saja dan menuju kamarku.
-
Tok! tok!
Aku membuka mataku perlahan saat mendengar suara ketukan pintu. Ah, aku terlalu lelah menangis kemarin sampai tak sadar tertidur.
"Mbak? Ini baju untuk acara hari ini, saya taruh di walk in closet ya." Aku mengerinyit, acara? Aku tidak punya jadwal minggu ini.
"Acara apa, bi?"
"Saya kurang tau mbak, tapi katanya pertemuan keluarga. Pertemuannya jam 11 nanti."
-
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT AS
FanfictionIn this universe, you are the main character! Feel free to leave a comment for request. Pict cr. to Pinterest ©illusionic 2023