Empat Belas

14 5 0
                                    

Tepat jam 3 sore, mobil yang membawa Inara dan Arka mulai memasuki pekarangan rumah kediaman keluarga Gennadi. Mereka mulai turun dari mobil dengan dibukakan pintu oleh Adrian dan Bara. Pertama kali yang terucap dalam benak Inara 'wah..besar banget' itu yang terlintas dalam pikirannya.

Inara begitu terkesima dengan rumah besar yang ada di depannya. Rumah bercat crem dengan pintu masuk terbuat dari kayu jati yang berwarna coklat susu dan ada jendela kaca cukup panjang di samping pintu tersebut. Bangunan itu berdiri kokoh tinggi. Terdapat taman kecil yang dihiasi oleh kolam ikan mini di samping pekarangan. Sungguh rumah idaman.

"Kenapa kamu hanya berdiri diam disitu? Tidak ingin berniat untuk masuk!?" ucap Arka heran yang sudah berjalan ke pintu masuk dan melihat Inara berdiri diam tak jauh di belakangnya hanya memandang rumahnya dengan bibir sedikit terbuka.

Inara akhirnya membuyarkan acara kagumnya dengan rumah itu dan mengikuti Arka masuk ke dalam rumahnya. Betapa terkejutnya Inara melihat dalam rumah itu tak jauh beda bagusnya dengan yang dilihatnya dari luar rumah. Sungguh isinya barang mewah semua.

"Selamat sore, Tuan Ren. Maaf kalau menunggu lama" sapa Arka ramah sambil berjalan kearah ruang tamu dan diikuti oleh Inara. Disana juga ada Rey dan Inez orang tua Arka yang mengajak ngobrol Ren sambil menunggu kepulangan putranya itu.

"Oh, Tuan Arka! Tidak terlalu lama. Baru saja saya sampai" ucap Ren ramah sambil berdiri dari duduknya dan menjabat tangan Arka.

"Hay, Arka!" sapa Alana ramah sambil tersenyum manis dan dibalas oleh Arka dengan tersenyum tipis, setipis tissu.

"Lah..dia berani banget manggil Arka dengan namanya!? Berarti udah dekat banget dong mereka!?" batin Inara heran sekaligus sedikit sewot.

"Silahkan duduk! Maaf kalau pertemuannya harus di rumah saya, karena menurut saya lebih aman saja" ucap Arka dingin sambil duduk di sofa ruang tamu tersebut.

"Tidak masalah, Tuan Arka. Emm...diaa~~" ucap Ren sambil melirik kearah Inara yang duduk di sebelah Arka.

"Ouh...dia asisten saya. Jadi tidak masalah kalau dia mendengar rencana bisnis kita" ucap Arka sambil tersenyum kecil. Sedangkan Inara sedikit terkejut dikenalkan sebagai asistennya dan menoleh ke Arka dengan raut wajah keheranan.

"Ka, papa nggak menyangka kalau kamu bisa mendapatkan tender kerjasama dengan perusahaan Tuan Ren yang terkenal di Jepang. Hebat kamu!" ucap Rey dengan bangganya yang duduk berhadapan dengan Arka.

"Tuan Arka memang multitalent, Tuan Rey! Saya akui itu. Penjelasan dia waktu itu masuk diakal, itu kenapa saya berminat untuk bekerja sama dengannya" ucap Ren tulus sambil tersenyum bangga.

"Anda tidak perlu berlebihan, Tuan Ren! Saya hanya menjelaskan sesuai kenyataan saja" ucap Arka tulus.

"Oh iya..sambil mengobrol, saya ambilkan minum dan makanan ringan untuk kalian" ucap Inez ramah sambil bersiap berdiri.

"Emm..boleh saya bantu!?" ucap Inara tulus.

"Tapi kamu asisten Arka. Takutnya nanti Arka membutuhkan sesuatu" ucap Inez ramah.

"Nggak apa-apa, Ma. Ajak saja Inara, mungkin mama lebih membutuhkan bantuan" ucap Arka lembut.

"Baiklah, ayo!" Inara dan Inez mulai berjalan berdampingan menuju dapur.

"Gadis itu hanya asisten Arka, tapi kenapa sok akrab begitu!?" batin Alana heran sekaligus kesal sambil melihat kepergian Inara dan Inez.

"Jadi bagaimana soal bisnis kita disana, Tuan Ren?" tanya Arka ramah dengan posisi duduk yang cukup angkuh.

"Tentu saja berjalan sesuai prediksi kita, Tuan Arka" ucap Ren sambil tersenyum lebar.

"Baguslah, kalau begitu. Saya berencana untuk membangun perusahaan baru di Jepang. Apa Anda bisa membantu saya, Tuan Ren?" ucap Arka dingin sambil menaikkan satu alisnya.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang