*<~# 27 #~>*

312 35 4
                                    

saat ini amora sedang berdiri di sisi aula pesta... Saat ini dia sedang benar-benar jengkel dengan kakaknya menghilang begitu saja tanpa mengabarinya secara langsung.

'awas saja ya kakak... Tega sekali kau membuat ku harus pergi ke pesta sendirian seperti ini! Kau akan menerima pembalasan ku!' batin amora dengan senyuman sinis nya.

"Anda sendirian saja disini? Nona amora" orang yang merasa namanya di panggil langsung menoleh ke samping...

Bion berjalan ke arah amora lalu saling menyapa satu sama lain. "Memangnya kau berharap aku sama siapa? Patung kuil yang tampan?" Ucap amora dengan sedikit sarkas, membuat tuan bion bingung sedikit namun langsung mengangguk setelah ingat situasi saat ini.

"Maafkan saya... Saya lupa akan hal itu" amora hanya menghela nafas lelah lalu menoleh ke arah lain dengan malas "apa anda baik-baik saja? Raut wajah anda terlihat sangat tidak baik saat ini" lagi-lagi amora menghela nafas lelah lalu menatap bion dengan agak lesu.

"Ya... Aku tidak tahu bagaimana untuk menjelaskan situasinya" gumam amora... Bion terdiam sejenak, lalu seketika dia menatap amora dengan terbelalak sambil berspekulasi hal yang cukup liar

" Jangan bilang...... Anda cemburu karena yang mulia putra mahkota bersama wanita lain!"

Mendengar hal yang mengejutkan itu, amora tersedak dengan ludahnya sendiri lalu menatap bion dengan tatapan yang sangat terkejut dan pipi yang sangat merah.

"H-hey ka-kau ini! Tolong di jaga ucapan mu itu, tuan bion!!!" Protes amora sambil mencubit tangannya.

Bion hanya meringis sedikit kesakitan karena di cubit oleh amora namun berujung ketawa kecil melihat salah satu teman kecilnya saat ini sedang merasa cemburu.

"Tuan muda bion! Lady amora!" Kedua orang yang merasa namanya di panggil perlahan menoleh, Aisha menghampiri mereka berdua dengan senyuman lalu mereka berdua pun membalas senyuman itu dan memberikan salam kepada aisha.

Tatapan amora teralihkan ke seseorang yang sudah membantunya tadi siang lalu memberi salam

"Kita bertemu lagi, lady amora" amora hanya terkekeh canggung lalu mengangguk "soal yang tadi siang... Saya sudah membawanya dan menyuruh salah satu pelayan untuk membawanya ke kamar anda, sekali lagi terimakasih karena sudah meminjamnya kepada saya" aldief tersenyum tipis lalu mengangguk pelan.

Aisha menoleh ke arah amora lalu berbincang-bincang dan tertawa... "Amora... soal tadi siang-" saat aisha sedang ingin mengatakan sesuatu kepada amora, aldief mendekat lalu berbisik sesuatu kepada aisha.

Amora yang merasa kalau ini pembicaraan mereka, dia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat sejenak...

Lagi-lagi dia menyendiri di kerumunan aula pesta ini. Akhir-akhir ini dia selalu merasa resah dan tidak bisa berpikir jernih, dahi nya mengerut pelan, pemikiran liar mulai bermunculan...

Tetapi dia disadarkan kembali karena mendengar seseorang memanggil namanya.

"Amora... Kenapa kau sendirian disini?" Orang yang di sebut namanya tersentak dan kaget setelah melihat orang yang memanggil nya.

Namun dengan cepat, amora memberikan salam kepada putra mahkota yang berjalan menghampirinya.

Mereka berdua saling menatap dengan canggung... "Soal tadi siang... Itu bukan yang seperti anda kira" ucap isis sambil sedikit berdehem untuk menghilangkan situasi canggung.

"Anda tidak perlu mengatakan nya, yang mulia... Saya paham" isis mengerutkan alisnya, terlihat jelas kini dia sedang mengkhawatirkan amora yang bisa saja sedang salah paham dalam situasi ini.

Isis dengan perlahan memegang tangannya dan itu membuat amora menatapnya. "Tolong dengarkan dulu penjelasan dari ku... Jangan langsung percaya dengan apa yang kau lihat sebelumnya"

Amora menatap isis dengan tatapan ragu, dia berhenti sejenak lalu mengangguk pelan. Isis merasa lega setelah melihat gerakan kecilnya. "Akan lebih baik jika kita membicarakan hal ini di balkon" amora mengangguk pelan untuk yang kedua kalinya sebelum isis menuntun amora untuk pergi ke balkon bersamanya.

Sesampainya mereka di balkon, mereka sama-sama diam... Tidak ada yang berbicara satupun diantara mereka.

"Dengar... Mereka datang kesini hanya untuk 4 hari saja... Dan untuk lamaran pernikahan dari mereka. Kita berniat untuk menolaknya" wajah amora menatap isis dengan terkejut "kenapa? Maksud ku... Hal itu pasti akan untung untuk kedua pihak kan?"

Isis mengerutkan alisnya, wajahnya terlihat sendu mendengar respon dari amora "jadi kau ingin aku lebih memilih pernikahan secara politik daripada perasaan ku sendiri?"

Amora semakin bingung dengan hal itu "perasaan anda sendiri? Jadi maksud anda adalah... Anda menyukai seorang bangsawan lain di kekaisaran Elmyr?" Isis menghela nafas lelah menghadapi sikap amora yang kurang peka dengan ini, dia memegang kedua bahunya amora dan menatapnya dengan lekat.

"Orang itu adalah kau, amora..."

Hening mengelilingi mereka dan hanya terdengar suara angin malam, amora menatap isis dengan terkejut dan terlihat dengan jelas bahwa wajahnya kini sedang merona.

"Y-yang mulia..." Gumam amora dengan gugup

"Isis... Panggil aku isis saat kita sedang berdua seperti ini... Seperti saat kita menghabiskan waktu di ruang pribadi toko kue mu beberapa hari yang lalu... Tolong jangan menjaga jarak dengan ku... Aku... Mencintai mu... Amora Nightingale..."

Mereka berdua sama-sama terdiam, amora terdiam saking terkejut dengan pernyataan tidak terduga ini dan berusaha untuk memproses semuanya.

Detak jantung mereka sama-sama berdetak dengan sangat kencang, membuat wajah mereka merona. "Aku... Aku tidak menyangka hal itu... Tidak! Maksud ku.... Emm... Aku–"

Isis terkekeh melihat wajah amora yang panik dan merona secara bersamaan. Dia membawa salah satu tangannya ke pipi amora dan mengelusnya dengan pelan... Hal itu membuat amora berhenti panik lalu menatap ke arah isis.

"Bolehkah saya?" Ucapnya dengan perlahan mendekatkan wajah dia ke wajah amora.

Amora terdiam sejenak, tidak yakin dengan hal ini... Namun dia mengangguk dengan pelan setelah berpikir beberapa menit. Isis tersenyum lembut sebelum menyatukan bibir mereka.

Waktu seolah-olah berhenti untuk mereka berdua, bulan yang cerah memantulkan sedikit cahayanya ke mereka... Setelah beberapa detik mereka berciuman, isis menatap mata safir amora dengan tatapan lembut sebelum mengelus wajahnya lagi.

"Jangan khawatirkan soal lamaran pernikahan itu... Yang aku inginkan hanya kau saja, kau sudah membuatku merasakan perasaan ini sejak kita remaja..." Amora melirik ke arah lain dengan wajah yang merona, dia merasa sedikit bersalah karena sudah salah paham.

"Maaf... Tidak seharusnya aku seperti ini–"

"Tidak tidak tidak... Jangan menyalahkan dirimu, aku lah yang salah karena tidak mengatakan ini dengan cepat sebelum perihal lamaran pernikahan ini... Maaf" gumam isis dengan lembut...

"Kita sudah ada disini cukup lama... Ayo kita kembali, orang-orang pasti mencari-cari kita"

Amora mengangguk pelan dan tersenyum kecil, mereka pun kembali ke aula pesta bersama.

[ Di sisi lain ]

"Achoo—!" Seorang gadis dengan rambut biru pucat menoleh ke belakang dengan khawatir

"Kau baik-baik saja amora? Wajah kau merah... Kau tidak demam saat latihan di gunung white cloud kan?" Amora menoleh ke gadis itu dengan gugup dan canggung

"Aku baik-baik saja Everest... Tidak perlu khawatir" Everest menatap amora dengan tidak yakin, namun seseorang menganggu pembicaraan mereka.

"Amora sedang malu karena 'dirinya' yang berada di kekaisaran Elmyr sedang berdebar-debar karena putra mahkota... selaku teman masa kecilnya sudah menjadi kekasih nya... Betapa imutnya... Jangan lupa undang aku ke pernikahan kalian ya!"

Amora menatap tajam ke gadis yang sedang meledeknya itu... Sedangkan Everest hanya menghela lelah melihat sifat jahil dewi nya yang suka menggoda amora.

It's Not Your Fault ( ITLOA Fanfic x Reader )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang