*<~# 22 #~>*

215 29 2
                                    

" Wah, wah, wah... Suasananya suram sekali... Ini patut di sebut istana hantu daripada istana kerajaan " gumamku dengan pelan... Melihat suasana istana kekaisaran Edenberr yang terlihat sangat gelap dan suram.

[ Flashback ]

" Kau yakin dengan hal itu, nona ?
Saya khawatir tuan putri dan pangeran... Apalagi kakak anda akan sangat khawatir jika sadar kalau anda  tidak ada di wilayah pesta " ucap Everest, berusaha meyakini ku untuk berubah pikiran tentang keputusan ku.

Tapi keputusan ku sudah bulat... Aku akan berteleportasi ke Edenberr dan melihat situasi saja selama beberapa menit... Aku menoleh ke Everest dan menggelengkan kepalaku pelan.

" Maaf Everest, keputusan ku sudah bulat... Lagipula, saya akan pergi selama kurang lebih tiga menit saja dan akan kembali sebelum pelepasan lentera " Everest berniat untuk melawan ku, namun dia hanya menghela nafas lelah menghadapi sikap ku yang terkadang keras kepala.

[ End of flashback ]

Dengan menggunakan sihir ku, aku berhasil menyelinap masuk ke dalam istana dengan aman... Dari luar maupun dalam, suasananya sangat gelap sekali...

' energi sihir hitamnya sangat pekat sekali... Pasti dia merencanakan sesuatu '

pikir ku kepada diriku sendiri saat aku sedang menelusuri area yang ku rasa mencurigakan, tanpa sengaja aku melihat seseorang bersurai putih sedang duduk... Tanpa pikir panjang aku langsung menghampirinya dengan diam-diam dan menghilangkan aura keberadaan ku dari dia.

" Tidak ku sangka kau masih mempertahankan akting polos mu itu... Marianne "

Sontak orang itu terlihat tersentak sedikit dan perlahan menoleh ke belakang dia dimana aku berdiri saat ini.

" Astaga... Kak Amora ? Sudah lama sekali kakak menghilang. Anda terlihat sangat baik-baik saja, syukurlah... Saya yakin kak Lakias akan senang mendengar kakak kembali! " Ucap Marianne dengan senyuman palsu khas-nya.

Bibir ku sedikit berkedut karena mulai merasa jengkel dengan dia, tapi aku menghiraukan hal itu dan berjalan perlahan mendekati nya.

" Ku dengar dari salah satu anak buah mu, kau kecewa dengan ku karena aku pergi meninggalkan kalian... " Ucapku dengan santai sambil menatap dia lekat

" Anak buah ku ? " ucapnya dengan berusaha terlihat polos.

" Tidak perlu berbohong... Jujur saja... Berbohong ke seseorang bisa bikin kamu tua loh~
Tapi... Di lihat dari manapun, kau terlihat sangat awet muda dan cantik sekali... Bahkan rambut mu berkilau dan lembut bagaikan sutra... Katakan lah... Apakah ini, bagian dari sihir hitam yang kau pakai ? "

ucapku dengan suara yang datar, salah satu tangan ku meraih rambutnya yang panjang dan menciumnya... Lalu mata ku menatap dia dengan tajam dan dingin... Marianne hanya terdiam begitu dia mulai merasakan aura mengintimidasi dari ku.

" Ku dengar kau selalu menempel ke Lakias... Itu hal yang bagus sih, tapi aku yakin kak lakias akan sangat kecewa kepada mu jika dia tahu kalau kau mencuci otaknya dengan sihir hitam " ekspresi marianne kini berubah jadi dirinya yang asli dan matanya yang emas berubah menjadi merah.

Cahaya lampu berkedip-kedip dan cahaya bulan menerangi ruangan yang gelap...
Sepasang mata berwarna merah dan biru gelap saling mengeluarkan sinarnya dan menatap satu sama lain dengan intens.

" Sepertinya anda tahu semuanya... Amora... " Ucapnya dengan ekspresi sinis nya.

Aku hanya tertawa melihatnya dan mendekati dia lebih dekat tanpa adanya rasa takut.

" Saya sudah tahu siapa dirimu saat anda menggunakan saya sebagai eksperimen bodoh mu itu "

" Apa kakak takut ? Kakak kemari kesini karena takut orang-orang di kekaisaran Elmyr akan mencampakkan mu karena kau mempunyai sihir hitam ? " Ucapnya dengan menunjukkan senyuman remeh kepadaku.

" Hah ? Sejak kapan ? Mimpi mu terlalu tinggi marianne ku sayang... Oh! Atau mungkin kamu merindukan ku dan ingin mengunakan aku lagi sebagai wadah sihir hitam dan eksperimen mu ? Jangan berharap... "

Marianne mengepalkan kedua tangannya erat, ekspresi dia sudah mulai tidak bisa di kendalikan

" Bagus... Bagus... Tunjukanlah sisi aslimu saat bersama dengan ku... Jadi aku bisa melakukan ini "

Craattsss...

Darah dari pipi mulus marianne mengalir secara perlahan, ekspresi dia sangat terkejut begitu aku menggores pipinya dengan pisau kecil yang terbuat dari sihir.

" Maaf... Sakit ya ? Aku kira kau tidak akan merasa sakit kalau di gores sedikit seperti ini haha~ " marianne masih tertegun dengan apa yang ku lakukan baru saja, perlahan aku mengangkat tangan ku dan menyentuh pipi dia yang ku gores dengan telapak tangan ku yang sudah di lapisi dengan es lembut.

Perlahan lukanya menutup begitu aku mengelus pipinya dengan tangan ku yang sudah di lapisi es lembut.


" Biar ku peringati... Apapun yang kau akan kau capai... Aku akan menghalangi mu dengan cara apapun, meskipun aku harus kehilangan bagian dari diriku. "

Sebelum amarah marianne meledak dan akan menyerang ku dengan sihir hitamnya, aku sudah lebih awal berteleportasi ke salah satu balkon istana Elmyr...

Aku tersenyum puas begitu aku mendapatkan sampel darah Marianne yang akan ku gunakan untuk beberapa hal.

Namun saat aku berniat untuk menghampiri kakak, tanpa sengaja aku menangkap empat sosok yang ku kenali sedang masuk menuju sebuah ruangan. Perlahan aku mengikutinya dengan diam-diam karena penasaran.

Samar-samar aku paham apa yang mereka bicarakan... Edenberr sedang mengumpulkan pasukan dan berniat untuk menyerang kekaisaran Elmyr.
Aisha pasti khawatir untuk kehilangan semuanya lagi karena perang itu, terutama... Perang itu bisa saja melibatkan sihir hitam.

" Amora... Tidak sopan kamu menguping pembicaraan kita seperti itu " Aku tersadarkan dari lamunanku oleh suara kakak ku dari dalam ruangan

Aku mengutuk dalam diriku sendiri karena pasti mereka akan menatap ku dan mengintrogasi ku

Awalnya aku berencana untuk kabur dari disini dan pergi ke tempat pesta.
Namun hal itu sudah terlambat karena tak lama setelah itu, Isis membuka pintu lalu menatap ku dengan bertanya-tanya.

" Ekhem-... Saya hanya kebetulan lewat saja- " ucap ku dengan berusaha melarikan diri

" Bohong... Anda menguping ya ? "

Keringat dingin perlahan mengalir dari kening ku dan senyumku berubah jadi senyuman kaku... Aku menghela nafas dengan sedikit kasar lalu mengangguk pelan.

" Baiklah... Saya mengaku saya menguping pembicaraan kalian berempat... Puas ? " Ucapku dengan agak jengkel kepada isis sedangkan dia hanya menghela nafas lelah.

" Lagi pula... " Aku menoleh ke arah Aisha yang menatap ku dengan tatapan sedikit khawatir.

" Lagi pula kalian berempat sedang apa membicarakan hal terlalu serius seperti ini saat di pesta hah? Tidak ada waktu lain untuk membahas hal itu selain sekarang? " Ekspresi mereka berempat terkejut saat aku mulai mengomeli mereka.

Terlihat Aisha perlahan tertawa melihat ku mulai mengomel dan kita semua pun tertawa bersama-sama.

Aku mengulurkan tangan ku ke arah Aisha dan dia pun menatap ku bingung.

" Aku datang untuk mencari mu... Kita belum sempat berbicara barusan, jadi mari kita pergi bersama dan tinggalkan saja kakak kita disini " Aisha terkekeh mendengar hal itu dan mengambil tangan ku. Isis berniat untuk menahan ku namun berujung menyerah karena aku sudah berjalan cukup jauh

" Terkadang dia bersikap seperti anak kecil... Tapi aku tidak bisa menyalahkan hal itu... " Gumam isis sambil menoleh ke arah lorong.

Brian menatap isis dengan datar sedangkan bion hanya terdiam lalu terkekeh sebelum mengatakan sesuatu kepada isis.

" Ya... Wajar saja, itu karena anda menyukai nona amora... Jadi anda sudah terbiasa dengan itu sejak kecil, lalu... Kapan anda akan menyatakan perasaan anda kepada nona Amora? Kebetulan kakak ipar mu ada bersama kita sekarang. " sontak isis langsung menatap tajam ke arah bion dengan wajah yang perlahan memerah, sedangkan bion hanya menaikkan bahu acuh tidak acuh sambil terkekeh... Brian hanya menggelengkan kepalanya pelan dengan menghela nafas melihat kelakuan juniornya.

It's Not Your Fault ( ITLOA Fanfic x Reader )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang